Ada tiga
jenis flebitis menurut Pujasari dalam Gayatri & Handayani :
a. Flebitis Mekanik
Flebitis jenis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan
penempatan kanula, ukuran kanula yang terlalu besar dibandingkan dengan ukuran
vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan terhadap sistem
dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol. Flebitis mekanik terjadi
cedera pada tunika intima vena.
Tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis mekanik adalah
:
a. Lakukan teknik insersi kanula secara
benar. Untuk menghindari cedera pada saat pemasangan kanula perawat harus
memiliki pengetahuan dasar dan pengalaman yang memadai dalam pemberian terapi
intravena. Idealnya harus ada perawat teregistrasi (RNs) atau perawat yang
sudah mendapatkan pelatihan khusus tentang terapi IV atau sudah mendapatkan
sertifikat spesialis.
b. Lakukan pemilihan lokasi secara
benar, hindari vena pada area fleksi atau lipatan atau ekstremitas dengan pergerakan
maksimal serta persendian. Pilih vena yang besar, lurus, panjang dan tidak
rapuh. Vena yang dianjurkan adalah vena metacarpal, vena sefalika, vena
basalika, vena ante brakial medialis. Hindari pemilihan vena yang sudah
mengeras (hematom).
c. Lakukan pemilihan kanula secara
tepat. Gunakan kanula dengan ukuran paling pendek dan diameter paling kecil.
Sesuaikan dengan urnur. keperluan dan lamanya terapi. Semakin besar nomor, maka
semakin kecil ukuran panjang dan diameter. Ukuran sediaan kanula dan mulai 16.
18, 20. 22, 24. Ukuran 24 digunakan untuk neonatus, bayi dan anak. untuk ukuran
16. 18, 20 digunakan pada klien dewasa.
d. Perhatikan stabilitas kanula, dapat
dilakukan dengan fiksasi untuk mendapatkan kanula yang adekuat. Jika fiksasi
tidak adekuat memungkinkan gerakan keluar masuknya kanula dan goresan ujung
kapula pada lumen vena.
b. Flebitis Kimiawi
Flebitis ini berkenaan dengan respon
tunika intima terhadap osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi
karena pH dan osmolaritas atau obat juga karena sifat kimia bahan kanula yang
digunakan.
a) Pastikan pH dan osmolaritas cairan
atau obat, pH normal darah adalah 7,35-7,45 sehingga pH dan osmolaritas cairan
atau obat yang lebih rendah atau tinggi menjadi faktor predisposisi iritasi
vena, l pengenceran rnaksirnal pada pemberian obat injeksi, karena campuran
obat dapat menyebabkan forrnasi prespitat yang dapat meningkatkan resiko
flebitis. Cairan isotonis yang menjadi hiperosmolar dan menyebabkan flebitis
(flebitogenik) bila ditarnbahkan bahan seperti sediaan KCL. Perhatikan
kecepatan tetesan infus, tetesan lambat menyebabkan absorbsi lambat dengan
bemodilusi yang lebih kecil.
b) Gunakan produk kanula yang non
flebitogenik. meskipun belum dapat dipastikan jenis apa yang betul-betul
mencegah flebitis. Pilih kanula yang bersifat elastis dan permukaannya lembut.
c.
Flebitis
Bakterial
Merupakan radang pada vena yang dikaitkan dengan infeksi
bakteri. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahannya
adalah:
a)
Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Prosedur baku dalam pemasangan
adalah menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pungsi vena.
b)
Gunakan
kassa dan sarung tangan bersih. Periksa keutuhan kemasan infus set dan cairan
serta tanggal kadaluarsanya.
c)
Lakukan
persiapan area dengan teknik aseptik dan antiseptik.
d)
Observasi
secara teratur tanda-tanda flebitis minimal tiap 24 jam.
e)
Bersihkan
dan ganti balutan infus tiap 24 jam atau kurang bila balutan rusak.
f)
Ganti
sistem infus setiap 48-72 jam dan tandai tanggal pemasangan serta penggantian
balutan.
0 Komentar untuk " Tiga Jenis Flebitis menurut Pujasari dalam Gayatri & Handayani"