BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
4.1 Data Observasi
4.1.1 Kesulitan Siswa dalam Keterampilan
Berbicara
Ketika guru bahasa Inggris memasuki kelas, seluruh
siswa secara serempak mengucapkan greeting.
Terdengar seluruh siswa dapat mengucapkan greeting dengan baik. Seluruh siswa tampak ceria dan antusias saat
pelajaran akan dimulai. Pembawaan guru terlihat menyenangkan bagi siswa.
Suasana kelas tidak menjadi tegang. Sesekali guru melontarkan canda yang
mengundang gelak tawa siswa sehingga suasana kelas menjadi hangat. Cara guru
menerangkan pelajaran akan berpengaruh terhadap penguasaan bahasa Inggris
seseorang. Seorang guru yang dapat menerangkan dengan baik, tidak monoton, dan
memberi dukungan positif akan membuat proses belajar menjadi lebih
menyenangkan.
Guru melakukan listen and repeat sebuah dialog yang ada pada buku dengan siswa
ketika kegiatan inti dimulai. Pertama-tama guru membacakan satu baris, diucap
ulang oleh siswa. Begitu seterusnya sampai selesai. Guru mengulang kembali teks
dialog tersebut diikuti siswa hingga siswa terlihat menguasai pengucapannya.
Kemudian guru menerjemahkan teks dialog per bagian. Tiba saatnya siswa secara
berpasangan mempraktekkannya di depan kelas. Masing-masing siswa diperbolehkan
membawa buku dan membaca dialog tersebut. Teks dialog yang dibacakan siswa
adalah sebagai berikut:
Anis
|
:
|
“Where does your father work?
|
Dema
|
:
|
“He work at school”.
|
Anis
|
:
|
“Is he teacher?”
|
Dema
|
:
|
“No, He is not. He is a
headmaster. What does your father do?
|
Anis
|
:
|
“He regulates the
traffic”.
|
Dema
|
:
|
“Is he Policeman?”
|
Anis
|
:
|
“Yes, he is”.
|
Dialog di atas terdiri dari dua orang. Siswa
secara bergantian memerankan dialog tersebut. Pada saat siswa maju ke depan
kelas, ada siswa yang berantusias memerankan dialog tetapi ada juga siswa yang
kurang percaya diri sehingga suaranya tidak terdengar sampai ke belakang.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kegiatan tersebut berjalan cukup baik dan
lancar. Namun siswa kurang menghayati dialog tersebut. Ada siswa yang terlihat cengengesan ketika membaca dialog,
kurangnya konsentrasi sehingga salah satu siswa harus diingatkan oleh
pasangannya ketika akan membalas dialog temannya, gestur tubuh tidak
mencerminkan tokoh yang diperankan, dan terlihat kaku. Ini adalah bukti
ketidakseriusan siswa dan kurangnya penghayatan peran masing-masing. Menurut
Tarigan dan Tarigan (1990: 107), “Percakapan biasanya dalam suasana akrab,
peserta merasa dekat satu sama lain, ada spontanitas”. Sikap siswa saat
berbicara seyogianya rileks dan tidak kaku. Selain itu, siswa semata-mata hanya
reading aloud (membaca nyaring)
dialog tersebut. Seharusnya siswa tidak melihat buku, siswa harus menghafal
dialog tersebut, baru kemudian dipraktekkan. Untuk tahap awal memang tidak
salah membaca nyaring terlebih dahulu. Tapi harus terus dilanjutkan sampai
siswa hafal di luar kepala dan ada penghayatan tentunya. Karena siswa yang saat
berlatih dialog benar-benar menghayati, suasana hatinya terbawa seolah-olah dia
benar-benar menyatu dengan tokoh yang diperankannya itu akan lebih cepat
menguasai. Pada akhirnya siswa dapat berimprovisasi dan memodifikasi dialog
tersebut disesuaikan dengan situasi sehingga dapat digunakan untuk
berkomunikasi yang sesungguhnya. “Percakapan merupakan dasar keterampilan
berbicara baik bagi anak-anak maupun orang dewasa (Tarigan dan Tarigan, 1990:
107)”. Pada akhirnya seluruh unsur dalam dialog, diantaranya; pronunciation, vocabulary, dan grammar akan meresap dalam diri siswa.
Siswa secara keseluruhan cukup terlihat
aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat melakukan listen and repeat, seluruh siswa
mengikutinya dengan baik. Seluruh siswa bersedia ke depan kelas ketika
ditugaskan untuk mempraktekan dialog. Ketika ada kata-kata yang tidak
dimengerti, terlihat beberapa siswa langsung membuka kamus untuk mencari arti
kata tersebut.
Namun terdapat siswa yang cemas ketika belajar bahasa Inggris. Hal ini
dapat dilihat dari adanya murid yang tidak berani untuk mengungkapkan
pendapatnya ketika sedang ada diskusi dalam kelas. Ketidakberanian untuk
mengungkapkan pendapat ini terlihat pada anak-anak yang kemampuan bahasa
Inggrisnya di bawah rata-rata. Faktor utama yang menyebabkan seseorang tidak
berani untuk mengungkapkan pendapatnya adalah kekhawatiran akan berbuat suatu
kesalahan sehingga akan ditertawakan teman-temannya.
Memang menguasai suatu
bahasa harus mengetahui bentuk pola kalimat dan kosa kata dengan baik pula. Dan
hal inilah yang ada dibenak peserta didik. Mereka takut untuk bicara Bahasa
Inggris karena mereka disibukan dengan pemilihan bentuk kalimat yang cocok (Suwandi, 2007).
Ketakutan menurut Suwandi tersebut adalah takut akan berbuat kesalahan.
Padahal siswa seharusnya toleran terhadap kesalahan sebab masih dalam tahap
belajar. Kesalahan itu dapat diperbaiki oleh guru ataupun teman. Meskipun
terdapat beberapa murid yang berani untuk mengungkapkan ide-idenya namun
jumlahnya sangat sedikit. Selain faktor adanya teman-teman sekelas, faktor guru
juga sangat menentukan dalam seberapa banyak seorang murid dapat belajar bahasa
Inggris. Guru yang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif akan lebih
membantu proses belajar-mengajar.
Guru sesekali berbicara bahasa Inggris kepada
siswa ketika pelajaran berlangsung. Namun tidak terjadi sebuah komunikasi dua
arah antar guru dan murid, karena siswa terlihat kurang menangkap apa yang
dibicarakan guru. Pada saat mereka mendengarkan suatu dialog, mereka kurang
menangkap aksen orang yang berbicara.
Hal ini kemudian menimbulkan rasa khawatir dalam diri mereka karena setelah
sesi listening mereka mesti menjawab
sejumlah pertanyaan mengenai dialog tersebut.
Tag :
Skripsi Bahasa Inggris
0 Komentar untuk "Contoh Hasil Dan Analisis Data Penelitian dalam Skripsi Bahasa Inggris"