BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk ciptaan Allah SWT, manusia telah dibedakan dengan makhluk lainnya, pada dasarnya manusia adalah makhluk individu. Namun manusia tak dapat hidup sendirian sehingga manusia itu memerlukan teman, sahabat, keluarga dan lainnya sehingga manusia disebut makhluk social. Manusia telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah ilmu filsafat aliran humanisme
Humanisme adalah aliran ideology yang diwarisi Barat dari filsuf Yunani kuno Protagoras yang mengangkat subyektifitas manusia sebagai ukuran segala penilaian.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah :
·
Menjelaskan tentang hakikat manusia
·
Menjelaskan tentang hakikat realitas
·
Menjelaskan tentang hakikat pengetahuan
·
Menjelaskan tentang hakikat nilai
·
Menjelaskan tentang hakikat pengertian humanisme
BAB II
PRINSIF-PRINSIP FILOSOFIS
A. Hakikat Manusia
Manusia adalah mahkluK ciptaan Allah SWT,manusia
telah disediakan dengan makhluk lainnya. Pada dasarnya manusia adalah
makhluk individual. Namun manusia tak dapat hidup sendirian sehingga manusia
itu memerlukan teman, sahahat, keluarga dan lainnya sehingga manusia disebut
makhluk sosial., Manusia telah diberikan akal fikiran untuk mampu menjadi
khalifah di muka bumi ini. Diberikan akal fikiran merupakan suatu anugerah yang
tak terhingga, karena dengan akal dan fikiran manusia mampu merubah segalanya.
Dengan akal dan fikiran manusia harus mampu berfikir dan berkembang ke arah
yang lebih baik. Salah satu contoh dari hasil pemikiran manusia adalah lahirnya
ilmu filsafat. Dengan ilmu filsafat manusia mampu berfikir secara radikal yaitu
suatu pola berfikir sampai ke akar-akarnya.
B. Hakikat Realitas
Pada kenvataaanya manusia telah mampu mengembangkan ilmu pengerahuan.
Diantaranya adalah Ilmu filsafat aliran humanisme. Aliran filsafat ini telah
mempengaruhi manusia pada kehidupannya. Filsafat humanisme, berkembang selama
renaissance di Eropa dan Reformasi Protestan
yang didasarkan pada keyakinan bahwa individu-individu mengontrol nasib mereka
sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Humanisme adalah
istilah umum untuk berbagai jalan fikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya
ke jalan luar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan
manusia. Humanisme telah menjadi doktrin beretika Yang cakupannya diperluas
hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem
beretika tradisional yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
C. Hakikat Pengetahuan
Humanisme
modern dibagi menjadi dua aliran. Yaitu Humanisme keagamaan/ Religi dan
Humanisme Sekular. Humanisme keagamaan/ religi berakar dari tradisi renaisans-
pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para
cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada
maratabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serata kemungkinan yang
dihasilkan umat manusia.
Humanisme sekular, istilah ini merujuk pada keyakinan
yang berkaitan secara erat dimana kondisi-kondisi keberadaan manusia
berhubungan dengan hakekat manusia dan tindakan rnanusia bukannya pada takdir
atau intervensi tuhan. juga aliran ini mencerminkan bangkitnya globalisme,
teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekuler juga percaya pada
martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri
melalui logika. Orang-orang yang masuk kategori ini menganggap bahwa mereka
merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi
perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.
Humanisme adalah aliran ideology yang diwarisi Barat
dari filusuf Yunani kuno Protagoras yang menyangkut subyektifitas manusia
sebagai ukuran segala penilaian. Aliran ini menganggap bahwa individual
rasional sebagai nilai paling tinggi dan sumber nilai terakhir tanpa harus
terikat kepada agama tertentu. Aliran ini mengajarkan bahwa manusia dapat
menggali ajaran-ajaran budi pekerti dari renungan rasional tanpa harus merujuk
atau mengikatkan dirinya kepada agama tertentu. Sehingga membuka peluang
pergaulan sesama manusia demi mencapai persaudaraan segenap umat manusia tanpa
batas-batas agama, ras, suku bangsa tertentu. Aliran ini menganggap agama
sebagai sumber konflik. Sehingga harus dianulir peranannya di masyarakat
seminimal mungkin dan kalau bisa ditiadakan. Tokoh humanisme abad 19 di Eropa
ialah August Comte yang menggelari humanisme sebagai agama tersendiri dan
dinamakan agama kemanusiaan".
D. Hakikat Nilai
Dari
aliran ini muncul berbagai ajaran kebejatan moral setelah kehancuran iman.
Seperti nudisme yang menyerukan kembalinya manusia kepada keasliannya yaitu
hidup tanpa busana sebagaimana asalnya manusia ketika dilahirkan ibunya. Juga
tuntutan adanya. pengakuan hak kaum homosexsualitas untuk menjalin pernikahan
dengan pasangan sejenisnya secara resmi. Semua aliran dan gerakan itu harus
dihormati sebagai pandangan hidup manusia yang humanistis. Tetapi Allah ta' ala
sangat mencelanya sebagaimana dalam firman-Nya di Al-Quran :
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (yakni pengetahuan tentang isi), Kemudian ia melepaskan diri daripada AI-Kitab ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh Syaiton (sampai ia tergoda). Maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya) dengan ayar-ayat itu tetapi dia cenderung pada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu mengahlaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya la mengulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah pada mereka kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim". (Al-A'raf :175-177).
Dewasa
ini, humanisme telah menjadi nama lain bagi ateisme. Salah satu contohnya
adalah antusiasme terhadap Darwin yang khas pada majalah Amerika, The Humanist.
"Humanisme"
dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme
mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan,
perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme , jauh
lebih signifikan : humanisime adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep
peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain,
humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme
sabagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai,
karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya
pada otoritas supernatural mana pun".
Namun,
definisi paling jelas tentang humanisme dikemukakan oleh pendukungnya. Salah
seorang juru bicara humanisme paling terkemuka di masa kini adalah Corliss
Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of Humanism, ia menulis : (Singkatnya)
humanisme meyakini bahwa alam... merupakan jumlah total
dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan
pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural. sama sekali tidak ada
Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia
tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi, dan pada tingkat alam semesta
sebagai keseluruhan, bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural
dan abadi.
Sebagaimana
dapat kita lihat, humanisme nyaris identik dengan ateisme. dan fakta ini dengan bebas
diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto penting yang diterbitkan oleh
kaum humanis di abad yang lalu. Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan
ditandatangani oleh sebagian orang penting masa itu. Empat puluh tahun
kemudian, di tahun
1973, manifesto humanis kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi
berisi beberapa tambahan yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang
terjadi dalam pada itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media
menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika
yang masih sangat aktif.
Jika
kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi dasar pada
masing-masingnya dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak diciptakan
tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas
lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghambat
perkembangan pribadi dan masyarakat. Misalnya, enam pasal pertama dari Manifesto Humanis adalah sebagai
berikut :
- Pertama : Humanis religius memandang alam semesta ada dengan sendirinya dan tidak diciptakan.
- Kedua : Humanisme percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam dan bahwa dia rnuncul sebagai hasil dari proses yang berkelanjutan.
- Ketiga : Dengan memegang pandangan hidup organik, humanis menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad harus ditolak.
- Keempat : Humanisme mengakui bahwa budaya religius dan peradahan manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. Individu yang lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian besar dibentuk oleh budaya tersebut.
- Kelima : Humanisme menyatakan bahwa sifat alam semesta digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural atau kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima.
- Keenam : Kita yakin bahwa waktu telah berlalu bagi teisme, deisme, modernisme, dan beberapa macam "pemikiran baru".
Pada
pasal-pasa! di atas, kita melihat ekpresi dari sebuah filsafat umum yang
mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan
agnotisisme. Pada pasa! pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam
semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan sebagaimana dinyatakan teori
evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan
,jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Fasal
keempat mengajukan sebuah "evolusi budaya' dan menyangkal keberadaan sifat
manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang
diberikan pada penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam
semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk
menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan.
Akan
teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan
yang memusuhi agama sejati. Alasannya
adalah bahwa humanisme adalah pondasi utama dari perasaan anti agama. Iri
karena humanisme adalah ekspresi dari "manusia merasa bahwa dia akan
dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)", yang merupakan dasar
utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu
ayat Al-Quran, Allah berfirman:
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang : laki-laki dan Perempuan. Bukankah (Allah) yang berbuat demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati ?(QS. Al Qiyaamah, 75: 36-40)
Allah berfirman bahwa manusia tidak akan
"dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggunglawaban)", dan segera
mengingatkan bahwa mereka adalah ciptaan-Nya. Sebab, begitu menyadari bahwa
dirinya adalah ciptaan Allah, seseorang akan memahami bahwa dia bukannya
"tanpa per!anggungjawaban". tetapi bertanggang jawab kepada Allah.
Karena inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi doktrin dasar
filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto Humanis pertama
mengungkapkan doktrin ini. Lebih jauh lagi, kaum kaum humanis berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini.
Namun,
mereka keliru. Sejak Manifesto Humanis pertama dipublikasikan, kedua premis
yang dikemukakan kaum humanis sebagai fakta ilmiah tentang gagasan bahwa alam
semesta abadi dan teori evolusi, telah runtuh :
Pertama
Gagasan bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh serangkaian penemuan
astronomis yang dilakukan ketika Manifesto Humanis pertama tengah ditulis.
Penemuan seperti fakta bahwa alam semesta tengah berkembang, dari radiasi latar
kosmis dan kalkulasi rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam
semesta memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar
tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinama "Dentuman Besar".
Walaupun mereka yang mendukung filsafat humanis dan materialis tidak rela
menerima teori Dentuman Besar, mereka akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari
bukti ilmiah yang telah diketahui, kamunitas ilmiah akhirnya menerima teori
Dentuman Besar, yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum
humanisme tidak dapat membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis Anthony Flew
terpaksa mengakui :
"... karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis Stratonisian telah dipermalukan oleh konsensus kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para ahli kosmologi memberikan bukti ilmiah tentang apa yang oleh menurut St. Thomas tak dapat dibuktikan secara filosofis yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan...."
Kedua
Teori evolusi, pembenaran ilmiah terpenting di balik Manifesto Humanis pertama,
mulai kehilangan pijakan satu dekade setelan Manifesto itu ditulis. Saat ini
diketahui bahwa skenario yang dikemukakan sebagai asal-usul kehidupan oleh kaum
evolusionis uteis (dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan
J.B.S. Haldane pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk hidup
tidak dapat diturunkan secara spontan dari materi tak hidup sebagaimana
diajukan oleh oleh skenari. Catatan fosil menunjukan bahwa makhluk hidup tidak
berkembang melalui sebuah proses perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul
secara tiba-tiba dengan berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta iri
telah diterima oleh para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an.
Biologi modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari
kebetulan dan hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks dari
organisme yang menunjukkan sebuah perancangan cerdas terdapat bukti bagi
penciptaan.
IMPLIKASI
PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut pandangan humanisme diikhtisarkan oleh Mary Johnson
(Kartadinata, dalam Dasar-Dasar Kependidikan, 1987:77), sebagai berikut :
- Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan ekspiorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melihatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai.
- Kaum humansi telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan factor perasaan, emosi, motivasi dan minat sisawa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi.
- Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan bagaimana ia belajar.
- Kaum humanis berorientasi pada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri mengambii dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampu memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
- Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin. Pendidikan humanistik mencoba mengadaptasikain siswa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupan.
B. Peranan Siswa
Peranan siswa dalam dunia
pendidikan sangatlah penting, karena siswa adalah yang mencari ilmu sebagai
penerus bangsa di masa yang akan datang. Maka, semua siswa menurut aliran
humanisme harus mampu mengaktualisasik:an dirinya. Serta mampu mengembangkan
potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya.
C. Peranan Guru
Guru merupakan faktor pendorong
bagi siswa untuk mampu berubah disamping faktor-faktor lainnya" Menurut
orientasi psikologi humanisme para guru tidak perlu memaksa para siswa untuk
belajar, malahan mereka harus mampu menciptakan suatu iklim kepercayaan dan
rasa hormat yang memungkinkan siswa belajar, mempertanyakan wewenang dan
mengambil inisiatif dalm membentuk diri mereka sendiri. Para guru harus menjadi
fasilitator. Dan kelas harus menjadi tempat yang didalamnya, keingintahuan dan
hasrat untuk belajar dapat dipelihara dan diitngkatkan.
D. Metode
Sebagai contoh guru humanis,
perhatikan Carol Alexander. sejak sepuluh tahun lalu nilai mengajar disuatu
sekolah menengah pedusunan kecil, suatu posisi yang ia nikmati karena ukuran
sekolah yang kecil yang memungkinkan dia mengembangkan hubungan yang erat
dengan para siswaanya dan keluarga mereka Gaya mengajarnya didasarkan pada
hubungan-hubungan interpersonal yang ramah lagi terbuka dengan para siswanya,
dan ia bangga akan fakta bahwa para siswanya mempercayai dia dan seringkali
meminta dia nasehat yang terefleksikan dalam kelaziman dengan para siswa
terdahulu yang kembali mengunjungi atau mencari nasehatnya.
Kebanyakan
dari pengajaran Carol didasarkan pada diskusi kelas yang didalamnya la
mendorong para siswa untuk berbagi gagasan dan perasaan perasaan mereka
mengenai subyek yang ada secara terbuka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu
Filsafat adalah ilmu vang mempeiajari segala sesuatu secara radikal atau sampai
ke akar-akarnya. Ilmu filsafat ini terbagi-bagi menjadi beberapa mazhab dan
aliran-aliran. Salah satu aliranya adalah filsafat aliran humanime, aliran ini
memiliki cara berfikir yang menemukakan konsen-konsep perikemanusiaan sebagai
fokus dan satu-satunya tujuan, dengan kata lain
humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka
dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Namun, dalam
konsep pendidikan aliran ini lebih memberikan keterbukaan bagi siswa dalam
belajar.
B. Saran
Setelah
dipelajarinya filsafat humanisme kami mnyarankan agar kita semua tidak terjebak
pada aliran humanisme, karena aliran ini mengajak kita untuk hidup tidak
beragama atau berpaling dari tuhan "Atheisme", yang hanya
mementingkan keberadaan dan identitas diri manusia saja. Mengetahuinya kita
cukup untuk dijadikan wawasan pengetahuan tidak untuk dijadikan sebagai suatu
acuan hidup. Karena kita adalah makhluk yang beragama yang meyakini adanya
tuhan sebagai pencipta alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Harun Hadiwijono. 1980. Sari Sejarah Filsafat. Yogyakarta
: Yayasan Kanisius.
Noor Syam, Mohammad. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional.
Uyoh Sadullah. 1983. Dasar Filosofis Pendidikan. (Modul
3). Jakarta : Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tag :
MAKALAH AGAMA
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Agama Tentang Aliran Filsafat Humanisme"