BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan matematika melalui pengajaran matematika yang wajar dipandang
memiliki peluang menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan diri dalam kegiatan
belajar sepanjang hayat, yang selanjutnya disebut kemampuan berkembang (Arifin,
2000:1).
Pembelajaran matematika merupakan serangkaian dari pengetahuan,
keterampilan, konsep, prinsip atau aturan yang diberikan kepada siswa biasanya
melalui langkah demi langkah sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan
kemampuan dan sikap dari diri siswa.
Pembelajaran matematika juga diharapkan dapat memberikan kemampuan dalam
menghadapi perubahan-perubahan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga
guru hendaknya dapat memahami dan menganalisis bagaimana cara menyajikan
pembelajaran yang bermakna yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
memberikan kepercayaan pada anak didik untuk mengembangkan potensinya.
Kemampuan guru untuk membuat pembelajaran matematika yang lebih menarik
dan menyenangkan dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang lebih
bervariatif. Dalam suatu pembelajaran guru dapat merancang dan melaksanakan
proses pembelajarannya melalui metode
yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada siswanya.
Metode adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, pemilihan metode
yang sesuai dengan materi salah satu kompetensi yang harus dilakukan guru.
Guru sebagai pelaku utama yang berinteraksi langsung dalam pembelajaran
dengan siswa sangat menentukan proses pencapaian hasil belajar siswanya. Pada
proses pembelajaran ada kalanya guru tidak memanfaatkan faktor pendukung proses
pembelajaran secara maksimal atau kadang guru menemui hambatan dan permasalahan
pencapaian hasil belajar siswa.
Pada saat ini ditemukannya permasalahan yang berkaitan dengan hasil
belajar siswa, maka guru harus mampu mengambil solusi untuk meminimalisasi
hambatan atau permasalahan yang muncul. Salah satu hambatan yang ada pada
pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD) yakni masih rendahnya
pemahaman konsep tentang menjumlah bilangan cacah dengan cara bersusun panjang.
Hal ini dilihat dari hasil ulangan yang diperoleh siswa kelas 1 di SD Negeri Garut
Kecamatan Garut Kota Garut. Nilai yang dicapai siswa secara keseluruhan hanya
50%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang materi
penjumlahan bilangan cacah secara bersusun masih rendah.
Bilangan merupakan salah satu unit yang mendasar dari kebutuhan hidup
manusia, karena dengan menggunakan bilangan manusia dapat menyebutkan banyak,
sedikit, kurang, sama dan tambah serta dapat memberikan harga atau nilai barang
pada kehidupan sehari-hari. Pada bilangan terdapat empat operasi utama yaitu
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Penjumlahan bilangan di kelas 1 merupakan
konsep dasar yang harus dipahami dan dikuasai baik oleh guru maupun siswa.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah penguasaan materi
dan cara penyampaiannya. Hudoyo (1990 : 9) “Penguasaan materi dan cara
penyampaiannya merupakan syarat yang tidak dapat ditawar lagi bagi pengajar”.
Dalam proses pembelajaran siswa dan guru mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
berhasil di dalam belajar dan mengajar.
Ruseffendi (1991 : 8) menyatakan terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, diantaranya adalah faktor yang
berhubungan dengan kemampuan (kompetensi) guru, suasana belajar dan kepribadian
guru.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisiensi dan
tepat.
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram
atau media
lain untuk memperjelas keadaan
masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehiduoan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri.
Dalam keadaan seperti itu guru seharusnya memiliki kualifikasi profesi
yang sesuai dengan bidang garapannya. Darmahidjo (1982 : 7-8), mengemukakan
tiga tugas pokok yang harus diemban oleh seorang guru yaitu sebagai berikut :
(1) tugas profesional yang berkenaan dengan profesinya, tugas ini berkenaan
dengan tugas mendidik, mengajar, melatih dan mengelola ketertiban sekolah, (2)
tugas manusiawi (human responsibility), dan (3) tugas kemasyarakatan (civil
mission).
Berkenaan dengan tugas yang pertama guru agar mampu merancang dan
melaksanakan berbagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa. Berbagai metode yang dikuasai oleh guru hendaknya dirancang sesuai
dengan keadaan siswa dan kemampuan prasyarat siswa pada pembelajarannya. Salah satu
metode yang dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa adalah metode
demonstrasi, karena dengan metode ini siswa diarahkan untuk belajar aktif,
kreatif dan menyenangkan.
Pemebelajaran matematika dengan metode demonstrasi diharapkan dapat
membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep pembelajaran.
Karena dengan metode demonstrasi siswa dapat melihat langsung benda-benda,
objek nyata yang dipertunjukkan oleh guru bahkan
siswa dapat secara langsung
memperagakan dan mempergunakannya.
Sebagaimana menurut Jean Piaget dalam Sutardi (2008,42) bahwa usia anak
SD merupakan tingkat permulaan berpikir rasional dan memiliki operasi-operasi
logis yang diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam pemikiran dan
persepsinya siswa belum dapat berurusan dengan materi abstrak.
Menurut Gagne (Suherman, 2000 : 35) bahwa dalam belajar matematika ada
dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan tak langsung.
Objek langsung yaitu siswa diajak ke dalam materi yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari serta diperoleh dengan penemuan sendiri sehingga pengetahuan yang
didapat lebih permanen dan bermakna. Sedangkan objek tak langsung yaitu siswa
mempelajari materi dari buku paket atau media-media lainnya seperti televisi.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa
dalam menjumlah bilangan cacah di kelas 1 SD Negeri Garut Kecamatan Garut Kota Garut
dengan judul “Pembelajaran dengan Metode Demonstrasi untuk MeningkatkanKemampuan Siswa Menjumlah Bilangan Cacah”.
Untuk melanjutkan silahkan ---------- KLIK DISINI -----------
Untuk melanjutkan silahkan ---------- KLIK DISINI -----------
0 Komentar untuk "Contoh Skripsi Matematika Tentang Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menjumlah Bilangan Cacah"