Unsur Karang
Mengarang 
Berbicara
mengenai karangan baik yang berupa karangan pendek  maupun panjang, maka kita harus
berbicara  mengenai  beberapa hal atau masalah di sekitar
karangan. 
The Liang
Gie (1992 : 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai
berikut : 
      1)   Gagasan
( Idea )
Yaitu topik berikut tema yang diungkapkan
secara tertulis. 
      2)   Tuturan
( Discourse ) 
Yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga
dapat dipahami pembaca. Ada 4 (empat) bentuk mengarang : 
a.   Pencarian
(Narration ) 
Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu
peristiwa/pengalaman 
b.   Pelukisan
( Description ) 
Bentuk pengungkapan yang menggambarkan
pengindraan, perasaan mengarang tentang macam–macam hal yang berada  dalam 
susunan ruang  ( misalnya  : pemandangan indah, lagu merdu, dll ) 
c.   Pemaparan
( Exposition ) 
Bentuk pengungkapan yang meyajikan secara
fakta–fakta yang  bermaksud memberi
penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan. 
d.   Perbincangan
( Argumentation ) 
Bentuk
pengungkapan dengan maksud menyalin pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang
dihadapi pengarang. 
3)   Tatanan ( Organization ) 
Yaitu tertib pengaturan dan peyusunan gagasan
mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan
langkah . 
4)   Wahana (Meduim ) 
Ialah
sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika (tata bahasa), dan terotika (seni
memkai bahasa secara efektif)
Tujuan Pengajaran
Mengarang 
Menurut Ngalim Purwanto, dan Djeniah Alim (1997
: 58) mengemukakan bahwa  tujuan pengajaran mengarang  sama 
dengan tujuan pengajaran bercakap– 
cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu : 
1.     
Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif 
2.     
Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat 
3.     
Latihan memaparkan pengalaman–pengalaman dengan tepat. 
4.     
Latihan–latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk
bahasa).
Macam–Macam
Karangan di SD
Macam–macam
karangan yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut : 
a.      Menurut Tingkatan 
      1. Karangan permulaan (Kelas I dan II) 
      2. Karangan sebenarnya (Karangan lanjutan)
di kelas–kelas berikutnya. 
b.      Menurut Isi/Bentuk 
1.     
Karangan Varslag (Laporan), Umumnya diberikan di kelas–kelas 
rendah misalnya : Menceritakan kembali (secara tertulis) apa–apa yang
dialami dalam pengajaran lingkungan. 
2.     
Karangan 
Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri (Ekspresi
jiwa), misalnya : “Cita–citaku
setelah tamat SD”. “Seandainya aku jadi raja”. 
3.     
Karangan Reproduksi, Umumnya bersipat menceritakan/ menguraikan suatau perkataan
yang telah di pelajari atau di pahami, seperti 
mengenal  ilmu–ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis dengan kata–kata
sendiri apa yang telah dibaca dll. 
4.     
Karangan 
Argumentasi, Karangan berdasarkan  alasan tertentu. Siswa dibiasakan 
menyatakan pendapat  ataupun
pikiranya  berdasarkan alas  an yang tepat. 
c.       Menurut Susunannya 
1)     
Karangan Terikat 
2)      Karangan Bebas 
3)       Karangan
setengah bebes terikat (Ngalim Purwanto dan Djeinah Alim, 1997 : 59) 
Karangan
Permulaan 
Pendapat
lama mengatakan mengajar mengarang itu baru diberikan di  kelas V sekolah rendah, karena syarat–syarat
yang ditentukan untuk mengarang itu adalah berat. Seperti ejaan bahasa, susunan
kalimat, isi, tanda baca, dan sebagainya. Sementara itu pendapat sekarang,
“Mengarang“ itu semenjak di  kelas I
(Satu) sudah mulai disisipkan (Mengarang Permulaan). Di kelas I (Satu) sudah
dapat di mulai dengan menggambar bebas kemudian anak menulis beberapa kalimat
tentang gambarnya. 
Di kelas III 
(Tiga) adalah lanjutan dari 
kegiatan di atas. Cerita 
tentang  gambar telah memakai judul, kalimat lebih banyak
pada saat menceritakan tentang benda, hewan atau tanaman yang sesuai dengan
lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda.
Mengarang dengan media gambar seri dapat mengembangkan  ide-ide siswa dalam membuat kalimat yang
berhubungan dengan objek gambar dan biasanya anak menggunakan kata penghubung untuk membuat kalimat yang lebih
banyak. 
Di kelas V (lima) karangan anak lebih
luas   dari  pada 
kelas  III  (tiga). Anak dibiasakan  mengamati 
lingkungan sekitarnya  (Pasar, Toko,
Kantor Pos, Bank, Tempat pertunjukan dll) lebih rinci sehinga siswa kelas V
(lima) telah dapat menuliskan berpuluh–puluh kalimat tentang sesuatu. Pada  saat 
menceritakan gambar seri, siswa  kelas
V (lima) lebih rinci menjelaskan setiap gambar. 
Pengamatan gambar lebih rinci. Mulailah anak,
menentukan pokok pikiran yang  mungkin
akan menjadi  karangan–karangan. Hal  ini 
lebih mudah dilatihkan
melalui  mengarang dengan bentuk gambar
seri. (Ngalim Purwanto, 1997 : 59). 
Susunan Karangan 
Susunan karangan atau wacana  sebagaimana 
dikemukakan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362) adalah : 
       “ Wacana 
dibentuk oleh  paragraf– paragraf,
sedangkan paragraf dibentuk oleh 
kalimat–kalimat.
Kalimat–kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai, kalimat  yang 
satu dengan kalimat  berikutnya
harus  berkaitan begitu seterusnya.
Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau 
membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai
secara utuh membentuk sebuah
wacana yang memiliki tema yang utuh “. 
a.      Kata 
Setiap
gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata–kata. Kata  adalah unsur kata yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam bahasa. 
Untuk
dapat  menyampaikan gagasan,  pikiran dan perasaan dalam  tulisan karangan. Seorang  perlu memiliki  pembendaharaan kata  yang memadai 
dan pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih kata itu harus diberikan dua  persyaratan pokok yaitu (1) Ketepatan (2)
Kesesuaian” (Suriamiharja et–al, 1996 : 25). Persyaratan ketepatan yaitu kata–kata
yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan
sehingga pembaca juga dapat menafsirkan kata–kata tersebut tepat seperti maksud
penulis. 
Persyaratan
kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan antara kata–kata yang
dipakai dengan kesempatan/situasi dengan keadaan pembaca. Apakah pilihan kata
dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merupakan suasana  atau tidak menyinggung perasaan orang yang
hadir. 
b.      Kalimat 
Kalimat
terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat  adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan
ungkapan itu sendiri merupakan rangkaian dari kata–kata . Kalimat yang dipergunakan
dalam karangan berupa  kalimat  yang 
efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang
lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan pada pikiran pandangan atau pembaca  seperti 
apa  yang  terdapat 
pada  pikiran penulis  atau pembaca. 
Suryamiharja
et-al (1996 : 38), Mangemukakan bahwa : Kalimat efektif dalam bahasa tulis,
haruslah memiliki unsur – unsur : 
1       
Dapat
mewakili gagasan penulis 
2       
Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pembaca  seperti yang dipikirkan penulis.
c.      
Paragraf 
Paragraf
adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas
dari kalimat : paragraf merupakan kumpulan kalimat yang  berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraph, Akhadiah, dkk (dalam Agus
Suryamiharja, 1996 : 46), Menjelaskan bahwa “dalam paragraph terkandung satu
unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik,
kalimat penjelas sampai kalimat penutup”. 
Fungsi
dari paragraf dalam karangan adalah : 
a)     
Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan
karangan. 
b)     
Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996
: 48). Menurut Suriamiharja (1996 : 48) “Paragraf baik dan efektif harus
memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi 
(Kesatuan) ; (2) Koherensi 
(Kepaduan) ;  dan (3) Pengembangan/Kelengkapan
paragraph”. 
1.     
Kohesi (Kesatuan) 
Keraf
(dalam Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan kohesi/kesatuan
dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina paragraf secara bersama–sama
menyatakan satu hal, satu tema tertentu”. 
2.     
Koherensi (Kepaduan) 
Keraf (Suriamiharja  1996 
:  48)  mengemukakan bahwa  “yang dimaksed dengan koherensi/keterpaduan
dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar 
sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu”. 
3.     
Pengembangan/Kelengkapan paragraf 
Keraf
(dalam Suriamiharja 1966 : 50), mengemukakan bahwa  “pengembangan paragraf adalah penyusunan atau
perincian dari gagasan–gagasan yang 
membina paragraf itu”, 
Suatu
paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau kalimat
utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya  dalam 
bentuk–bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh,
penganalisaan dan nilai–nilai. 
Media
Pembelajaran
Pengertian
Media Pembelajaran 
Kata
“Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media sebagai
sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak
didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan” (Djamarah dan Zein, 1996 : 136).
Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidak jelasan guru dalam
menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media.
Apabila  tingkatan SD  yang 
siswanya  belum  mampu berfikir abstrak, masih berfikir
kongrit. Keabstrakan bahan  pelajaran
dapat  dikongritkan dengan kehadiran
media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa
bantuan media. 
Dalam
penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah
jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, apabila diabaikan media
pengajaran bukannya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat
dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. 
Dari
uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas  bahan pelajaran,  sehingga 
dapat  merangsang  pikiran, perasaan, perhatian dan  minat 
siswa dalam proses belajar. 
Untuk melanjutkan Proposal Tentang Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis KaranganDeskripsi Melalui Media Gambar Seri Silahkan --- KLIK DISINI ---
Untuk melanjutkan Proposal Tentang Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis KaranganDeskripsi Melalui Media Gambar Seri Silahkan --- KLIK DISINI ---
Tag :
Proposal
 
0 Komentar untuk "Contoh Unsur Karangan dalam Proposal Bahasa Indonesia"