2.2 Aspek Keterampilan Berbicara
Aspek
keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dari empat aspek keterampilan
berbahasa. Aspek keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa lisan,
untuk mengungkapkan segala pikiran pembicara kepada lawan bicaranya melalui
lisan. Seperti yang diungkapkan Ratih (2002), “Speaking
is the form of oral language that is inevitably used to communicate ideas and
feelings”. Keterampilan berbicara merupakan bentuk bahasa lisan yang digunakan untuk
mengkomunikasikan ide dan perasaan. Berdasarkan Webster Dictionary (Andi,
2007) ‘Speaking is to utter words, to express
thought by words, to utter speech, discourse, or narague, to talk, to make
mention, to tell by writing, to communicate ideas in any matter’. Dengan berbicara, kita
dapat menyampaikan informasi dan ide, serta membina hubungan kemasyarakatan dengan mengkomunikasikan sesuatu dengan orang lain.
Aspek
keterampilan berbicara ini sangat penting. Bahkan menurut Chaedar (1993: 19),
“Bagi para linguis bahasa itu ialah gejala
ujaran yang terbentuk dari bunyi-bunyi bahasa”. Ujaran di sini sama dengan
berbicara. Adanya tulisan hanyalah gambaran dari ujaran. Lanjutnya, “Kita bisa
berbicara tanpa menulis, tapi kita tidak bisa menulis tanpa berbicara (pada
diri sendiri paling tidak)”. Pertama kali bahasa muncul adalah dengan
menggunakan lisan. Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai bahasa Inggris
kalau dia belum dapat menggunakan bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi.
Hasil penelitian tentang pengajaran bahasa asing di Belanda pada tahun 2002
(Asyroful, 2008: 10) menunjukkan bahwa dalam pengajaran bahasa asing senantiasa
menekankan pada kemampuan mendengar dan berbicara untuk tingkat pemula,
sedangkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara integral
diajarkan pada tingkat menengah dan tingkat atas, hasil penelitian ini bermakna
bahwa dalam pengajaran bahasa asing masing-masing jenjang pendidikan memiliki
penekanan yang berbeda-beda.
Fiona Lawtie
(1995) juga memandang aspek keterampilan berbicara merupakan komponen yang
penting dalam bahasa Inggris, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Oral communication is a vital component of
the English language arts curriculum and provides the base for growth in
reading, writing, and listening abilities. Oracy consists of both verbal and
nonverbal communication. It is important that teachers recognize that nonverbal
communication is culture specific, and be aware of the differences that may
exist across cultures when students express themselves nonverbally.
Hal ini sejalan
dengan pemikiran Andi Syakir (2009) bahwa “The success of English learning is seen generally through the
speaking ability”. Keberhasilan belajar bahasa Inggris adalah dengan
menguasai keterampilan berbicara. Menurut Grugeon et al (Taylor and Francis, 2009) ‘All learning across the whole curriculum,
could be said to begin and end with speaking and listening. It would be almost
impossible to introduce any new topic or revise an old one without some form of
questioning or discussion by the teacher or children’. Pembelajaran bahasa dimulai dan diakhiri dengan
berbicara dan menyimak. Banyak pelajar bahasa menganggap kemampuan berbicara
sebagai ukuran untuk mengetahui suatu bahasa. Pelajar ini mendefinisikan
kefasihan sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, jauh lebih
banyak daripada kemampuan untuk membaca, menulis, atau memahami bahasa lisan.
Mereka menganggap berbicara sebagai keterampilan yang paling penting. Mereka
bisa memperoleh dan menilai kemajuan prestasi mereka dalam komunikasi lisan.
Jadi kesimpulannya keterampilan berbicara ini sangat penting dan dapat
dijadikan tolak ukur berhasil tidaknya pembelajar bahasa menguasai bahasa yang
dipelajarinya dalam hal ini bahasa Inggris.
Tentunya
keterampilan berbicara ini memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan
ketiga aspek keterampilan bahasa lainnya. Kekhususan-kekhususan bahasa
lisan diringkas oleh De Vito (Chaedar,
1993: 21) dalam lima hal sebagai berikut:
- Ujaran lebih sering memakai kata-kata yang mudah dan umum, kata ganti dan kata fungsi – yaitu kata-kata yang menunjukkan kaitan gramatik bukannya mengacu kepada obyek dunia nyata seperti yang dilakukan oleh kata benda, kata sifat, dan kata keterangan. Kata-kata fungsi ini ada sembilan grup sebagaimana diajukan oleh Francis dalam The Structure of American English, (hal: 421-428), sebagai berikut:
1.
Noun Determiners
(penentu kata benda), yaitu kata-kata yang hadir sebelum kata benda, atau
dengan perkataan lain: kata-kata yang
kehadirannya menunjukkan adanya kata benda. Penentu kata benda ini
mencakup: kata sandang, (a/an, the);
kata ganti kepunyaan (my, your, our,
their, its); kata sifat demonstratif (this,
that, these, those); jumlah/angka (more,
several, all, some, every, other)
2.
Helping verbs/
kata kerja bantu (do, be, have, get, be
going, can, must, will, might, may, could, would, dan seterusnya)
3.
Qualifier/kata-kata
penegas, termasuk yang menegaskan kata sifat, kata keterangan; yang membatasi
atau mengkhususkan arti (very, quite,
somewhat, too, more, most, enough, still, lots, even)
4.
Prepositions/kata
depan, yaitu kata depan sederhana (after,
before, of, in, with, dan sebagainya); majemuk (back of, due to, together with); frase (by means of, in front of, on acount of)
5.
Co-ordinators/
kata penghubung (and, but, or, for,
rather, than, either ...or, neither ...not)
6.
Interrogators/
kata tanya, yaitu kata tanya sederhana (who,
which, what, whoever, whatever)
7.
Includers, yaitu
yang disebut kata penghubung kalimat majemuk bertingkat dalam tata bahasa
tradisional. Ke dalamnya temasuk after,
although, now, since, if, because, juga kata ganti penghubung relative pronouns; who, which, that, when,
where
8.
Sentences linkers
(penghubung kalimat) atau disebut juga connectors
: consequently, furthermore, however,
in fact, at least, on the other hand)
9.
Miscellaneous
group/ campuran yang meliputi : attention
claimers (=penarik perhatian); yes,
yeah, uh-uh, unh-unh; responses (=sambutan);
yes, no, maybe, O. K; infinitive markers (=tanda infinitive); to, negator (= penidak); not ; dan hesitators (=kata penunjuk bingung); well, uh-h, um-um.
- Ujaran lebih sedikit menggunakan kata-kata yang berbeda
- Ujaran banyak menggunakan kata-kata never, always, many, much, very, but, however, although, it seems to me, apparently dan sebangsanya
- Ujaran lebih abstrak daripada tulisan
- Ujaran lebih banyak memakai kata kerja, kata keterangan sedangkan tulisan lebih banyak memakai kata benda dan kata sifat.
Untuk itu, dalam mempelajari aspek
keterampilan berbicara ini maka harus memperhatikan karakteristik-karakteristik
tersebut. Selain itu, pada aspek keterampilan berbicara terdapat beberapa
komponen. Burnkart (1998) menyebutkan
bahwa pembelajar bahasa perlu mengakui bahwa berbicara mencakup tiga
bidang pengetahuan, diantaranya:
- Mechanics (pronunciation, grammar, and vocabulary), menggunakan kata yang tepat dalam urutan yang benar dengan pengucapan yang benar
- Functions (transaction and interaction). Fungsi dari transaction adalah untuk mengetahui kapan kejelasan suatu pesan harus ada dan interaction adalah untuk mengetahui kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan
- Social and cultural rules and norms (turn-taking, rate of speech, length of pauses between speakers, relative roles of participants). Memahami cara untuk memperhitungkan siapa yang berbicara kepada siapa, dalam keadaan apa, tentang apa, dan untuk alasan apa.
Sedangkan
menurut Syakur (Mora, 2010: 1), terdapat lima komponen dalam aspek keterampilan
berbicara diantaranya, comprehension,
grammar, vocabulary, pronunciation, and fluency. Begitu juga menurut Andi
Syakir (2007), Speaking skill requires
two aspects, namely linguistic and non-linguistic aspect. Linguistic aspect meliputi, comprehension, pronunciation, grammar and
word order, vocabulary, and general speed of speech, sentence length and etc.
Sedangkan Non-linguistic aspect meliputi, personality
dimensions, such as self esteem and extroversion. Komponen-komponen
tersebut harus dikembangkan secara baik untuk pembelajaran berbicara.
Namun berdasarkan fokus pada penelitian
ini maka komponen yang diteliti hanya Pronunciation
dan Grammar. Pronunciation adalah
cara pengucapan kata-kata. Mengingat dalam Oxford Learner Pocket Dictionary
(2003: 343) “Pronunciation is way in
which a language or particular word or sound is spoken”. Selanjutnya Hornby
(Andi, 2007) menjelaskan, ‘Pronunciation
is a way in which a language is spoken, person’s way of speaking a language or
words of a language’. Jadi, Pronunciation itu merupakan
cara orang untuk mengucapkan kata-kata.
Pronunciation
is the way for students’ to produce clearer language when they speak. It deals
with the phonological process that refers to the component of a grammar made up
of the elements and principles that determine how sounds vary and pattern in a
language. There are two features of
pronunciation; phonemes and
suprasegmental features. A
speaker who constantly
mispronounces a range of phonemes can be extremely difficult for a speaker from
another language community to understand (Syakur dalam Rini, 2007: 23).
Pronunciation ini
yang dapat membuat orang mampu berbicara atau mengucapkan kata-kata dengan
jelas. Sehingga dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Pronunciation ini sangat
penting untuk dilatih karena pengucapan kata-kata bahasa Inggris tentunya jauh
berbeda dengan pengucapan kata-kata dalam bahasa ibu yang dimiliki siswa. Serta
terdapat banyak kemiripan antara pengucapan kata-kata tertentu sehingga harus
mengucapkan kata-kata tersebut dengan benar dan jelas agar dipahami oleh lawan
bicara. Disamping itu, keterampilan menyimak juga sangat mendukung untuk
menguasai pronounciation. Sebab kata
yang diucapkan lawan bicara harus benar-benar disimak dengan baik agar dapat
ditangkap dengan baik pula. Selain kesalahan dalam pronounciation, kesalahan dalam mendengarkan juga dapat menyebabkan
gangguan ketika berbicara bahasa Inggris. Seperti dikemukakan oleh Maidar
(1988: 24) sebagai berikut:
Keefektifan berbicara juga ditunjang oleh sikap pendengar.
Sering kegiatan berbicara itu tidak bermanfaat hanya karena sikap yang kurang
baik dari pendengar. Sering terjadi pendengar lupa apa yang didengarnya,
terkesan atas pembicaraan yang menarik, tetapi tidak ingat akan isi
pembicaraan, atau kurang memperhatikan isi pembicaraan yang disampaikan karena
wajah pembicara yang kurang menarik misalnya.
Dalam eBook of Pronunciation Practice (2008) mengklasifikasikan latihan Pronunciation ke dalam beberapa
unit/klasifikasi diantaranya sebagai berikut:
a.
Contractions
Contractions adalah bentuk penyingkatan dalam ucapan
sehari-hari yang sering digunakan. Sujoko (1999: 1), menyebutkan bahwa “Contructions dimaksudkan adalah
memperpendek dua kata. Sehingga apabila dituliskan tentu kata-kata atau huruf
yang dihilangkan, dan ada juga yang digabung”. Contohnya bentuk “I am” menjadi “I’m” , “are not” menjadi
“aren’t”.
b.
Plural –s
Plural
–s adalah pengucapan
kata-kata yang mengalami perubahan atau penambahan -s atau –es akibat perubahan kata tunggal menjadi jamak.
Contohnya, “book” menjadi “books”, “book” pengucapannya \’bu̇k\ dan “books” pengucapannya
\’bu̇ks\.
c. Pronunciation
–ought
Pronunciation –ough
terdiri dari several different ways dan pronouncing –ought. Several different ways diantaranya Although dan enough sedangkan pronouncing
–ought misalnya bought.
d.
–d sound
-d sound terdiri dari kata-kata kerja yang mengalami
perubahan kata lampau, contohnya, asked,
allowed, called, dan decided.
e.
Pronunciation of ch
Pronunciation of ch merupakan pengucapan kata-kata yang
terdiri dari unsur huruf ch, misalnya Charge, Christian, dan Machine.
f.
Pronunciation –et
Pronunciation –et merupakan pengucapan kata yang berakhiran –et diucapkan [ɪt].
g.
Pronunciation of –ment
Pronunciation –ment merupakan pengucapan kata yang berakhiran –ment diucapkan [mÉ™nt].
h.
–age and –ege ending
–age and –ege ending merupakan pengucapan kata yang berakhiran ––age dan –ege. Contohnya Cabbage,
village, dan college.
i.
Silent Letters
Silent Letters merupakan kata-kata yang salah satu hurufnya
hilang ketika diucapkan. Silent Letters terdiri
dari Silent b, Silent c, Silent d, Silent
g, Silent h, Silent k, Silent l, Silent n, dan Silent p.
Namun klasifikasi di atas bukan merupakan
klasifikasi pronounciation yang baku,
sebab pronounciation dalam bahasa
Inggris sangat unik. Klasifikasi di atas diadaptasi dari buku latihan pronounciation agar mempermudah dalam
mempelajari pronounciation.
Selain pronunciation,
komponen berbicara lainnya yaitu
Grammar. Menurut Brown (1994: 347) “Grammar is a system of rules governing the conventional arrangement
and relationship of word in a sentence.” Meringkas
pandangan grammar menurut Chaedar
(1993), dalam wawasan
kebahasaan arti luasnya grammar ini
mengacu kepada kesimpulan umum tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang
ada dalam bahasa. Pada zaman
pertengahan, grammar diartikan
sebagai seperangkat aturan-aturan, biasanya dalam bentuk buku (pelajaran) yang
mengatur salah benarnya pemakaian bahasa. Kemudian dalam tata bahasa tradisional diistilahkan sebagai prescriptive grammar, yaitu aturan
yang berlaku umum dan mesti diikuti baik dalam ucapan maupun tulisan. Sedangkan dalam tata bahasa modern diistilahkan sebagai descriptive grammar (to describe language) yaitu menjelaskan tata kerja bahasa apa adanya, obyektif,
sistematik tidak emosional. Dan
untuk memahami hakikat grammar dapat
dilihat dari uraian Chaedar (1993: 17) sebagai berikut:
Kalau Anda sering bergaul dengan orang
Batak umpamanya, maka anda akan mampu bertutur kata dengan bahasa itu. Kalau
tutur kata Anda bisa dimengerti oleh orang-orang Batak, ini berarti Anda
mengetahui tata bahasa Batak walaupun Anda tak pernah menekuni tata bahasa
Batak. Jadi tata bahasa itu memerikan
apa yang dilakukan manusia sewaktu bertutur kata, bukan yang ditulis dalam buku
atau yang dihafal di luar kepala.
Oleh karena itu, grammar juga merupakan salah satu elemen
bahasa Inggris yang penting untuk dipelajari dalam berbicara. Sebab berbicara
(speaking) memiliki kaidah-kaidah
tata bahasa yang sudah membentuk. Kunci
utama agar bahasa Inggris melekat kuat adalah dengan memahami dasar-dasarnya.
Tanpa dasar-dasar tata bahasa Inggris yang kuat yaitu grammar, maka kemampuan bahasa
Inggris akan sangat terbatas, bahkan cepat sekali hilang, lupa dan sebagainya.
Seperti yang diungkapkan Baehaqie (2007: 1) ”Apabila kita sudah menguasai AV dan Verb berikut fungsi dan penggunaannya dengan baik maka boleh
dikatakan kita sudah menguasai kunci bahasa Inggris”. AV
(Auxiliary Verb) atau kata kerja
bantu adalah kata kerja yang
digunakan untuk membantu pembentukan sebuah kalimat secara lengkap pada kalimat
nominal (kalimat yang tidak memiliki kata kerja) dan kalimat verbal (kalimat
yang predikatnya kata kerja) dalam bentuk kalimat menyangkal dan kalimat tanya.
AV terdiri dari tobe
(is, am, are, was, were), do, does, did,
can, shall, dan will. Sedangkan Verb
atau kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan
atau perbuatan. AV dan
Verb itu sendiri termasuk kedalam
tata bahasa Inggris atau Grammar.
Furqanul dan chaedar (1996:
11) mengemukakan bahwa:
Walaupun demikian, sebelum bisa berkomunikasi secara aktif,
mereka terlebih dahulu harus menguasai setidaknya dua ratus kosakata aktif dan
beberapa kaidah gramatikal bahasa sasaran. Pembelajar juga seyogyanya sudah
cukup menguasai kaidah-kaidah susunan kata dasar bahasa sasaran (dalam bahasa
Inggris: susunan kalimat subjek-predikat, posisi adjektif dan adverbia,
menegatifkan, formasi pertanyaan).
Siswa akan
mampu mengerti ucapan lawan bicaranya dan mampu menyusun kalimat-kalimat baru
untuk digunakan berkomunikasi
apabila mengetahui grammar. Furqanul dan chaedar (1996: 11) mengemukakan bahwa:
Akhir-akhir ini para linguis terapan
terus berupaya memberikan penekanan kajiannya terhadap ciri-ciri kreatif sistem
gramatikal. Bila seseorang memiliki kompetensi gramatikal, ia akan memiliki
kemampuan menghasilkan kalimat dalam jumlah tidak terbatas, yang sebagian besar
adalah kalimat-kalimat baru.
Manfaat dari belajar tata bahasa grammar adalah agar siswa mempunyai dasar
yang kuat untuk pelajaran bahasa Inggris selanjutnya. Sebab tujuan pembelajaran
bahasa Inggris di SD sendiri adalah sebagai dasar siswa untuk belajar bahasa
Inggris di jenjang yang lebih tinggi. Ini seperti dasar-dasar matematika
misalnya penjumlahan, perkalian, pembagian, dan sebagainya. Tanpa dasar-dasar
ini, maka ketika belajar
level yang lebih tinggi seperti mencari keliling atau luas bangun datar maka
siswa akan mengalami kesulitan. Begitu juga dalam grammar bahasa Inggris terdapat pronoun
(kata ganti), contohnya kata ganti untuk orang ketiga He dan She. He digunakan untuk gender laki-laki dan She untuk gender perempuan. Apabila
siswa tidak mengetahui hal ini maka siswa akan mengalami kesulitan dan menyebabkan
kesalahan dalam mengungkapkan kalimat. Heaton (Mora, 2010: 3-4) mengemukakan bahwa:
That student’s ability to manipulate
structure and to distinguish appropriate grammatical form in appropriate ones.
The utility of grammar is also to learn the correct way to gain expertise in a
language in oral and written form”.
Grammar
merupakan kemampuan siswa
untuk menggunakan struktur atau pola kalimat dan untuk bisa membedakan bentuk
kata menurut tata bahasa yang sesuai satu dengan yang lainnya. Manfaat grammar juga untuk mempelajari cara yang
tepat memperoleh kemahiran bahasa baik lisan maupun tulisan.
Grammar yang harus dikuasai terlebih dahulu
adalah parts of speech. Parts of speech diantaranya:
Noun, Countable
noun (Singular and Plural), Pronoun, Adjective,
Verb, Adverb, Preposition, dan
Conjunction.
Parts of speech sangat
penting untuk dikuasai pada awal-awal pembelajaran. Menurut Sudrajat (1994: 7),
Kalau anda
ingin menguasai bahasa Inggris atau ingin menjadi seorang pengajar bahasa
Inggris, maka harus menguasai dulu Parts
of Speech. Karena Parts of Speech
adalah modal utama untuk menguasai bahasa Inggris.
Parts of speech merupakan unsur yang membentuk sebuah kalimat. Kalimat harus memiliki minimal subjek dan predikat, dalam bahasa Inggris sebuah predikat itu harus Kata
Kerja (Verb). Jika tidak ada verb maka gantinya adalah tobe. Kalimat hanya ada dua
jenis yaitu kalimat yang predikatnya Verb disebut kalimat verbal dan yang predikatnya Tobe disebut kalimat nominal. Parts of speech dapat dijadikan sebagai
referensi bagi siswa untuk membentuk kalimat-kalimat sederhana dari vocabulary
yang telah mereka peroleh. Sehingga vocabulary yang telah didapatkan
oleh siswa dapat digunakan untuk berbicara bahasa Inggris.
Selama ini, terjadi sebuah paradigma bahwa belajar grammar justru mempersulit siswa untuk menguasai bahasa
khususnya bahasa asing. Sebab siswa akan merasa terkungkung oleh aturan-aturan
sehingga takut melakukan kesalahan. Hal ini tentu saja beralasan, namun bukan
berarti harus menghilangkan grammar
dalam belajar bahasa. Hanya saja
perlu diikuti dengan praktek agar performa
berbicara siswa meningkat. Menurut Chomsky (Zulprianto: 2008) bahwa orang yang
belajar bahasa apapun tidak menghafal ujaran demi ujaran yang pernah mereka
dengarkan dan kemudian mengucapkan kembali, sekali atau berulang-ulang. Kalau
kita belajar bahasa dengan cara tersebut sangat logis untuk mengatakan proses
tersebut kurang masuk akal. Sebab, pernyataan itu juga berarti kita tidak bisa
berinovasi atau berkreasi memproduksi ujaran-ujaran baru. Dan mungkin juga
memori kepala kita tidak cukup untuk bekerja seperti itu. Singkatnya,
pernyataan tersebut berpesan ‘ dengar dulu sebelum bisa ngomong’. Pernyataan
ini bersifat behavioristik, sebuah pendekatan yang sangat menghargai
pengkondisian berperilaku, pengalaman dan kurang melirik kemampuan kognitif dan
mental, misalnya dalam hal berimajinasi. Menurut Chomsky, penutur bahasa
tidak memperoleh bahasa dengan cara seperti itu. Sebab itu, konsep competence dan performance sangat relevan. Apa yang kita simpan di kepala kita
adalah pengetahuan grammarnya
(kalimat) saja bukan ujarannya. Jadi, setiap kali kita mengucapkan, mendengar,
dan membaca sebuah ujaran, competence
siswa mengatakan kepada siswa bahwa kalimat tersebut gramatikal atau tidak gramatikal.
Yang tersimpan di dalam kepala penutur adalah deep structure (pengetahuan grammar)
bukan surface structure
(ujaran-ujaran). Maka logis untuk mengatakan, satu rumus grammar yang kita ketahui dapat menghasilkan banyak ujaran-ujaran,
mungkin tak terbatas jumlahnya. Sehingga
meski pembelajaran bahasa Inggris ditekankan pada penguasaan komunikasi
verbal, tak berarti siswa-siswa tak bagus grammar-nya.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa dalam keterampilan berbicara, Brown (2001: 270) menyebutkan karakteristik
keberhasilan dalam belajar keterampilan berbicara diantaranya:
1).
Learners talk a lot. As much as
possible of the period of time allocated to the activity is in fact occupied by
learners talk. This may be obvious, but often most time is taken up with
teacher talk or pauses.
2). Participant is even. Classroom
discussion is not dominated by a
minority of talk active participants. All get a chance to speak and
contributions are fairly evenly distributed.
3).
Motivation is high. Learners
are eager to speak because they are interested in the topic and have something
new to say about it, or they want to contribute to achieve a task objective.
4).
Language is of an acceptable level.
Learners express themselves in utterances that are relevant, easy comprehensible
to teach other and of acceptable level of language accuracy.
Keberhasilan siswa pada keterampilan
berbicara ini adalah siswa dapat berbicara lebih banyak, seluruh siswa
berbicara tak terkecuali, motivasi siswa sangat tinggi untuk berbicara, dan
bahasa yang digunakan sudah memenuhi tingkat bahasa yang berterima.
Tag :
Skripsi Bahasa Inggris
0 Komentar untuk "Contoh Aspek Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris"