Di
samping pedoman sederhana di atas,untuk mencegah dan mengatasi flebitis bisa
dipertimbangkan strategi berikut:
a) Mencegah plebitis bakterial
Pencegahan ini menekankan pada kebersihan
tangan, teknik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun
lebih disukai sediaan chlorhexidine-2%, tinctura yodium, iodofor atau alkohol
70% juga bisa digunakan.
b) Selalu waspada dan jangan meremehkan
teknik aseptik.
Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk
penyuntikan obat atau pemberian infus IV, dan pengambilan sampel darah)
merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock
lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 – 50% dalam serangkaian besar kajian.
c) Rotasi kanula
May dkk(2005) melaporkan hasil 4 teknik
pemberian PPN, di mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral
setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas plebitis. Namun, dalam uji kontrol
acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan bahwa kateter
bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada
kontraindikasi. The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan
penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi, namun
rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup
d) Aseptic dressing
Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah
plebitis. Kasa setril diganti setiap 24 jam
e) Laju pemberian
Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat
infus larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko plebitis. Namun, ada
paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas tinggi.
Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam. Durasi
sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi waktu kontak campuran yang
iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150 –
330 mL/jam). Vena perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan
sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan
filter 0.45mm. Kanula harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri atau
kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam pemberian infus jaga
sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance atau nutrisi
parenteral.
f) Titrable acidity
Titratable acidity dari suatu larutan infus
tidak pernah dipertimbangkan dalam kejadian plebitis. Titratable acidity
mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan infus.
Potensi plebitis dari larutan infus tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH
atau titrable acidity sendiri. Bahkan pada pH 4.0, larutan glukosa 10% jarang menyebabkan
perubahan karena titrable acidity nya sangat rendah (0.16 mEq/L). Dengan
demikian makin rendah titrable acidity larutan infus makin rendah risiko
plebitisnya.
g) Heparin & hidrokortison
Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan
infus sampai kadar akhir 1 unit/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu
pasang kateter. Risiko plebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan
tertentu (misal, kalium klorida, lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat
dikurangi dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti hidrokortison. Pada uji
klinis dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna mengurangi
kekerapan plebitis pada vena yg diinfus lidokain, kalium klorida atau
antimikrobial. Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau dikombinasi dengan
hidrokortison telah mengurangi kekerapan plebitis, tetapi penggunaan heparin
pada larutan yang mengandung lipid dapat disertai dengan pembentukan endapan
kalsium.
h) In-line filter
In-line filter dapat mengurangi kekerapan
plebitis tetapi tidak ada data yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah
infeksi yang terkait dengan alat intravaskular dan sistem infus.
0 Komentar untuk "Cara Penatalaksanaan Flebitis"