2.1.4.5. Indikator Kinerja
Menurut Robbins (2003: 354) hakekat
kinerja pegawai adalah hasil kerja yang optimal untuk itu terdapat beberapa
indikator- indikator kinerja pegawai yang harus diperhatikan diantaranya
sebagai berikut :
1.
Kemampuan bekerjama
2.
Kualitas pekerjaan
3.
Kemampuan teknis
4.
Inisiatif
5.
Semangat
6.
Daya tahan/kehandalan
7.
Kuantitas pekerjaan
Selain itu terdapat dimensi-dimensi yang
dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2000:97) adalah :
1. Tingkat
kemampuan kerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan baik yang diperoleh
dari hasil pendidikan dan pelatihan maupun yang bersumber dari pengalaman kerja
2. Tingkat
kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar pekerja sebagai
individu bekerja dengan usaha maksimum, yang memungkinkan tercapainya hasil
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Selanjutnya Nawawi (2000:97) mengemukakan
tiga hal penting dalam kinerja adalah tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan
tujuan setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku
kerja yang diharapkan organisasi dari setiap personel. Tetapi ternyata tujuan
saja tidak cukup, sebab itu diperlukan ukuran apakah seseorang personel telah
mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu penilaian kuantitatif dan
kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang
peranan yang penting. Akhir dari proses kinerja adalah penilaian kinerja itu
sendiri yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan.
2.1.5 Penelitian Sebelumnya
Banyak teori dan studi empiris
yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan, Pengendalian
konflik dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai. Beberapa hasil
penelitian terdahulu yang mendekati materi penelitian yang dilakukan oleh
penulis diantaranya :
1.
Dwi Kusumawarni, tahun
2007, Pengaruh Semangat dan Disiplin
Kerja Terhadap Produktifitas Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semangat kerja dan
disiplin kerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten Kudus merupakan
faktor yang sangat penting bagi peningkatan produktivitas kerja secara
maksimal.
2.
Anisa Novitasari, tahun
2008, Hubungan Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Dengan Produktifitas Kerja
Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dan variabel
disiplin dengan produktivitas kerja.
3.
Ade Sudrajat, 2005, Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai di Badan Perencanaan Daerah Kota Tasikmalaya. Berdasarkan
hasil penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan secara signifikan berpengaruh
terhadap terhadap kinerja pegawai pada tingkat α = 5 %.
- M. Wahyuddin, 2003, Analisis Kepemimpinan dan Pengendalian Konflik Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan dan pengendalian konflik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada tingkat α = 5 %.
- Armanu Thoyib, 2003, Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Penanganan Konflik terhadap Kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Alor. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan dan penanganan konflik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada tingkat α = 5 %.
- Parwanto, 2004, Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA Di Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa motivasi secara signifikan berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pada tingkat α = 5 %.
- Hernowo, 2004, Pengaruh Motivasi, Manajemen Konflik dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa manajemen konflik secara signifikan berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pada tingkat α = 5 %.
2.2
Kerangka
Pemikiran
Peranan kepemimpinan merupakan kemampuan
pemimpin untuk mempengaruhi pegawai dalam sebuah organisasi, sehingga mereka
termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Peranan kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terhadap pengendalian
konflik dan
disiplin kerja serta kinerja pegawai. Dalam berbagai instansi atau suatu
organisasi, untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dalam lingkungan
organisasi, harus adanya pembenahan di semua aspek yang merupakan tuntutan yang
tidak dapat dihindarkan. Salah satu aspek yang harus mendapat perhatian adalah disiplin
kerja dan peningkatan kinerja, karena aspek ini mempengaruhi perilaku seseorang
dalam bekerja. Pemimpin sebagai seseorang yang mempunyai pengaruh terhadap
perilaku bawahannya, diharapkan dapat berperan untuk mengatasi konflik,
mendorong disiplin kerja pegawai serta meningkatkan kinerja. Sehingga
pegawai/staf akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian yang penting dari organisasi kerja tersebut.
Kepemimpinan merupakan suatu proses
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang, baik hal itu mempunyai
tujuan tertentu maupun tidak, yang terdapat dalam suatu organisasi formal
maupun masyarakat. Dalam penelitian ini kepemimpinan yang dimaksud tentu saja
adalah gaya kepemimpinan formal dalam suatu organisasi, yang di dalamnya
terdapat proses mengarahkan dan mengatur anggota organisasinya.
Peranan kepemimpinan akan tercermin pada
saat seorang pimpinan memimpin bawahannya. Pimpinan perlu memperhatikan dan
menciptakan kondisi adanya keseimbangan antara pencapaian tujuan organisasi dan
pencapaian tujuan individual pegawainya. Pimpinan perlu mengetahui apa yang
diinginkan pegawai untuk meningkatkan kontribusi mereka bagi organisasi.
Pegawai dengan berbagai macam konflik tidak akan menunjukkan sikap yang positif
terhadap pekerjaannya, dan seorang pegawai yang puas akan menunjukkan sikap
yang positif dalam meningkatkan kinerjanya. Kepuasan
yang diperoleh pekerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat
dan kinerja mereka.
Reddin dalam
Thoha (2003:57) menyatakan bawah gaya kepemimpinan yang efektif terdiri dari:
1.
Eksekutif.
2.
Pencipta pengembangan (developer).
3.
Otokratis yang baik (Benevolent Autocrat).
4. Birokrat.
Dengan memiliki gaya kepemimpinan yang
efektif, pemimpin akan mampu mengarahkan dan mempengaruhi dalam segala tugas
yang diberikan kepada bawahannya, sehingga akan terjalin suatu kerja sama yang
baik antara seorang pemimpin dengan bawahan. Disamping itu seorang pemimpin
harus dapat mengetahui apa keinginan dan kebutuhan yang diinginkan dari
bawahannya agar tidak terjadi hal-hal negatif yang akan mengakibatkan buruknya kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Menurut Robbins (2003: 354) hakekat
kinerja pegawai adalah hasil kerja yang optimal untuk itu terdapat beberapa
indikator- indikator kinerja pegawai yang harus diperhatikan diantaranya
sebagai berikut :
1.
Kemampuan bekerjama
2.
Kualitas pekerjaan
3.
Kemampuan teknis
4.
Inisiatif
5.
Semangat
6.
Daya tahan/kehandalan
7.
Kuantitas pekerjaan
Sehubungan dengan hal tersebut maka
indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 indikator
kinerja menurut Robbins yang meliputi
kemampuan bekerjama, kualitas pekerjaan, kemampuan teknis, inisiatif,
semangat, daya tahan/kehandalan, dan kuantitas pekerjaan.
Pegawai merupakan aset utama dalam suatu
organisasi, maka agar kinerja organisasi dapat dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan, pimpinan organisasi harus dapat memastikan bahwa seluruh pegawainya
puas dengan apa yang diberikan sebagai balas jasa kepada mereka. Peranan
kepemimpinan dalam mempengaruhi kinerja para pegawainya perlu memperhatikan dan
menciptakan kondisi adanya keseimbangan antara pencapaian tujuan organisasi dan
pencapaian tujuan individualnya. Salah satu tujuan individual pegawai adalah
tercapainya kepuasan mereka dalam bekerja.
Organisasi tergantung pada lingkungan yang memungkinkan terjadinya hubungan
klien dan timbal balik. Dengan begitu, perubahan yang terjadi dalam
satu unsur akan mempengaruhi dan bahkan menyebabkan perubahan
pada unsur atau bagian lain. Menurut teori sistem, saling berhubungan
dan ketergantungan antara bagian-bagian
yang terpisah dalam organisasi akan menjadi lebih produktif dan
meningkatkan kinerja secara organisasi dibandingkan jika bertindak
sendiri-sendiri. (Stoner, 2003: 352)
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Tag :
Tesis
0 Komentar untuk "Contoh Penulisan Indikator Kinerja dan Kerangka Pemikiran dalam Pembuatan Tesis"