BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan
merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu hal yang penting dalam
memberikan bimbingan ialah dalam memahami perkembangan murid secara keseluruhan,
baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Dengan demikian murid
akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah. Pemahaman murid ini merupakan
salah satu langkah yang harus dilaksanakan oleh pembimbing. Untuk dapat
memahami murid dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing perlu sekali mengumpulkan
berbagai keterangan atau data tentang masing-masing murid. Undang-Undang Sistem
Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dilihat dari
Undang-Undang diatas, bimbingan sangatlah berperan dalam pendidikan. Karena,
pendidikan tanpa bimbingan tidak akan berjalan dengan baik. Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru
mampu memahami bagaimana cara menggunakan teknik tes dan non-tes pada murid
supaya setiap murid berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada bagian ini kami hanya akan membahas tentang teknik
non-tes.
Teknik nontes merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil
rekayasa dari guru dan sekolah. Adapun kegunaan teknik nontes ialah untuk
mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes, seperti
kebiasaan belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, keterangan orangtua
dan lingkungannya mengenai diri siswa, dan lainnya. Teknik nontes yang akan
kita bahas bersama adalah: observasi, angket, dan wawancara.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
teknik non-tes?
2.
Apa yang dimaksud dengan
observasi?
3.
Apa yang dimaksud dengan
wawancara?
4.
Apa yang dimaksud dengan
angket?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan teknik non tes.
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan observasi.
3.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan wawancara.
4.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan angket.
D. Manfaat Penulisan
1.
Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan studi perbandingan dalam upaya pembuatan makalah atau
penelitian selanjutnya yang dianggap relevan, terutama terkait masalah teknik
non tes dalam bimbingan dan konseling.
2.
Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat
menambah referensi dalam khazanah pengetahuan tentang teknik nontes dalam bimbingan
dan konseling bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK NON TES
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk
memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif.
A.
Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu teknik atau cara
untuk mengamati keadaan atau suatu keadaan (tingkah laku).
1.
Ciri-ciri Observasi
Ciri-ciri observasi adalah sebagai
berikut:
a.
Dilakikan
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu,
b.
Direncanakan
secara sistematis,
c.
Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan,
d.
Perlu
diperiksa ketelitiannya.
2.
Jenis Teknik Observasi
Teknik observasi ini dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.
Observasi
sehari-hari, yaitu observasi yang tidak direncanakan dengan seksama,
b.
Observasi
sistematis, yaitu observasi yang direncanakan dengan seksama,
c.
Observasi parisipatif, yaitu observasi dimana
observer berada dalam situasi yang sedang diamati.
d.
Observasi
non-partisipatif, yaitu observasi dimana observer tidak turut atau berada dalam
situasi kegiatan siswa.
Berdasarkan hubungan observer (pengamat)
dengan kelompok yang diamatinya (observee), observasi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Partisipan penuh
Pengamat menyamakan diri dengan orang yang diobservasi.
Dengan demikian,
observer dapat merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh observee.
Tidak jarang seorang observer tinggal bersama
dengan kelompok yang
diamatinya dalam waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian dari
yang bersangkutan.
b. Observer sebagai pengamat
Masing-masing pihak, baik observer maupun observee,
menyadari peranannya. Observer sebagai pengamat membatasi diri dalam
berpartisipasi sebagai pengamat, dan observee menyadari bahwa dirinya
adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, observer membatasi
aktivitasnya dalam kelompok observee.
c. Observer sebagai partisipan
Observer hanya berpartisipasi sepanjang yang
dibutuhkan dalam “penelitian”nya.
d. Pengamat sempurna (complete observer)
Observer hanya mejadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamati.
3.
Pedoman Observasi
Agar data yang dikumpulkan melalui
observasi dapat dicatat dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman
observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain: (1) daftar cek (checklist);
(2) skala penilaian (rating scale); (3) catatan anekdot (anecdotal
records); (4) alat-alat mekanik (mechanical devices). Untuk
keperluan memahami individu, pedoman ini akan dipakai oleh wali kelas,
guru-guru, konselor, dan personil sekolah yang lain.
a. Daftar Cek (Checklist)
Daftar
cek adalah suatu daftar pernyataan yang memuat aspek-aspek yang mungkin
terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku, atau kegiatan individu yang sedang
diamati. Semua aspek yang akan diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar
sehingga pada waktu observasi, observer (pengamat) tinggal membubuhkan tanda
cek terhadap ada atau tidak adanya aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian
bagi diri individu atau kejadian yang diobservasi. Daftar cek ini dapat
digunakan untuk mengobservasi individu atau kelompok individu.
Gejala-gejala
perilaku atau tingkah laku seseorang yang dapat diobservasi dengan teknik ini
antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas belajar dan bekerja, kepemimpinan dan
kerjasama, pergaulan, dan topik lain yang relevan dengan kegiatan akademik dan
nonakademik dalam kehidupan sekolah.
b. Skala Penilaian (Rating
Scale)
Skala
penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk
memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada
skala penilaian didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala
penilaian merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk
menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala
penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala.
Skala
penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah
laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya
memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu
muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk menilai dan
menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala penilaian dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala
penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati
gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif
skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala penilaian grafis adalah suatu
alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah
laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk
grafis (garis).
c. Catatan Anekdot
(Anecdotal Records)
Catatan anekdot biasa juga dikenal dengan catatan berkala. Dalam catatan
berkala, observer tidak mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa, melainkan
mencatat kejadian pada waktu-waktu yang tertentu. Apa yang dilakukan oleh
observer adalah mengadakan observasi atas cara anak bertindak dalam jangka
waktu yang tertentu dan kemudian observer memberikan kesan umum yang
ditangkapnya. Setelah itu, observer menghentikan observasi untuk kemudian
melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu
sebelumnya. Catatan berkala dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting
dalam suatu situasi yang melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam
bentuk pernyataan singkat dan objektif.
d. Alat-Alat
Mekanik (Mechanical Devices)
Dengan adanya kemajuan di bidang teknik maka observer dapat menggunakan
alat-alat yang lebih baik di dalam melakukan observasi, misalnya dengan
foto-foto/ slide, tape recorder, dan sebagainya.
4. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan observasi diantaranya sebagai
berikut:
a.
Dapat
digunakan untuk memperhatikan berbagai gejala tingkah laku.
b.
Memungkinkan
pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting.
c.
Digunakan
untuk melengkapi data yang diperlukan dari teknik lain.
Selain itu,
observasi juga memiliki kekurangan, antara lain sebagai berikut:
a.
Banyak
hal-hal yang tidak dapat diamati dengan observasi langsung.
b.
Apabila
objek observasi mengetahui bahwa ia sedang diamati cenderung melakukan
kegiatannya dibuat-buat.
c.
Timbulnya
suatu kegiatan yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sebelumya
sehingga pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan
observasi.
d.
Observasi
banyak tergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
B.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan
informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta
informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua murid, teman-temannya atau
orang lain yang diminta keterangan tentang murid.
Contoh penggunaan wawancara ini seperti guru ingin
mengetahui informasi dari murid yang sering membolos dari sekolah. Di sini
dapat mengajukan pertanyaan tentang : identifikasi orangtua, jarak tempat
tinggal, perhatian orangtua terhadap belajar murid, keadaan ekonomi, kegiatan
sehari-hari yang dilakukan murid dan alasannya mengapa sering membolos, minat
bersekolah, dan lain-lain.
1. Macam-Macam
Teknik Wawancara
a. Menurut jumlah orang yang diwawancarai, maka wawancara
dapat dibedakan:
1) Wawancara perorangan (individual), yaitu wawancara
yang dilakukan oleh seorang (pewawancara) dengan responden tunggal.
2) Wawancara kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan
terhadap sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan.
b. Menurut peran yang dimainkan, maka wawancara dapat
dibedakan menjadi:
1)
The non-directive interview, yaitu wawancara yang digunakan dalam proses konseling;
2)
The focused interview, yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai
hubungan dengan objek-objek yang diselidiki; dan
3)
The repeated interview, yaitu wawancara yang berulang. Wawancara ini terutama digunakan untuk
mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses sosial.
c. Berdasarkan subyek atau responden dan tujuannya,
wawancara dapat dibedakan menjadi:
1) Wawancara jabatan (the employment interview)
ialah wawancara yang ditujukan untuk mencocokan seorang calon pegawai dengan
pekerjaannya yang tepat. Wawancara ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran
sampai dimana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang
diminta oleh suatu employment;
2) Wawancara disipliner atau wawancara administratif (administrative
interview) ialah wawancara yang ditujukan untuk ”menuntut” perubahan
tingkah laku individu ke arah kegiatan yang diinginkan oleh pewawancara.
Wawancara ini dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk
kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan didalam
tindakannya (changes in behaviour);
3) Wawancara konseling (counseling interview)
ialah wawancara yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi atau
memecahkan masalahnya dengan kata lain wawancara ini ini dijalankan untuk
keperluan konseling; dan
4) Wawancara fact-finding ialah wawancara dengan teknik pengumpulan data / fakta.
2. Kelebihan dan Kekurangan Wawancara
Kelebihan
wawancara sebagai teknik pengumpul data, adalah sebagai berikut.
a.
Wawancara
merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid.
b.
Dengan wawancara maka pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat
diperjelas oleh pewawancara sehingga responden lebih mengerti akan apa yang
dimaksudkan.
c.
Dapat
dilakukan terhadap setiap tingkatan umur.
d.
Oleh karena ada hubungan langsung (face to face), maka diharapkan dapat
menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga akan mempunyai pengaruh
yang baik pula terhadap hasil wawancara
e.
Dapat
diselenggarakan serempak dengan observasi.
f.
Digunakan
untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahan –
kelemahannya, diantaranya sebagai berikut.
a.
Tidak
efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu secara singkat.
b.
Sangat
tergantung pada kesediaan kedua belah pihak.
c.
Menurut
penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
C.
Angket
Angket (kuisioner) merupakan alat pengumpul data
(informasi) melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket
ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang berbagai hal yang berkaitan responden (murid).
Beberapa petunjuk untuk
menyusun angket :
a.
Gunakan
kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap.
b.
Susunan
kalimat sederhana tapi jelas.
c.
Hindarkan
pemakaian kata-kata yang sulit dipahami.
d.
Hindarkan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
e.
Selanjutnya
petanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab.
f.
Hindarkan
kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responden.
1. Bagian
Pokok Angket
Pada umumnya di dalam angket itu kita dapati dua
bagian pokok, yaitu:
a.
Bagian yang mengandung data identitas
Bagian yang mengandung data identitas
merupakan bagian yang mengandung data tentang keadaan diri orang atau anak yang
diberi angket tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa,
agama, dsb
b. Bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya
Bagian yang mengandung pertanyaan fakta atau opini ialah bagian yang
mengandunng pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan fakta atau opini.
Serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada responden melalui angket dapat berupa: pertanyaan fakta, mencakup: umur,
pendidikan, agama, alamat, nama, kelas; pertanyaan tentang pendapat dan sikap,
mencakup perasaan dan sikap responden tentang sesuatu; pertanyaan tentang
informasi, mencakup apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal
tersebut diketahuinya; dan pertanyaan tentang persepsi diri, mencakup penilaian
responden terhadap perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Untuk keperluan di
sekolah, angket disiapkan untuk membantu para guru agar dapat memahami siswa
lebih mendalam.
2. Jenis-jenis Angket
Ada berbagai macam angket. Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu:
a. Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan
sebagai berikut:
1) Angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung diberikan
kepada orang yang dimintai pendapat atau jawabannya atau responden yang ingin
diselidiki. Jadi, kita mendapatkan data dari sumber pertama (first resource),
tanpa menggunakan perantara untuk memperoleh jawaban. Misalnya: angket siswa.
2) Angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan kepada orang lain
yang dimintai pendapat tentang keadaan seseorang. Jenis angket ini membutuhkan
perantara untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari
sumber pertama. Misalnya: angket orangtua tentang anaknya, angket guru tentang
siswanya, dan lain-lain.
b. Dilihat dari strukturnya, angket dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Angket berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
beserta jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret.
2) Angket tidak
berstruktur, ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.
c. Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket
dibedakan sebagai berikut.
1) Pertanyaan
terbuka (open questions), yaitu
angket yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada responden untuk
memberikan jawaban atau tanggapannya. Biasanya jenis angket ini digunakan
apabila ingin mendapatkan opini.
2) Pertanyaan
tertutup (closed questions), yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang membuat responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan di dalam angket itu. Jadi, jawabannya terikat. Responden tidak dapat
memberikan jawaban secara bebas seperti yang mungkin dikehendaki oleh
responden. Biasanya jika masalah yang hendak dicari jawabannya sudah jelas maka
orang akan menggunakan jenis angket ini.
3) Kombinasi
terbuka dan tertutup (open and closed questionaire),
yaitu jika jawabannya sudah ditentukan, kemudian disusul pertanyaan terbuka.
3. Langkah-langkah
Penyelenggaraan Teknik Angket
1. Tahap persiapan
Langkah pertama, memerinci atau menjabarkan variabel-variabel yang akan
diukur. Contohnya dalam angket siswa variabel-variabelnya meliputi: riwayat
pendidikan atau sekolah, harapan-harapan, cita-cita, kebiasaan belajar, hobi,
aktivitas di luar sekolah atau keorganisasian, keadaan keluarga, dan lingkungan
tempat tinggal.
Langkah
kedua, menetapkan model jawaban, yang ditentukan oleh bentuk jawaban
yang dikehendaki dari variabel angket tertentu. Seperti jawaban uraian singkat,
jawaban kategorikal, jawaban berskala, jawaban tabuler, jawaban dengan cek atau
pilihan ganda. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan juga kelebihan dan
kelemahan masing-masing model jawaban.
Langkah ketiga, menyusun angket; yang perlu memperhatikan
komponen-komponen: pengantar, petunjuk pengisian, butir-butir pertanyaan, dan
penutup.
a. Pengantar
Maksud utama dari pengantar
ialah mengadakan pendekatan terhadap responden agar bersedia memberikan
keterangan yang dibutuhkan. Dengan demikian, pengantar perlu dirumuskan dengan
baik, yang memuat tentang: tujuan angket secara jelas dan diplomatis serta
harapan kerjasama, dan menunjukkan ketegasan tentang jaminan kerahasiaan
informasi yang diberikan siswa.
b. Petunjuk pengisian
Petunjuk pengisian angket harus
dirancang dengan baik dan jelas sebab akan mempermudah responden dalam mengisi
setiap butir pertanyaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam petunjuk angket
adalah: petunjuk pengisian angket hendaknya dirumuskan dengan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dimengerti, petunjuk memuat tentang cara mengisi
angket, misal: jawaban dengan melingkari, memberi tanda silang, memberi tanda
cek, diisi dengan jawaban bebas atau isian singkat, dan dimana mengisinya.
c. Penyusunan butir pertanyaan
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam
menyusun butir pertanyaan adalah susunan kalimat hendaknya sederhana dan jelas,
gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti ganda, pertanyaan hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan responden, hindarkan kata-kata yang bersifat
sugestif, pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab, pertanyaan jangan
menuntut siswa/ responden untuk berpikir terlalu berat, gunakan kata-kata yang
netral, hindarkan kata-kata yang tidak berguna atau tidak perlu.
d. Penutup
Bagian ini berisi ucapan terima kasih kepada responden
atau siswa karena dedikasinya dalam bekerjasama untuk kepentingan bimbingan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kita mempersiapkan instrumen angket beserta lembar jawaban
yang diperlukan. Kemudian membagikan instrumen tersebut untuk diisi siswa/
responden. Selanjutnya kita membacakan petunjuk pengisiannya dan mengecek
jumlah siswa/responden yang sudah mengembalikan angket dan lembar jawabannya.
3. Tahap Analisis Hasil
Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan penyekoran terhadap jawaban
responden. Penyekoran ini dibedakan atas penyekoran terhadap
pertanyaan-pertanyaan tertutup atau berstruktur dengan model jawaban yang sudah
tersedia dan terbatas, serta penyekoran terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka
atau tidak berstruktur yang memerlukan jawaban uraian bebas. Kemudian,
mengelompokkan jawaban responden atas variabel-variabel yang diukur.
Selanjutnya, akan diperoleh gambaran menyeluruh tentang responden. Adapun untuk
keperluan penginterpre-tasian data hasil analisis angket ini harus pula
dikaitkan dengan hasil analisis data dengan teknik lain, misalnya: teknik
observasi, wawancara, dsb.
4. Kelebihan dan
Kekurangan Teknik Angket
Kelebihan angket sebagai instrumen
pengumpul data.
a. Teknik angket lebih efisien bila ditinjau
dari pembiayaan dan jumlah responden karena dapat mengumpulkan data dalam
jumlah responden yang besar dalam waktu yang singkat.
b. Dapat mengungkap data yang memerlukan
perkembangan dan pemikiran, dan bukan jawaban spontan. Setiap jawaban dapat
dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya
waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana
dalam wawancara.
c. Dapat mengungkap keterangan yang mungkin bersifat
pribadi dan tidak akan diberikan secara langsung. Dalam menjawab pertanyaan
melalui angket, responden dapat lebih leluasa karena
tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.
d. Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah
dianalisis, karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden sama.
Sedangkan keterbatasan angket sebagai
instrumen pengumpul data adalah sebagai berikut:
a. Tidak akan dapat menjaring data yang
sebenarnya jika petunjuk pengisian tidak jelas.
b. Tidak dapat diketahui dengan pasti bahwa
responden sungguh-sungguh dalam mengisi angket. Sering terjadi angket juga
diisi oleh orang lain (bukan responden yang sebenarnya), karena dilakukan tidak
secara langsung berhadapan muka antara peneliti dan responden.
c. Tidak dapat ditambah keterangan yang dapat
diperoleh lewat observasi; dan
d. Angket diberikan terbatas kepada orang
yang melek huruf.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teknik non-tes
merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi
murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik non tes terdiri dari observasi, wawancara, angket, dan lain-lain.
Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru
untuk mengetahui anak mana yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah,
anak bermasalah dan sebagainya.
B.
Saran
1.
Berikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya.
2.
Lakukanlah
beberapa teknik non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3.
Lakukanlah
secara kontinu/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa
4.
Berikanlah
bimbingan dan pengarahan tambahan kepada siswa bila hal ini diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta:
Pustaka Belajar Offset.
Saifuddin, Azwar. 1998. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan
Pengukutan Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
Setiawati, dkk. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI
PRESS.
Rakhmat, Cece dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI
PRESS.
Suherman, . 2006. Memahami Karakteristik Siswa. Bandung:
UPI PRESS.
Rustiani, Risa. 2010.
Perkembangan Peserta Didik. [online]. Tersedia: http://perkembanganpesertadidik.blogspot.com. [18 Februari 2014].
Banjari, Mujahid. 2012.Teknik Tes. [online]. Tersedia:
http://mujahidbanjari.wordpress.com ./2012/12/04/teknik-tes. 18 Februari 2014.
Muchlis, In. 2012. Teknik Tes dan Non Tes. [online].
Tersedia: http://inmuchlis.blogspot.com/2012/01teknik-tes-dan-non-tes.html.
[18 Februari 2014]
Tag :
MAKALAH BK
0 Komentar untuk "Contoh Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Siswa (Teknik Non Tes 1: Observasi, Wawancara, Angket)"