Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Perilaku
siswa-siswi usia sekolah saat ini sangat beragam, Salah satu
perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan
seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya
mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang
secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang
demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang
diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif
juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu
pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka
dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini
yaitu dengan pendekatan
yang dilakukan oleh lingkungan keluarga sendiri yaitu bimbingan oleh orang tua
dan pendekatan dari sekolah yaitu bimbingan konseling berupa
layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian,
diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang
terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam
penulisan ini adalah :
1.
Apa
pengertian anak usia dini?
2.
Apa
pengertian Hiperaktivitas?
3.
Apa saja
faktor-faktor penyebab Hiperaktivitas?
4.
Apakah
ciri-ciri anak Hiperaktif?
5.
Apa pengaruh
Hiperaktivitas terhadap perkembangan anak?
6.
Bagaimana
cara mengatasi Hiperaktivitas?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah anak yang Hiperaktif. Serta ingin memperluas ilmu sosial.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan
makalah ini antara lain :
- Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah anak yang Hiperaktif serta solusinya.
- Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan terutama PAUD-SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Usia Dini
Siapa yang
disebut anak usia dini ?
Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara
lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for the
Education of young Children) yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak
yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program
pendidikan, pra sekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC 1992).
Karakteristik
Anak Usia Dini ;
- Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
- Merupakan Pribadi yang Unik
- Suka Berfantasi dan Imajinasi
- Masa paling Potensial untuk Belajar
- Menunjukan Sikap Egosentris
- Memiliki Rentang Daya Konsentrasi yang Pendek
- Sebagai bagian dari Makhluk social
Teori
Perkembangan Anak
Tahapan
psikososial (Erikson)
Kepercayaan dasar Vs ketidakpercayaan (lahir hingga 12-18 bulan). Bayi
mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Hikmah
: Harapan
Autonomi Vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun),anak
mengembangkan keseimbangan independen dan kepuasan diri terhadap rasa malu dan
keraguan .Hikmah: Kehendak
Inisiatif Vs rasa bersalah (3 hingga 6 tahun)Anak mengembangkan inisiatif
ketika mencoba aktivitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah.
Hikmah :Tujuan
Industry Vs Inferioritas (6 tahun hingga pubertas) Anak harus belajar
keterampilan budaya atau menghadapi perasaan tidak kompeten. Hikmah :
keterampilan
Identitas Vs kekacauan identitas (pubertas hingga dewasa awal)Remaja harus
menentukan pemahaman akan diri sendiri (“siapakah saya ini ?”) atau mersakan
kekacauan peran . Hikmah : Loyalitas atau dapat dipercaya
Intimasi Vs isolasi (dewasa awal) Individu mencoba membuat komitmen dengan
orang lain; apabila tidak sukses maka dia akan menderita isolasi dan pemisahan
diri. Hikmah : Cinta
Produktivitas Vs stagnasi (dewasa tengah). Perhatian orang dewasa yang
sudah matang adalah membangun dan membimbing generasi selanjutnya atau merasa
tidak percaya diri. Hikmah : Rasa peduli
Integritas ego Vs putus asa (dewasa akhir) individu yang lebih tua
mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima kematian, atau
sebaliknya. Putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan
kembali hidupnya. Hikmah : Kebijaksanaan
Teori Paeget perkembangan Kognitif
Sensiromotor (lahir hingga 2 bulan ) secara gradual bayi mulai dapat
mengorganisir aktivitas yang berhubungan
dengan lingkungan melalui aktivitas sensoris dan motorik.
Preoperasional (2 hingga 7 tahun), anak mengembangkan system
representasional dan mengunakan symbol untuk mempresentasikan orang, tempat, dan peristiwa ,bahasa, dan imajinasi memainkan peran manifestasi penting tahap ini. Pemikiran masih belum logis.
Operasi kongkrit (7 hingga 11 tahun), anak dapat memecahkan masalah secara
logis jika mereka difokuskan kepada situasi saat ini, tetapi tidak dapat
berfikir abstrak.
Operasi formal (11 tahun hingga masa dewasa). Individu dapat berfikir
secara abstrak, berhadapan dengan situasi hipotetik dan berfikir tentang
kemungkinan-kemungkinan.
B. Pengertian Hiperaktivitas
Kata
“hiperaktivitas” (hiperaktivity)
digunakan untuk menyatakan suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukan
sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan implusif (semau gue). Anak-anak yang hiperaktif selalu bergerak. Mereka
tidak mau diam bahkan dalam situasi-situasi, misalnya ketika sedang mengikuti
pelajaran di kelas yang menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak
pernah merasakan asyiknya permaianan atau
mainan yang umumnya disukai anak-anak lain seusia mereka, sebentar-sebentar
mereka tergerak untuk beralih dari permainan atau mainan satu ke yang lain.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder
(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi
ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik
adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum
berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif
dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa dalam Irawati Ismail (2009).
Dr. Seto Mulyadi dalam Irawati Ismail (2009) dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, Tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Dr. Seto Mulyadi dalam Irawati Ismail (2009) dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, Tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktivitas
juga mengacu ke tiadanya pengendalian diri, misalnya mengambil keputusan atau
kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, dan sering menyebabkan
pelakunya terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.
Hiperaktivitas
tidak selalu harus dinyatakan sebagai penyakit. Kendatipun demikan,
hiperaktivitas juga bisa merupakan gejala(symptom)
yang menunjukkan adanya sesuatu yang salah dalam perkembangan anak anda.
Kalau anak anda hampir sepanjang waktu tampak sangat hiperaktif, dalam situasi
apapun yang dihadapinya maka gejala ini perlu diselidiki. Perangai demikian
mungkin tetap ada untuk jangka waktu yang panjang dan cukup parah untuk
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, kemampuan belajarnya, dan
kebahagiaannya. Pola tingkah laku ini kadang-kadang disebut “sindrom
hiperkinetik”. Umumnya sindrom hiperkinetik
menyebabkan seorang anak tidak bisa menjadi dewasa. Anak seperti ini
tidak dapat mengembangkan pengendalian dirinya dengan laju yang sama seperti
pada anak-anak lain yang seusia.
Di banyak negara penyebab pola prilaku ini
berbeda-beda, baik secara fisik maupun psikologik, ada yang turunan, ada pula
karena pengaruh lingkungan. Di hampir seantaro dunia, hiperaktivitas dipandang
sebagai suatu risiko terhadap perkembangan psikologik, dan karena itu tidak
mengherankan bila banyak orang yang mencemaskannya dan berusaha membantu
memecahkannya.
Hiperaktivitas yang diderita oleh anak-anak
hiperaktif biasanya tidak dalam tingkat yang sama. Hiperaktivitas mereka
biasanya menurun sampai saat mereka beranjak remaja. Yang lebih menghawatirkan
adalah bahwa mereka cenderung mengalami kegagalan di sekolah, yang bisa
menyebabkan sangat buruknya penilaian terhadap diri mereka sendiri, dan mereka
cenderung menghukum diri atau membalas dendam dengan merusak hubungan antara
mereka dengan orang-orang yang paling dekat.
ADHD diderita oleh sekitar
2-11 % anak usia sekolah seluruh dunia (Zametkin & Ernst,-1999) &
sampai 3-4 % terdapat di AS (Bloom & Tonthat,2000) ;USDHHS,1999c ),
walaupun beberapa riset menyatakan penyebaran tidak dapat diperkirakan (Rowlan
et all,2002). Gangguan tersebut ditandai dengan beerkesinambungannya ketidak
mampuan memperhatikan, tingkat ketertarikan terhadap gangguan
(distractibility), impulsivitas,toleransi yang rendah terhadap frustasi dan
banyak aktivitas yang dilakukan pada waktu dan tempat yang salah seperti di
ruang kelas (APA,1994). Anak laki-laki memiliki kecendrungan empat kali lipat
lebih besar daripada anak perempuan (Barkley,1998b;USDHHS,1999c;Zametkin &
Ernst,1999).
C. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1.
Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera
otak.
3. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif
terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna
hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
4. Faktor Kultural dan Psikososial
a.
PemanjaanPemanjaan dapat juga
disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan,
membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih
caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
b.
Kurang disiplin dan
pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau
pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika
anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan
orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di
sekolah.
c.
Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian
yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri.
Satu hal lain yang membantu berkembangnya hiperaktivitas adalah penggunaan hukuman secara tidak bijaksana oleh orang tua.
D. Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail
(2009), yaitu:
1. Tidak ada perhatian.
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk
berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan
sering tidak mendengarkan perkataan oranglain.
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur
3. Impulsif.
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaanya,
bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya,
menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif menurut Irawati Ismail (2009)
diantaranya ialah sebagai berikut :
1.
Sering menggerak-gerakkan
tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.
Sering meninggalkan tempat
duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.
Sering berlari-lari atau
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4.
Sering tidak mampu melakukan
atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5.
Selalu bergerak, seolah-olah
tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6.
Sering terlalu banyak bicara
7.
Sering sulit menunggu giliran
8.
Sering memotong atau menyela
pembicaraan
9.
Jika diajak bicara tidak dapat
memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
E. Pengaruh Hiperaktivitas Terhadap
Perkembangan Anak
Menurut Irawati Iskandar (2009), pengaruh jangka panjang terhadap anak yang
mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD).
1. Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, sehingga akhirnya mengalami
kegagalan sekolah.
2. Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua.
3. Anak sulit didisiplinkan, sehingga akhirnya mempunyai hambatan fungsi
sosial dan pekerjaan.
Dalam upaya pencegahan, yang penting bagi kita adalah :
1. Mencoba menganalisis masalah yang dihadapi.
2. Mencari jalan untuk mencairkan suasana yang terlanjur tegang dan berusaha
membina kembali hubungan yang hangat dan positif, yanag selanjutnya akan
digunakan sebagai landasan untuk pelaksanaan sistem kontrol.
3. Menerima atau mencari bantuan dari luar bila diperlukan.
F. Mengatasi Hiperaktivitas
Orang tua dan anak-anak
hiperaktifnya berkembang dengan baik sering kali adalah orang tua yang berhasil
mengatasi sendiri masalah mereka.
1. Mereka telah menemukan cara-cara untuk mengidentifikasi dan merangsang
pengendalian diri anak mereka.
2. Mereka memberlakukan aturan-aturan yang jelas, dan mereka berusaha sebanyak
mungkin meluangkan waktu untuk kegiatan-kegiatan bersama anak mereka bahkan
meskipun di antara mereka juga sering terjadi pertentangan.
3. Mereka berusaha mengendalikan diri mereka sendiri.
4. Sebagai suami istri, mereka tetap berusaha agar pendekatan mereka sejalan.
ADHD sering kali ditanggani dengan obat, terkadang dikombinasikan dengan terapi prilaku,konseling,pelatihan
keterampilan sosial,dan penempatan ruang kelas khusus. Dalam jangka pendek
psikomotorik stimulan seperti Methylphenidate (“Ritalin”), yang digunakan dalam
dosis yang tepat tampaknya aman dan efektif, akan tetapi dampak jangka
panjangnya tidak diketahui (AAP Committee On Children with disabilities dan
committee on Drugs,1996;Elia et all,1999;NIH,1998;Rodrigues,1999;USDHHS,1999c;
Zametkin,1995;Zametkin & Ernst,1999).sebuah studi 14 bulan yang dilakukan
secara acak terhadap 579 anak penderita ADHD usia 7 sampai 9 tahun menemuka
program perawatan denagn Ritalin yandg dimonitor secara hati-hati, baik berdiri
sendiri atau dikombinasikan dengan modifikasi prilaku, lebih efektif di
bandingkan dengan terapi prilaku saja atau perawatan komunitas standar (MTA
cooperative group,1999). Obat lebih baru yang disebut Atomoxehrie tampaknya
juga aman dan efektif bagi ADHD (Michelson et al,2001).[6][15]
A)
Metode Penanganan Anak Hiperaktif diLingkungan Keluarga
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
1.
Orang tua perlu menambah
pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
2.
Kenali kelebihan dan bakat
anak
3.
Membantu anak dalam
bersosialisasi
4.
Menggunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan
pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan
selalu memonitor perilaku anak.
5.
Memberikan ruang gerak yang
cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
6.
Menerima keterbatasan anak
7. Membangkitkan rasa percaya diri anak
8. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang
sebenarnya.
9. Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten,
jelas dan konsekuen.
10. Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia.
11. Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal,
bodoh, dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita
katakan. Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
12. Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
13. Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
14. Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang
agar anak mudah memahami dan menggunakan kekerasan.
15. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia
melakukan hal yang baik.
16. Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
17. Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai Kebutuhan anak.
B)
Penanganan Anak Hiperaktif di
Taman Kanak-Kanak
Untuk
penanganan anak hiperaktif di Taman Kanak-kanak dapat mengunakan metode bermain,
metode ini sangat baik diberikan kepada anak hiperaktif karena anak akan
belajar mengendalikan diri sendiri dan memahami dunianya. Dengan menggunakan
metode bermain kepada anak seperti ini diperlukan guru-guru yang harus
menemaninya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreatifitasnya,
yaitu melakukan kegiatan yang dapat menyalurkan bakat si anak. Bagi anak
seperti ini, metode ini dapat diberikan dan anak akan merasa sangat senang.
Karena anak itu dapat dengan bebas melakukan kegiatannya yang dirasakan cukup
baik bagi dirinya. Melalui kegiatan bermain ini anak dapat menggunakan
fisik-motorik. Bermacam-macam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan
tersebut seperti merayap, berlari, merangkak, berjalan, melompat, menendang dan
melempar. Guru atau pembimbing anak dapat melakukan metode bermain ini sehingga
anak tersebut tidak cepat bosan dengan cara yang diberikan oleh guru. Seperti
mengajak anak untuk bernyanyi yang menggunakan aturan main, anak seperti ini
akan tertarik untuk melakukannya.
Kegiatan
bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan kegiatan
bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan
kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. Anak dapat menyalurkan
rasa ingin tahunya dengan menggunakan metode bermain ini seperti bagaimana
caranya memasak, mengapa pohon layu bila tidak diberi air, dan sebagainya.
Kegiatan menggambar dapat juga diberikan kepada anak hiperaktif termasuk
didalam kegiatan bermain. Anak dalam menggambar dapat menggunakan pensil warna
dan kertas gambar. Cara seperti ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menyalurkan tenaga pada dirinya.
Penanganan anak hiperaktif melalui bimbingan dan konseling di Taman
Kanak-Kanak, dapat pula dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Mulailah pelajaran dengan
kegiatan yang mengeluarkan energi, seperti gerak dan lagu. Tujuannya untuk
mengurangi kelebihan energi khususnya pada anak yang hiperaktif.
2.
Tutuplah benda-benda yang
menarik perhatian anak.
3.
Gunakan warna cat yang lembut
untuk kelas dan peralatan yang ada serta hindari warna-warna yang terlalu
menyolok.
4.
Selalu menjelaskan kepada anak
hiperaktif mengenai kegiatan yang akan dilakukan, meliputi jenis kegiatannya,
hasil yang diharapkan, dan lama waktu yang dibutuhkan agar anak tersebut
senantiasa mengingat tugasnya.
5.
Berilah label pada setiap
tempat penyimpanan benda karena anak yang hiperaktif suka mengambil benda dan
lupa mengembalikannya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. - Bimbingan
dan konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan
konseling yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada
kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak yang
hiperaktif. Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak
hiperaktif akan sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi masa depan
anak tersebut.
- Saran
Dengan bantuan yang khusus dari ibu bapak, guru-guru, para dokter,atau lingkungan bermain, anak-anak ADHD akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian atau hiperaktif mereka dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena itu, lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka kebebasan bergerak. Atau membuat diagnosis lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang pakar yang berpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yang tidak dapat memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak tertentu tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah dan di sekolah dari ibu bapak dan guru sekolah. Kerapakali perawatan ADHD yang berhasil, melibatkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan bidang pengobatan, psikologi, social dan pendidikan.Untuk penanganan anak hiperaktif sebaiknya memiliki kelas khusus yang bisa menanganinya secara benar dan tepat seperti kelas Inklusi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah, sity, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar AUD, Jakarta;
Universitas Terbuka,2009
Papalia E. Diane, Sally
wendkos old, Ruth Duskin Feldman, Human
Development ( Psikologi Perkembangan), Cet : Ke-1, Jakarta;
Kencana, 2008
Taylor Eric, Anak yang Hiperaktif, Jakarta; PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992
Tag :
MAKALAH
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Tentang Penanganan Anak Hiperaktif Pada Usia Dini-SD "