BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” mempunyai arti, ciri-ciri watak seseorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang
khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita anggap bahwa seorang tertentu mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya
sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda
dari individu-individu lainnya.
Apabila
seorang ahli antropologi, sosilogi, atau psikologi berbicara mengenai “pola
kelakukan manusia”, maka yang dimaksudkan adalah kelakuan dalam arti yang
sangat khusus, yaitu kelakukan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri,
dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakukan manusia yang tidak lagi
dipengaruhi dan ditentukan oleh akalnya dan jiwanya, yaitu kelakuan manusia
yang membabi-buta.
Susunan
unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan
dari tiap-tiap individu manusia itu, adalah apa yang disebut “kepribadian” atau
personality.
Konsep kepribadian
rupa-rupanya telah menjadi konsep yang demikian luasnya, sehingga konsep ini
menjadi suatu konstruksi yang tidak mungkin dirumuskan dalam satu definisi yang
tajam tetapi yang dapat mencakup keseluruhannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan
mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang
pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia
sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan
bagi semua individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola
tingkah laku yang seragam. Sebabnya
tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya
ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan
pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya
dan unik bagi setiap manusia.
Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat
khusus yang ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan refleksnya.
Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih
mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
B. Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang
mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia
terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam berbagai sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya.
Dan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan
oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi”
yaitu; “seluruh proses akal manusia yang
sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan
kembali menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung
bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi
karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya
disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus
pada bagian-bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu
proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain
yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya,
dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian
baru dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan
bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai
penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu.
Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak,
yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan
konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu
penggambaran tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum
pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak
tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa
penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau
dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada
bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan
penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak
realistic dalam Psikologi disebut dengan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan,
konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar
dimiliki seorang Individu.
2.
Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga
mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak
menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya
perasaan negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan
agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya.
“Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena
pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative.
3.
Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan
berbagi perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh
pengeathuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya,
khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah meruapakan
naluri disebut “Dorongan”.
C. Tujuh Macam Dorongan naluri
Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah
dorongan naluri yang terkandung dalam naluri manusia yaitu ;
1.
Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini
memang merupakan suatu kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia
untuk dapat bertahan hidup.
2.
Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik
perhatian para ahli antropolagi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai
teori. Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi
kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada setiap individu yang normal
yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
3.
Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini
tidak perlu dipelajari, dan sejak baru dilahirkan pun manusia telah
menampakannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu
dipelajari.
4.
Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame
manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat
manusia sebagai kolektif.
5.
Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan
ini merupakan asal-mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang
menyebabkan bahwa manusia mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa
perbuatan yang seragam (conform) dengan manusia-manusia di sekelilingnya.
6.
Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada
karena manusia adalah makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama
manusia lain diperlukan suatu landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme,
Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk
kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga
timbul religi.
7.
Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah
tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk,
warna-warni, dan suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari
unsur kesenian.
D.
Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam
dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian
dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga
suatu masyarakat.
Kepribadian dasar ada karena semua individu warga
masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama
pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian
bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan sample dari warga masyarakat yang
menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes
Psikologi.
Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki
ciri-ciri wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu dalam sample yang
tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum. Pendekatan dalam penelitian
kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan metode lain yang didasarkan
pada ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa.
Pembentukan watak dan jiwa individu banyak
dipengaruhi oleh pengalamannya di masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang
tua.
Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli
Antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak
yang khas akan dapat mengetahui adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian
besar warga yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa
kanak-kanak.
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian
bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R.
Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang
dinamakan personality and culture.
E. Aneka Warna Kepribadian
Ilmu antropologi, dan juga ilmu sosial lainnya
seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik dan lain-lain, tidak mempelajari
individu. Ilmu-ilmu itu mempelajari seluruh pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang umum hidup dalam masyarakat, artinya pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
dianut oleh sebagian sebesar warga sesuatu masyarakat yang biasanya disebut
“adat-istiadat”. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan
yang saling berkaitan satu dengan lain itu disebut sistem sosial (social
system). Ilmu antropologi juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian
besar warga sesuatu masyarakat, yang disebut kepribadian umum atau watak umum
(modal personality).
Seorang sarjana Amerika keturunan Cina, Francis L.K. Hsu, telah mengkombinasikan dalam
dirinya suatu keahlian dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat
serta kesusasteraan Cina Klasik. Dalam sebuah karangannya berjudul Psychological
Homeostasis and Jen, yang dimuat dalam majalah American Anthropologist
jilid 73, tahun 1971 (hal. 2344), Hsu telah menyatakan pendapatnya bahwa ilmu
psikologi yang dikembangkan didalam masyarakat negara-negara Eropa Barat,
dimana konsep individu memang mengambil tempat yang sangat penting, biasanya
menganalisa jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan
konsep individu sebagai suatu kesatuan analisa tersendiri.
Dengan demikian untuk
menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu. Hanya sebagai suatu objek
yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Hsu telah
mengembangkan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk sosial
budaya itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti
lingkaran-lingkaran konsentrikal sekitar diri pribadinya.
Bagan Psiko-Sosiogram Manusia
Keterangan:
7. Tak sadar Konsep Frued
6. Subsadar
5.
Kesadaran yang tak dinyatakan
4. Kesadaran yang dinyatakan
3. Lingkungan hubungan karib konsep manusia berjiwa selaras
2. Lingkungan hubungan berguna
1. lingkungan hubungan jauh
0. dunia luar
Keterangan
psikologi dari Hsu ini mencoba melihat perbedaan antara manusia yang hidup
dalam lingkunga kebudayaan Timur dan manusia yang hidup dalam lingkunga
kebudayaan Barat itu, memang mencoba menyelami sumber inti dari perbedaan itu.
Semua perbedaan lahiriah antara kedua tipe manusia itu hanyalah akibat dari
perbedaan inti.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan
bahwa, kepribadian manusia itu terbentuk dari proses pembelajaran ataupun yang
memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan dorongan yang bersifat alami.
Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada
juga yang berdasarkan pengalaman dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola
pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami yang memang memberikan respon
ketika mengalami dan mempelajari sesuatu.
Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat
dalam pembentukan kepribadian manusia, yang dihimpun menjadi satu, juga tidak berasal dari naluri saja,
tetapi juga pembelajaran. Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagai
pengetahuan larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali
tercampur aduk tidak teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Honigman, J.J
1954,
Culture and Personality. New York, Harper & Bothers
Whiting, J.W.M., I.L Child
1953,
Child Trining and Personality. A Cross-Cultural Study. New Haven
, Yale University press
Prof. Dr. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu
Antropologi. 2002. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tag :
Makalah Antropologi
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Antropologi Kepribadian Menurut Perspektif Antropologi"