BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Persalinan
normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan
ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
Faktor lainnya psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin.
dengan adanya keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada
faktor ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. kelambatan
atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu adalah kesulitan
dalam jalannya persalianan salah
satunya adalah distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang
menghambat kelancaran persalinan.yang dapat
dibedakan menjadi Distosia kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus,
Anecephalus, Kembar Siam, gawat janin, IUFD, tali pusat menumbung.
b. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena
kelainan Janin yaitu Bayi Besar,
Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat janin, IUFD, tali pusat
menumbung.
c. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Tentang Bayi besar?
2.
Bagaimana Tentang Hidrocephalus?
3.
Bagaimana Tentang
Anecephalus?
4.
Bagaimana Tentang Bayi kembar Siam?
5.
Bagaimana Tentang Gawat janin?
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Bayi Besar
2.
Definisi
Bayi
besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari
4000gram. menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan
dytosia kalau beratnya melebihi 4500gram.
Kesukaran
yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya
bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat
menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar. Macrosomia
atau bayi besar adalah bayi yang
lahir dengan berat lebih dari 4000 gram. Rata - rata bayi baru lahir dengan
usia cukup bulan ( 37 minggu-42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4ooo
gram. Pada kondisi tertentu ada beberapa ibu hamil yang melahirkan bayi dengan
berat diatas 4000 gram
3.
Faktor-faktor makrosomia
-
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan.
-
Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
-
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran
bayi besar
4.
Komplikasi
Bayi
besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun
dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar
kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan
kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat
kebidanan sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio
sesarea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih
besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu,
ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak
merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi
penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah.
Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang
terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi
besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat
dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil
Pemantauan glukosa darah ( Pada
saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar
glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-turut. Pemantauan
elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa
parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila
pemberian glukosa parenteral tidak efektif.
5. Alasan merujuk
Bila
dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut
adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi
adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan
dialami adalah:
a. Resiko dari trauma lahir yang tinggi
jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial
b. Distosia bahu
c. Ruptur uteri
d. Robekan perineum
e. Fraktur anggota gerak
Tindakan Selama Rujukan :
1.
Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah
Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2.
Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak
diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir,
distosia bahu, robekan perineum, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di
perjalanan.
4.
Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha
berpikir positif.
Mengingat resiko yang ditimbulkan
bila terjadi kehamilan dengan bayi macrosomia
( bayi besar ) tersebut, maka sebaiknya ibu hamil melakukan hal - hal berikut
ini:
a. Menjaga
kenaikan berat badan.
Terutama pada ibu hamil dengan Diabetes dan Obesitas. Untuk ibu hamil dengan
berat badan normal, kenaikan berat badan sekitar 10 kg - 13 kg, namun bila
berat badan sebelum hamil kurang dari 45 kg, atau sebelum hamil sudah obesitas
maka kenaikan berat badan disesuaikan dengan anjuran bidan atau dokter
b. Melakukan
aktifitas gerak dan olahraga. Ibu hamil yang kurang gerak akan membuat kalori tubuh
menumpuk dan tersimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan kalori tubuh. Senam
hamil dan jalan pagi yang teratur akan sangat membantu mencegah kenaikan
berat badan berlebih saat hamil.
c. Perbanyak
konsumsi buah dan sayuran memasuki trimester III. Buah- buahan segar atau sayuran
dalam bentuk jus yang banyak mengandung serat sangat disarankan. Hindari
camilan junkfood dan kudapan yang mengandung banyak zat gula misalkan es krim
dan puding berkadar gula tinggi . Minuman sirup manis sebaiknya juga dikurangi
bila kenaikan berat badan telah melewati batas normal.
d. Patuhi
diet dan pengobatan yang teratur. Bagi ibu hamil dengan riwayat diabetes sebaiknya mematuhi
diet atau aturan pola makan sesuai anjuran dokter dan teratur mengikuti program
terapi diabetes baik pemberian insulin maupun obat minum.
e. Pemeriksaan
kehamilan secara teratur untuk pemantauan berat badan selama kehamilan. Pada setiap kunjungan berkala
tersebut, bidan dan dokter akan membantu memantau berat badan setiap ibu hamil
dengan pertimbangan indeks massa tubuh atau BMI masing - masing ibu hamil.
b.
Hidrosephalus
1. Defenisi
Hydrocephalus adalah
suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor serebrospinalis yang berlebihan
dalam ventrikel-ventrikel, yang disertai dengan tekanan intracranial (sarwono,
2007). Hydrocephalus adalah jenis penyakit
yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi vertical
serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan
serebrospinalis, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinalis di dalam
cranium; Secara tipikal ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi,
deteriorasi mental, dan kejang-kejang (Sudarti dan Afroh Fauziah, 2012).
Hydrocephalus merupakan Penimbunan cairan otak dalam tengkorak dan bilik-bilik
otak sehingga kepala menjadi besar. Kadang disebut air di otak (Suseno Tutu dan
Masruroh, 2009).
2.
Bentuk Umum
Ada beberapa type
hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial.
Tiga bentuk umum hydrocephalus berdasarkan sirkulasi :
Tiga bentuk umum hydrocephalus berdasarkan sirkulasi :
a)
Hidrocephalus
Non-komunikasi (Non communicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b)
Hidrosefalus
Komunikasi (communicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
c) Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus).
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukkan hubungan tersebut.
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukkan hubungan tersebut.
3. Tanda dan gejala
Lingkar
kepala bayi aterm normal berkisar antara 32 dan 38 cm. pada hidrosephalus
lingkar kepala sering lebih mencapai dari 50 cm, dan terkadang mencapai 80 cm.
volume cairan biasanya berkisar antara 500- 1500 Ml , tetapi bisa juga sampai 5L
. pada presentasi bokongditemukan pada sepertiga kasus . pada presentasi
apapun, hidrosefalus lazimnya disertai disporposi sefalopelvik berat
dengan distosia serius sebagai konsekuensi umumnya .
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
a)
Penanganan
Sementara. Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
b)
Penanganan Alternatif (Selain Shunting) Misalnya
: pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini
cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham, 2003)
c)
Operasi
Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
Operasi pintas bertujuan
membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada
anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya
cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada
hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan
luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi
alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper,
2005:360)
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hydrocephalus antara lain
:
a. Menggunakan teknologi pintasan
seperti silicon.
Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam di jaringan otak,
kulit, dan rongga perut, dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup penderita
sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah
pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi
serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak
ada sayatan kecil didaerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak yang selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang, disusul,
kemudian dibuang sayatan kecil didaerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan,
dengan sebuah selang pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak
terlihat dari luar.
b. Teknik neuroendoskopi
Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnose dan sekaligus tindakan
bedah. VRIES pada tahun 1978 mengembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah
selang fiber-optik yang dilengkapi dengan peralatan bedah mikro dan sinar
laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang dikepala, selang dipadu dengan
layar televise, dioperasikan alat bedah untuk membuka tumor yang menyumbat
rongga ventrikel.
c.
Anencephalus
1.
Definisi
Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian
besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu
kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Anensefalus
terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebabnya yang
pasti tidak diketahui.
2.
Anenchepaly dapat terjadi karena di
sebabkan oleh:
a)
infeksi TORCH,
b)
kuman toksoplasma,
c)
rubella dan lain-lain,
d) disamping juga karena kakurangan
asam folat sehingga pembentukan organ janin tidak sempurna. Pembentukan organ
janin terjadi pada trimester pertama, sehingga sangat sulit untuk memperbaiki
keadaan ini kecuali saat akhir kelahiran, dibuatkan tempurung, namun itu sulit
di lakukan mengingak janin masih sangat kecil.
3.
Tanda dan gejala
Ibu polihididramnion, bayi tidak memiliki tulang
tengkorak tidak memiliki otak, terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak
kepala pada pemeriksaan USG.
Kelainan ini
ditandai dengan tidak adanya kubah cranium dan otak diatas dasar tengkorak dan
orbita. Kegagalan dalam memperoleh penampakan diameter biparietalis yang
adequate pada trimester kedua seyogyanya menimbulkan kecurigaan.
4.
Faktor risiko
Diantaranya : Hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi
(malnutrisi), mengkonsumsi kafein,
tar, alkohol, dll selama masa kehamilan.
Faktor
lingkungan yang multiple, 30% riwayat keluarga, Multi gravid >
6 kali , Primigravida, Riwayat melahirkan cacat.
5.
Penatalaksanaan
-
Deteksi dini
-
Konseling tentang : evaluasi
konsumsi nutrisi, kemungkinan kesulitan pada proses perslainan, rencana
persalinan dirumah sakit
-
Kolaborasi daan rujukan
-
Deteksi terhadap CPD
-
Persalinan pervaginam
dipertimbangkan dnegan syarat : pertolongan persalinan ditolong oleh dokter,
tenaga anestesi harus ada, dan adanya dokter anak.
-
Melakukan observasi : DJJ, kontraksi
uterus, posisi, caput / molding dan kekuatan mengedan
-
Lakukan episiotomy lebar
-
Distosia bahu lakukan manufer
Roberts
-
Jika dalam kala II mekanisme
persalinan tidak ada perkembangan lakukan sesar
d.
Kembar Siam
1. Definisi
Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ
tubuh ke daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik
gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka
pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.
Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi uterus
yang sama dan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan dalam hari yang sama.
Pada manusia, ibu dengan kandungan yang membawa bayi kembar dengan demikian
akan mengalami persalinan berganda dan biasanya masa mengandung yang lebih
singkat (34 sampai 36 minggu) daripada kehamilan bayi tunggal. Karena kelahiran
prematur biasanya memiliki konsekuensi kesehatan kepada bayi, kelahiran kembar
seringkali ditangani secara khusus yang agak berbeda daripada kelahiran biasa.
2. Ada
beberapa jenis kembar siam:
·
Thoracopagus: kedua tubuh bersatu di bagian dada
(thorax). Jantung selalu
terlibat dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan
atau tanpa operasi adalah rendah. (35-40% dari seluruh kasus)
·
Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian
bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi
biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, diafragma dan organ-organ lain. (34% dari seluruh kasus)
o
Xiphopagous: kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
·
Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang.
(19% dari seluruh kasus)
·
Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh
yang terpisah. Kembar siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena
kelainan serius di otak. Dikenal
juga dengan istilah janiceps (untuk dewa Janus yang bermuka dua) atau
syncephalus.
3. Penatalaksanaan
Konsultasi dengan ahli bedah anak akan memudahkan
orang tua mengambil keputusan. Juga perlu diingat bahwa kembar monoizigot
beresiko tinggi mengalami ketidaksepadanan malformasi struktur , kemungkinan
besar karena proses pembentukan kembar adalah kejadian teratogenik yang
mengganggu proses – proses perkembangan normal. Akibatnya kembar siam mungkiin
memiliki anomaly struktur yang tidak sepadan yang semakin mempersulit keputusan
mengenai kehamilan perlu dilanjutkan atau tidak. Sebagai contoh salah satu
kembar siam yang anencefalus. Pelahiran pervaginam kembar siam untuk tujuan
terminasi kehamilan dapat dilakukan karena penyatuan umumnya lentur walaupun
sering terjadi distosia. Apabila janin sudah matur, pelahiran pervaginam dapat
menimbulkan trauma.
e.
Gawat Janin
1.
Definisi
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung
denyut jantung janin dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan
amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium,
menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut seringkali tidak
benar.
Gawat janin
adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
2.
Etiologi
Gawat janin
yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin
sehingga memicu terjadinya gawat janin berikut etiologinya :
a)
Insufisiensi uteroplasenter akut
(kurangnya aliran darah uterus plasenta
dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik
uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi
vena kava, posisi terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta, plasenta
previa.
b)
Insufisiensi uteroplsenter kronik
(kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit
hipertensi, pada hipertensi khusunya preeklamsia da eklamsia terjadi vasopasme
yang merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan
aliran darah ke plasenta terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang
akan menjadikan gawat janin.
c)
Diabetes mellitus : pada ibu yang
menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada
ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu dan sering kali
disertai dengan hipoksia
d)
Isoimunisasi Rh, postmaturitas atau
dismaturitas, kompresi (penekanan) tali pusat.
3.
Tanda dan gejala
a) Frekwensi
bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
b) Berkurangnya
gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
c) Adanya air
ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak
kepala ).
d) Pada kehamilan
: ibu merasakan gerakan janin menurun, ibu merasa besar perut lebih kecil
e) Pada
persalinan : gerakan janin menurun atau meningkat.
f) Pada
kehamilan : terdapat retardasi pertumbuhan uterus, TFU< dari usia kehamilan,
pemeriksaan DJJ terjadi perubahan pola denyut DJJ dari nilai normal
g) Pada
persalinan : perubahan pola DJJ ( Takhikardi, bradikardi,), hipotensi pada ibu,
peningkatan suhu, kontraksi uterus hipertonik ( Ben – zion 1994)
4.
Faktor risiko
a.
Premature usia gestasi < 28 mingg
b.
Demam maternal
6.
Penatalaksanaan
a)
ingkatkan oksigen pada janin dengan
cara : Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya; Berikan cairan kepada ibu
secara oral atau IV; Berikan Oksigen.
b)
Periksa kembali denyut jantung
janin. Bila frekwensi bunyi jantung janin masih tidak normal, maka dirujuk;
Bila merujuk tidak mungkin, siap-siap untuk menolong BBL dengan asfiksia.
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri
untuk meningkatkan aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan
aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring
ke kiri tidak membantu. Coba posisi yang lain ( miring ke kanan, posisi sujud
). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati Gawat Janin.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Hidrosepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan
cairan serebrospinalis dalam pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar
serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun
dalam pentrikel biasanya 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai
5 liter. Hidrosefalus sering kali disertai kelainan bawaan lain seperti
misalnya spinabipida.
Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian
besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu
kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Anak yang
lebih berat dari 4000 g. Menurut kepustakaan anak yang besar baru dapat
menimbulkan distosia kalau beratnya melebihi 4500 g.
Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ
tubuh ke daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik
gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka
pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.
Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama
bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal
tersebut seringkali tidak benar
Macrosomia
atau bayi besar adalah bayi yang
lahir dengan berat lebih dari 4000 gram. Rata - rata bayi baru lahir dengan
usia cukup bulan ( 37 minggu-42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4ooo
gram.
b.
Daftar
Pustaka
MMK,Ai yeyeh
Rukiyah,S.Si.T.MMK,Lia Yulianti,Am.keb.2010.Asuhan Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:Trans Info Media
Fraser, Diane
M. Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar
Bidan Myles. Jakarta: EGC
Sarwono
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tag :
Makalah Kesehatan
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Kesehatan Tentang Distocia Kelainan Janin"