BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan fakta bahwa alam berasal dari dan akan kembali kepada Allah. Tauhidullah mempunyai misi untuk membebaskan manusia dari segala belenggu, dominasi atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan kemanusiatulan manusia, karena manusia harus bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodrat-Nya, untuk itu kita perlu memahami Tauhidullah.
B.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dan lebih mendalami Tauhidullah.
BAB
II
TAUHIDULLAH
A.
Pengertian
Tauhidullah
Tauhid merupakan akumulasi dari kesadaran akan fakta
bahwa alam semesta berada berkat suatu kekuatan dan rencana maha tinggi, dan
bahwa sistem alam semesta ini berjalan atas suatu kehendak yang arif dan maha
bijak Konsep Tauhid ini ingin mengatakan bahwa alam semesta berasal dari Allah
dan akan kembali pada Allah. Islam meletakan konse Tauhidullah sebagai prinsip
yang komprehensif dan integral, memandang segala kenyataan alam dan perjalanan
kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang integral, memandang segala
kenyataan alam dan perjalanan kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang
integral Tauhidullah juga harus diartikan menempatkan dan memperlakukan Allah
sebagai satu-satunya sentral dalam pencitaan, pertimbangan dan tindakan.
Menemapatkan Allah sebagai satu-satunya sentral tidak berarti bahwa manusia
harus mereduksi kemanusiaan islam adalah sebuah humanisme yakni agama yang mementingkan
manusia sebagai suatu kepentingan utama. Humanisme islam adalah humanisme
teosentris yakni yang merujukan prinsip dan nilai-nilainya pada Tuhan.
B.
Misi
Tauhidullah
Misi utama Tauhidullah adalah membebaskan manusia
dari segala belenggu, dominasi atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan
dan kemanusiawian manusia. Belenggu, dominasi dan kendali tersebut bisa berupa
kepercayaan, khurafat, nafsu, thagut, syetan, aliran atau ideologi –ideologi
yang secara prensipal bertentangan dengan tuntunan ilahiyah. Tauhidullah
mengakumulasikan konsep manusia utuh dan hanya ditemukan dalam kebersamaannya
dengan yang maha mutlak. Karena itu manusia bertauhid atau manusia utuh tidak
akan kesepian.
C.
Macam-Macam
Tauhidullah
Macam-macam Tauhidullah disini digali dari surat Al-Fatihah. Tidakk diragukan lagi bahwa Al-Qur’an merupakan wacana global menyangkut segala hal mengandung multi dimensi makna.
1.
Tauhidul Rubudiyah
Secara teoritis berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mencipta, memiliki, mengatur dan mengurus semesta alam. Secara praktis tauhid ini berarti manusia harus melucuti sifat-sifat tercela terutama sombong dan angkuh karena pada dasarnya manusia tidak punya apa-apa.
2.
Tauhidul Asma Was-sifat
Secara teoritis berarti meyakinkan bahwa Allah memiliki nama dan sifat-sifat yang sempurna. Secra praktis, manusia harus mengarahkan perkembangan kesempurnaan pribadinya hanya kepada sifat-sifat Allah.
3.
Tauhidul Ibadah
Berarti menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya yang disembah.
4.
Tauhidul Isti’anah
Berarti menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya tempat berharap dan bergantung.
D.
Implementasi
Tauhidullah dalam Berbagai Segi Kehidupan
Orang beriman bergerak dan berbuat karena kesadaran, tidak hanya terseok-seok oleh kepentingan yang bersifat rendahan. Kesadaran tersebut terkait langsung kepada sentral dimana kehidupan merujuk, tergantung dan terarah kesana. Dengan prinsip Tauhidullah, orang beriman harus terus bergerak secara dinamis menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Karena itulah Tauhidullah harus dimanifestasikan dalam seluruh segi dan aspek kehidupan.
1.
Tauhidullah dalam bidang pendidikan
Sejalan dengan karakter dasar pandangan tauhidullah,
pengembangan pendidikan dalam perspektif ini bersifat komprehensif dan
integral. Ini menghendaki kurikulum yang mampu mengintegrasikan aspek akhiyah,
ruhiyah dan jasadiyah secara padu dan ruhiyah menempati substansi.
2.
Tauhidullah dalam bidang IPTEK
Tidak akan terjadi pertentangan antara pengetahuan
akliyah dan pengetahuan naqliyah, apabila ilmu akliyah telah dikaji secara
objektif dan ilmu naqliyah dipahami secara benar. Karena keduanya harus bertemu
dan mengatakan satu kebenaran
3.
Tauhidullah dalam bidang social budaya
Aktualisasi Tauhidullah dalam konteks social budaya
meletakan masyarakat sebagai wahana perealisasian sifat-sifat Allah dalam
konteks kemanusiaan. Tauhidullah mengajak manusia berfikir dan melihat
kenyataan secara obyektif dalam kehidupan bermasyarakat.
4.
Tauhidullah dalam bidang ekonomi
Tauhidullah ini menempatkan Allah sebagai sang maha
pemiliki mutlak dan manusia sebagai pemilik hak guna pakai yang beraifat
sementara.
5.
Tauhidullah dalam bidang politik
Tauhidullah memandang kekuasaan yang ada pada tangan
manusia bersifat nisbi, bukan miliknya secara penuh, yaitu memandang kekuasaan
yang dicapai manusia adalah suatu amanat.
E.
Ma’rifatullah
Allah
adalah awal dan akhir segala sesuatu. Dialah yang paling nampak dari segala
sesuatu dan Dialah yang berada
dibelakang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan ma’rifatullah yakni pertemuann
fikiran dan kesadaran manusia dengan kebesaran, keagungan, harapan dan
ridla-Nya.
Bagaimana dan kapan manusia dapat bertemu dengan-Nya ?
a.
Melalui Ciptaan-Nya
Allah memperkenalkan diri kepada manusia dengan
segala cara dan segala jalur komunikasi yang dapat diterima oleh manusia, yaitu tentang ayat-ayat Allah
baik ayat kauniyah dan ayat kauliyah yang dapat menyentuh seluruh sisi hidup
dan kesadaran manusia
Untuk bertemu dengan Allah melalui ayat-ayat Allah,
manusia diberi kekuatan bashar dan
kekuatan bashirah. Kekuatan bashar dan bashirah harus menumbuhkan
kesadaran tinggi, mengantarkan pertemuan indah antara manusia dengan khaliknya,
itulah pertemuan fikiran dan kesadaran manusia dengan ridla-Nya.
b.
Melalui Lafadz Dzikir
Dalam kitab Al- Adzkar tulisan imam Nawawio adalah
salah satu kitab yang mengumpulkan berbagai dzikir dan do’a. Rasulullah pada
seluruh aktivitas manusia. Do’a atau lapadz dzikir bukan untuk sekedar
diucapkan tanpa makna, tapi dengan lafadz-lafadz itu manusia tetapi menghayati
kehadiran dan keterlibatan Allah dalam seluruh keadaannya dengan demikian
seluruh langkah, usaha, harapan dan tujuannya akan tersandar dan terarah kepada
–Nya dan disinilah sesungguhnya tertumpu kekuatann, keberanian, ketenangan dan
kepuasan apa yang telah diperolehnya. Pada dasarnya do’a dan dzikir bermakna
memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah
serta harapan kebaikan secara umum. Lafadz dzikir itu banyak sekali baik
yang ditentukan atau tanpa penentuan waktu/ kondisi misalnya bismillah,
al-hamdulillah, subhanallah inalilhi dan lain-lain
c.
Melalui Nama dan Sifat-sifat-Nya
Melalui asma-asma Allah serta meyakini bahwa makna tersebut
adalah milik Allah, kita memohon kepada Allah melalui Al-asma al-Husna.
Muhammad Ali menejelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-asma al-husna yakni
nama-nama yang menampakan sifat-sifat paling baik dari Dzat Allah. Selain
dengan al-asma al-husna ada juga yang disebut fad’uhu biha berarti bahwa
manusia harus menyimpan sifat-sifat Illahi dalam fikirannya dan berusaha
memiliki sifat-sifat tersebut, sebab dengan itu dapat mencapai kesempurnaan
itulah pertemuan indah antara manusia dengan Allah yakni melalui
sifat-sifatnya.
d.
Melalui Perilaku dan Peristiwa yang Dialami
Perilaku dan peristiwa dalam hidup ini hanya bolak
balik antara hasil dan gagal, antara senang dan tidak senang. Peristiwa apapun
yang dialami manusia akan dapat mempertemukan fikiran dan kesadaran manusia
dengan rencana, kehendak dan pilihan Allah
pasti lebih baik dari rencana siapapun. Allah maha pengasih dan maha
penyayang disatu pihak dan maha adil di lain pihak, karena itu, mustahil Allah
berbuat aniaya, mustahil Allah salah mempelakukan siapapun.
e.
Melalui Pelaksanaan Ibadah
Ibadah merupakan wujud aktualisasi diri sebagai
hamba. Shalat merupakan kunci untuk bertemu dengan Allah. Pertemuan dengan
Allah melalui ibadah khusus itu bukan shalat saja banyak ibadah-ibadah lainnya
yang secara khusus ditetapkan dan ditata seluruh aturab dan caranya langsung
oleh Allah dan Rasulnya.
F.
Implikasi
Tauhidullah
Tauhidullah sebagai pondasi kehidupan seorang muslim
akan memberi cara pandang mendasar
terhadap segala segi dan aspek kehidupannya, mewarnai corak hidupnya secara
khas, akhirnya akan membawa implikasi terhadap kondisi dan penataan sikap dan kepribadiannya.
Tauhidullah akan menimbulkan sikap keberanian, keamanan, keselamatanm
ketenangan dan lain-lain.
Contoh-contoh yang mengandung nilai-nilai yang
dimaksud yaitu :
1.
Keberanian
Tatkala tentara muslim telah berhadapan dengan tentara Quraisy dalam
perang uhud
2.
Keamanan
Saat
utusan Quraisy yang berpura-pura sebagai kafilah dagang sampai di Madinah untuk
menakut-nakuti tentare muslim supaya tidak berangkat ke Badar
3.
Keselamatan
Tatkala yunus dilemparkan kelaut, ikan paus langsung menelannya
4.
Ketenangan
Rasulullah SAW pernah diancam dibunuh oleh seorang musrik Quraisy. Waktu
itu beliau sedang beristirahat dibawah pohon kurma, tiba-tiba datanglah seorang
musrik menghunuskan pedang dihdapan mukanya sambil berkata “Hai Muhammad
siapakah yang akan menolongmu dari pedangku ini ? karena keterarahan dan
kepercayaan yang penuh hanya kepada Allah, beliau sama sekali tidak gentar atau
takut. Beliau menjawab : “Hanya Allahlah yang menjagaku” dengan ketenangan dan
keteguhan hatinya yang penuh bertumpu hanya kepada Allah.
BAB
III
KESIMPULAN
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan pakta bahwa alam berasal
dari dan kembali kepada Allah, semuanya bergerak menuju kesempurnaan sesuai
dengan kodratnya, karena itu, Tauhidullah harus diartikan menempatkan dan
memperlakukan Allah sebagai satu-satunya rujukan dan sandaran dalam seluruh
gerak dan diam manusia. Syahadat berarti bahwa saeluruh kenyataan, gerak dan
diamnya merupakan kesaksian dan perwujudan Tauhidullah. Karena itu, fikiran dan
kesadaran manusia harus senantiasa bertemu dengan kehadiran dan harapan-Nya.
Pertemuan inilah yang sesungguhnya dapat memberi jaminan keberuntungan,
keamanan, kesenangan dan ketenangan.
Tag :
MAKALAH AGAMA
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Agama yang Berjudul Tauhidullah"