katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Latar Belakang Masalah Proposal Tentang Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Bilangan Bulat Melalui Penerapan Strategi Pemecahan Masalah

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas SDM, karena pendidikan mengusahakan suatu lingkungan yang memungkinkan perkembangan bakat, minat, dan kemampuan siswa secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang dirumuskan agar pendidikan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa mampu bersaing di era global. Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut tersirat dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I ayat (1) yang menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang Sisdiknas 2003)

Pernyataan lain yang disebutkan pada BAB I ayat ( 2) adalah :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (Undang-Undang Sisdiknas 2003)
Berdasarkan kedua pernyataan di atas memberikan pemahaman bahwa siswa harus mengembangkan potensi diri untuk memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Salah satu sarana untuk mengembangkan potensi diri siswa adalah dengan belajar matematika, karena matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar  yang mempunyai tujuan tertentu sesuai yang tercantum dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004: 19) bahwa “tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten”. Sedangkan tujuan yang tercantum dalam KTSP 2006 (BNSP, 2006: 21):
1.        Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.        Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.        Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.        Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.        Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan tersebut guru yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, harus menguasai dan memahami apa yang akan diajarkan. Itu sangat penting supaya siswa tidak kebingungan dalam belajar matematika atau merasa takut apabila harus belajar matematika.
Menurut Mooris Kline yang dikutip oleh Simanjuntak menyatakan  “bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika” (Simanjuntak dkk,1992:64). Oleh karena itu langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut adalah memberikan motivasi belajar matematika bagi masyarakat  khususnya anak-anak atau siswa. Keberhasilan proses belajar matematika tergantung pada persiapan siswa dan persiapan guru di bidangnya. Siswa mempunyai minat dan senang belajar matematika. Apabila siswa tidak senang atau tidak tertarik untuk belajar matematika maka guru akan sulit mengajarkannya. Guru harus mempunyai strategi agar siswa merasa perlu belajar matematika.
Menurut Russeffendi yang dikutip oleh Suwangsih menyatakan bahwa“…matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”, (Suwangsih dkk, 2006:3). Menurut pandangan penulis mata pelajaran matematika oleh siswa dirasakan cukup membingungkan dan memberatkan, ini dikarenakan terlalu banyak perhitungan, rumus-rumus dan pernyataan-pernyataan yang sulit dipahami oleh siswa sekolah dasar.
Salah satu contohnya yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri .............. Tasikmalaya. Siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan. Dalam menyelesaikan soal cerita tersebut, siswa kurang memahami pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam soal, tidak teliti atau  tidak memperhatikan pada saat guru memberikan penjelasan tentang pecahan. Sehingga dalam penyelesaiannya tidak sesuai yang diharapkan. Bahkan ada yang tidak mengerjakannya karena tidak mengerti.
Berdasarkan permasalahan di atas maka guru harus dapat memilih strategi belajar mengajar yang tepat, mengetahui tujuan pendidikan dan pengajaran atau pendekatan yang diharapkan serta dapat melihat tingkat kesiapan dan kemampuan siswa belajar. Dengan mengetahui kesiapan siswa dalam belajar matematika, maka pengajaran yang akan disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Strategi belajar mengajar yang berorientasi pada belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Simanjuntak adalah “dengan membilah-bilah bahan yang akan diajarkan ke dalam bagian yang makin kompleks” (Simanjuntak dkk,1992:64). Gagne memandang semua mata pelajaran sebagai onggokan elemen-elemen yang terus meningkat mulai dari kaitan-kaitan stimulus, respons, sederhana serta konsep-konsep atau aturan-aturan (dalil-dalil) sampai pada pemecahan masalah yang berpikir derajatnya lebih tinggi dan penerapan strategi belajar mengajar, namun harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat proses siswa dan tingkat kesiapan siswa belajar. Apabila siswa tidak siap untuk belajar maka hal tersebut bisa menjadi masalah.
Dalam pemecahan masalah menurut Gagne yang dikutip oleh  Simanjuntak mempunyai beberapa langkah sebagai berikut:
1.      mengubah  situasi pendidik  (guru) mengajar pada situasi peserta didik belajar;
2.      dari pengalaman pendidik kepada pengalaman peserta didik;
3.      dari dunia pendidik ke dunia peserta didik;
4.      pendidik menempatkan peserta didik pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong peserta didik untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan (Simanjuntak dkk,1992:64)

Menurut Polya  yang  dikutip oleh Suherman dkk (2001:91) “solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan”.
Strategi pemecahan masalah merupakan alternatif penulis untuk mengadakan penelitian menyelesaikan  soal cerita tentang  pecahan di Sekolah Dasar Negeri ..............Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah PTK dengan judul penelitianMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH        (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri .............. Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012).
0 Komentar untuk "Contoh Latar Belakang Masalah Proposal Tentang Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Tentang Bilangan Bulat Melalui Penerapan Strategi Pemecahan Masalah"

Back To Top