katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Makalah Morfologi

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
       Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa yang paling jitu, melalui bahasa perlahan – perlahan rasa kenasionalan mengatasi rasa kedaerahan. Bahasa Indonesia tidak terasa sebagai bahasa asing, tetapi terasa sebagai bahasa milik sendiri di samping bahasa ibu.
       Dalam hal ini, dapat kita lihat bagaimana simpangsiurnya pengistilahan tata bahasa Indonesia yang sering digunakan oleh kebanyakan orang setiap harinya, yang menimbulkan kesulitan kepada murid-murid yang mempelajari tata bahasa dari buku yang berbeda-beda. Disini terasa pula betapa pentingnya pembakuan tata bahasa Indonesia, menetapkan istilah dan menetapkan mana struktur baru yang dapat diterima dalam bahasa Indonesia yang semakin berkembang ini. Ketidakseragaman istilah terlebih-lebih teori, tentulah menimbulkan kesulitan baik kepada guru yang mengajarkannya maupun kepada murid yang mempelajarinya.
  
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi kata ganti ?
2.      Pembagian kata ganti menurut jenisnya ?
3.       
C.    Tujuan Makalah
       Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1.      Kata Ganti;
2.      Pembagian kata ganti menurut jenisnya;
3.       
D.    Kegunaan Makalah
       Makalah ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan makalah ini menambah khazanah tentang jenis kata dalam bahasa Indonesia khususnya kata ganti, sedangkan secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang jenis kata. Dan juga bagi pembaca sebagai media informasi tentang jenis kata dalam bahasa Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

A.    Kata Ganti
       Yang termasuk dalam jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Pembagian tradisional menggolongkan kata-kata ini ke dalam suatu jenis kata yang tersendiri. Kata-kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibeda-bedakan atas :
1.      Kata ganti orang ( Pronomina Personalia )
Pembagian Kata Ganti Orang
Kata Ganti Orang yang asli dalam bahasa Indonesia, adalah :

Tunggal
Jamak
Orang I
aku
Kami, kita
Orang II
engkau
Kamu
Orang III
dia
mereka
Kata ganti orang pertama = si pembicara
Kata ganti orang kedua = lawan berbicara atau orang yang diajak bicara
Kata ganti orang ketiga = orang yang dibicarakan.


       Kata-kata benda yang biasa digunakan untuk menggantikan kata ganti orang yang asli, selalu atau biasanya menggantikan kedudukan orang I dan orang II, jarang terjadi pada orang III. Karena perkembangan dan keadaan masyarakat jaman lampau, orang akhirnya tidak memikirkan lagi bahwa kata tersebut berasal dari kata benda. Penambahan kata-kata ganti dalam bahasa indonesia terjadi karena pinjaman dari bahasa lain.Disamping kata ganti orang yang sebenarnya ada pula kata ganti orang yang tak sebenarnya, yaitu kata-kata nama benda yang dipakai menggantikan kata ganti orang sebenarnya itu : misalnya bapak, ibu, kakek, nenek, abang, adik, paman, bibi, dsb. Kata ganti orang yang tak sebenarnya ini sangat banyak dalam bahasa Indonesia yang dalam bahasa tutur sangat hidup, masalah yang sangat menarik dalam segi ini ialah masalah kata sapaan.
Di antara kata-kata ganti yang baru yang terpenting adalah :
a.       Kata ganti orang pertama
       Kata aku untuk pengganti diri sendiri kita pakai apabila kita berkata-kata dengan orang lebih muda atau lebih rendah “status”-nya dari kita. Tak boleh kita mempergunakan kata aku terhadap orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dari kita. Dalam karya sastra baik prosa maupun puisi pengarang lebih sering mempergunakan kata aku dari pada saya untuk menyebut dirinya. Kata hamba, peta, patik, tidak dipakai dalam bahasa Indonesia dewasa ini, karena kata-kata itu terasa kurang demokratis, berbau feodal, kata-kata itru hanya dijumpai dalam kesusastraan melayu klasik.
       Untuk mengungkapkan sesuatu suasana yang agung atau mulia maka kata kami yang sebenarnya dipakai untuk orang pertama jamak dapat dipakai pula untuk menggantikan orang pertama tunggal, ini disebut pluralis majestatis.
1). Kami dan kita
       Pemakaian kata kami dan kita sering dikacaukan orang. Di bandingkan dengan bahasa-bahasa lain di dunia, dalam hal ini bahasa Indonesia terasa lebik kaya. Kami dipergunakan oleh pembicara apabila yang dimaksudkan dirinya sendiri termaksud kawan-kawan yang diwakilinya. Apabila pembicara memasukan orang lawan bicaranya kedalam lingkungannya, jadi yang dimaksudnya dia (si pembicara) dengan orang yang diajaknya bicara maka haruslah dia mempergunakan kata kita. Kami diluar lawan bicara, sedangkan kita termasuk lawan bicara.
2). Beberapa Penyimpangan
       Dewasa ini, karena pengaruh bahasa daerah orang memakai kata kami untuk dirinya sendiri alih-alih memakai kata saya.Alasannya ialah kata kami terasa lebih halus.
b.      Kata Ganti Orang Kedua “engkau” dan “kamu”
       Kata engkau setaraf dengan aku. Biasanya kata engkau dipergunakan terhadap orang yang sederajat atau yang lebih rendah kedudukannya atau yang lebih muda daripada kita. Misalnya : orang tua terhadap anaknya, guru terhadap muridnya, majikan terhadap bawahannya.Untuk orang kedua tunggal dipakai : paduka (sansakerta:sepatu), tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak. Kata kamu, orang kedua jamak dipakai pula sebagai pluralis majestis untuk menggantikan orang II tunggal.
c.       Kata Ganti Orang Ketiga “ia” (dia) dan “mereka”
       Kata ganti orang ketiga tunggal yaitu ia. Apabila mendapat tekanan (dipentingkan), maka dipakai kata dia, misalnya dalam kalimat :” dialah yang bersalah, bukan saya.”. Dalam hubungan enklitik dia berubah menjadi nya, misalnya : melihat dia menjadi melihatnya.
d.      Kata Ganti Orang yang tak Sebenarnya
       Yang pertama menjadi persoalan ialah kata ganti orang kedua sebagai kata sapaan. Terhadap orang yang seumur atau lebih muda, atau terhadap orang yang kedudukannya lebih rendah dari pembicara biasa dipergunakan kata Saudara.  Kata-kata sapaan yang biasanya berbeda dalam berbagai tempat, daerah, atau lingkungannya sukar untuk diseragamkan, karena adat istiadat dan sifat bangsa kita juga, turut memainkan peranan dalam menentukan penggunaan kata sapaan yang sesuai untuk dua orang yang bercakap-cakap.
       Penggunaan pemakaian kata anda untuk menyapa orang kedua alangkah baiknya jika bisa diterima oleh masyarakat, sehingga kita memiliki kata yang sifatnya netral dan demokratis.
2.      Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
       Kata ganti empunya adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik : -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka. Sebenarnya pembagian ini dalam bahasa Indonesia tidak perlu, sebab yang disebut kata ganti empunya itu sama saja dengan kata ganti orang dalam fungsinya sebagai pemilik. Dalam fungsinya sebagai pemilik ini, kata-kata ini mengambil bentuk-bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata-kata yang diterangkannya :
bajuku = baju aku
bajumu = baju engkau
bajunya = baju n + ia dan lain-lain.
       Bentuk-bentuk ringkas ini yang diletakkan di belakang sebuah kata disebut bentuk enklitis. Bentuk enklitis ini dipakai juga untuk menunjukan fungsi kata ganti orang, bila kata ganti orang itu menduduki jabatan obyek atau mengikuti suatu kata depan :
“ padaku, padamu, padanya, bagiku, bagimu, baginya, apabila bentuk-bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata disebut: proklitis, misalnya : kupukul, kaupukul.
3.      Kata Ganti Penunjuk ( Pronomina Demonstrativa )
       Kata ganti penunjuk ialah kata-kata yang menunjuk dimana terdapat sesuatu benda. Dalam masyarakat bahasa Melayu Lama, atau lebih dahulu lagi, seharusnya orang mengenal tiga macam kata ganti penunjuk :
a.       Menunjuk sesuatu di tempat pembicara : ini
b.      Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara : itu
c.       Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga :* ana
       Penunjukan benda pada tempat orang ketiga pada waktu sekarang disamakan saja dengan penunjukan pada tempat orang kedua yaitu dengan mempergunakan kata itu. Berdasarkan perbandingan dengan beberapa bahasa daerah, kita mengambil kesimpulan bahwa kata * ana untuk menunjukan benda pada tempat orang ketiga harus ada pada jaman dahulu seperti pada bahasa jawa misalnya, ketiga bentuk itu masih ada : iki, iku, ika.
4.      Kata Ganti Penghubung ( Pronomina Relativa )
       Kata ganti penghubung ialah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi dari kata ganti penghubung sebagai kita rasakan adalah :
a.       Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat.
b.      Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
       Kata ganti penghubung dalam bahasa Indonesia yang umum diterima adalah: yang. Dalam sejarah pertumbuhan bahasa Indonesia kata yang mula-mula tidak mempunyai fugsi relatif sebagai dirasakan sekarang. Dahulu yang hanya berfungsi sebagai penentu atau penunjuk. Fungsi yang sejak awal perkembangannya hingga sekarang dapat diurutkan sabagai berikut :
1). Sebagai penunjuk
2). Sebagai penentu
3). Sebagai penghubung dan pengganti.
5. Kata Ganti Penanya ( Pronomina Interrogativa )
     Kata ganti penanya ialah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau sesuatu keadaan. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia adalah :
a.       Apa : untuk menanyakan benda
b.      Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
c.       Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal atau barang
       Kata-kata ganti penanya di atas itu dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan kata-kata depan, seperti :
Dengan apa
Dengan siapa
Dari mana
Untuk apa
Untuk siapa
Ke mana
Buat apa
Kepada siapa
dll

5.      Kata Ganti Tak Tentu
       Kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang menggantikan atau menunjukan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu atau umum, misalnya :

Masing-masing
Siapa-siapa
Seseorang
Sesuatu
Barang
para
Salah ( salah satu )



       Kata barang dalam bahasa melayu lama masih mempunyai peranan yang cukup penting, dalam bahasa Indonesia tidak terlalu produktif lagi:
a.    Barang siapa melanggar peraturan itu harus ditindak dengan tegas.
b.   Barang apa yang dikerjakannya pasti berhasil.
c.    Berilah aku barang sedikit.

 BAB III PENUTUP

       Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut :
1.      Penulis hendaknya menguasai semua aspek yang berkaitan dengan jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia.
2.      Penulis hendaknya belajar menerapkan proses kegiatan tersebut dan menggunakan kata ganti yang sesuai dalam kehidupan sehari-hari.





DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. (1981). Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima.

0 Komentar untuk "Contoh Makalah Morfologi"

Back To Top