BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kesulitan
Mempelajari
sesuatu yang baru selalu menantang kita karena membutuhkan upaya besar dan
waktu. Setiap masalah yang dihadapi
merupakan sebuah kesulitan. Menurut Hornby (Suci, 2005: 8) ‘Difficulty is the state or quality of being
difficult; trouble or effort that something involves’. Kesulitan adalah suatu keadaan atau
kualitas yang menyebabkan sesuatu menjadi sulit, setiap kesulitan dapat menyebabkan kegagalan dalam
melakukan sesuatu.
Belajar
bahasa yang baru bisa menjadi tugas yang paling sulit bagi siswa. Menurut Ji eun lee (2008: 1),
ada beberapa aspek yang membuat pengalaman belajar ini sulit, diantaranya:
1. Phonological
differences are one of them. Perbedaan fonologi adalah salah satunya. Dengan kata lain,
perbedaan-perbedaan dalam sistem suara antara bahasa ibu dan bahasa baru ketika
belajar bahasa baru dapat menyebabkan kesulitan pada siswa. Ada beberapa suara
yang memang ada dalam satu bahasa, tetapi tidak dalam bahasa lain
2. In
addition, one should learn the new structure of the language such as grammar,
usage or word order so as to use it effectively. Di samping itu, orang harus belajar struktur
bahasa baru tersebut seperti tata bahasa, penggunaan atau urutan kata sehingga
dapat menggunakannya secara efektif
3. A
lack of chances of practicing the new language outside is one of the difficult
aspects in learning a language, too. Kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa baru di luar adalah salah satu
aspek yang sulit dalam belajar bahasa. Bahasa baru jarang digunakan dalam
kehidupan nyata, sehingga siswa merasa tidak perlu belajar bahasa baru. Mereka
tidak menemukan alasan untuk belajar bahasa baru. Karena kurang motivasi, siswa
tidak benar-benar berusaha keras untuk mempelajari bahasa baru.
Itu sebabnya
belajar bahasa baru dalam hal ini adalah bahasa Inggris sebagai tugas yang
sulit bagi siswa. Terutama dalam berbicara, karena berbicara memerlukan
beberapa aspek yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya aspek psikologis
siswa yaitu keberanian siswa dalam berbicara bahasa Inggris.
Memang menguasai suatu
bahasa harus mengetahui bentuk pola kalimat dan kosa kata dengan baik pula. Dan
hal inilah yang ada dibenak peserta didik. Mereka takut untuk bicara Bahasa
Inggris karena mereka disibukan dengan pemilihan bentuk kalimat yang cocok (Suwandi, 2007).
Selanjutnya
Richards (Suci, 2005: 8) menyatakan bahwa: ‘The
difficulty of language learning is defined in terms of such factors as sentence
length, processing time required, derivational complexity, types of embedding,
number of transformation, and complexity.’ Panjang kalimat, alokasi waktu,
sumber kekomplekan pembelajaran, metode yang digunakan, tingkat perubahan dan
kekomplekskan dalam pembelajaran bahasa Inggris merupakan faktor yang dapat
menyulitkan siswa dalam belajar bahasa Inggris.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, kesulitan berbicara bahasa Inggris disebabkan:
1.
Sulitnya mengungkapkan ide secara lisan. Sehingga siswa
bingung untuk berbicara.
2.
Terbatasnya kosakata (vocabulary), sehingga siswa sulit berbicara lancar dan lama.
3.
Terbatasnya kemampuan tata bahasa (grammar). Sehingga sulit berbicara dengan aturan yang benar.
4.
Terbatasnya melafalkan kata-kata (pronounciation). Sehingga sulit mengucapkan kata yang diucapkannya
dengan benar.
5.
Kurangnya keberanian untuk berbicara karena takut
salah.
Saat ini, walau siswa telah belajar bahasa Inggris
bertahun-tahun, namun banyak dari mereka masih tidak bisa menggunakan bahasa Inggris dengan
lisan. Hal ini disebabkan
oleh kesulitan-kesulitan tersebut.
Tag :
Skripsi Bahasa Inggris
0 Komentar untuk "Contoh Landasan Teori dalam Skripsi Bahasa Inggris Tentang Analisis Kesulitan Berbicara Dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas V Sekolah Dasar (BAB II)"