2.1.4.2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Faktor
yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi (motivation).
a.
Faktor Kemampuan (Ability)
Secara
psikologis, kemampuan (Ability )terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan karyawan
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 -120) apalagi IQ superior, very
superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan
lebih mudah mencapai kinerja karyawan.
b.
Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi
diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation)
di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika
mereka bersifat negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan
motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola
kepemimpinan dan kondisi kerja. (A.A. Anwar Mangkunegara, 2007: 13)
2.1.4.3
Pengertian Evaluasi/Penilaian Kinerja
Menurut Schuller dalam Sri Dwi Ari Ambarwati (2002:
100) ada jenis-jenis kriteria yang dapat membantu penilai dalam menilai kinerja
pegawai yaitu: loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, keterampilan
memimpin, hubungan antar personal dan hasil kerja yang telah dicapai. Sedangkan
indikator untuk mengukur kinerja pegawai menurut Gibson dalam Sri Suranta (2002:
27) adalah: (a) Kualitas hasil pekerjaan, dapat diukur dari ketepatan waktu,
ketelitian kerja dan kerapian kerja; (b) Kuantitas hasil pekerjaan, dapat
diukur dari: jumlah pekerjaan dan jumlah waktu yang dibutuhkan; (c) Pengertian
terhadap pekerjaan, dapat diukur dari pemahaman terhadap pekerjaan, dan
kemampuan kerja; (d) Kerja sama yaitu kemampuan bekerja sama.
Evaluasi
kinerja atau penilaian kinerja karyawan dikemukakan oleh Leon C. Mengginson
(1981: 310) dalam A.A. Anwar
Mangkunegara (2008: 83) adalah sebagai berikut: “Penilaian prestasi kerja (performance
apprasial) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk
menentukan apakah seorang karyawan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas tanggungjawabnya”.
Banyak
para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi evaluasi kinerja.
Namun jika disimpulkan, bahwasanya pengertian evaluasi kinerja itu sendiri
adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Di samping itu juga, untuk
menenetukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab
yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih
baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal
promosi jabatan atau penentuan imbalan. (A.A. Anwar Mangkunegara, 2007: 10)
Dalam
penilaian kinerja karyawan tidak hanya menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan
kerja, kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai
dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya.
Hani
Handoko (2004), menyebutkan bahwa penilaian kinerja terdiri dari 3 (tiga) kriteria,
yaitu:
1. Penilaian
berdasarkan hasil yaitu penilaian yang didasarkan adanya target-target dan
ukurannya spesifik serta dapat diukur.
2. Penilaian
berdasarkan prilaku yaitu penilaian perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
pekerjaan.
3. Penilaian
berdasarkan judgement yaitu penilaian yang berdasarkan kualitas pekerjaan,
kuantitas pekerjaan, koordinasi, pengetahuan pekerjaan dan keterampilan,
kreativitas, semangat kerja, kepribadian, keramahana, integritas pribadi, serta
kesadaran dan dapat dipercaya dalam menyelesaikan tugas.
2.1.4.4
Tujuan Penilaian/Penilaian Kinerja
Secara
umum, tujuan dilakukannya penilaian untuk kinerja adalah untuk memberikan feedback
kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan
produktivitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan
berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan
gaji, pendidikan dan latihan, dan lain-lain.. (Marihot Tua Efendi Hariandja,
2002: 195).
Selain
itu, tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara spesifik,
tujuan dari evaluasi kinerja adalah :
a. Meningkatkan
saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
b. Mencatat dan
mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat
lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang
terdahulu.
c. Memberikan
peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan
meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya
sekarang.
d. Mendefinisikan
atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk
berprestasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa
rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan,
khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada
hal-hal yang perlu diubah. (A.A. Anwar Mangkunegara, 2007: 10)
Penilaian kinerja merupakan suatu proses
menilai hasil karya personel dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja
dengan membandingkanya dengan standar baku. Melalui penilaian itu kita dapat
mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan
yang telah disusun sebelumnya. Robbins (2003:354)
menjelaskan sebagai berikut:
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mencakup
faktor-faktor :
a. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang
ditentukan oleh sistem pekerjaan.
b. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personel
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel
tersebut.
c. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan
potensi yang ada pada dirinya.
2. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan Penilaian kinerja secara umum:
a.
Menilai kemampuan
personel, penilaian ini
merupakan tujuan yang mendasar dalam menilai personel secara individu, yang
dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai efektivitas manajemen sumber
daya manusia.
b.
Pengembangan personel,
sebagai informasi untuk
pengambilan keputusan untuk pengembangan personel seperti: promosi, mutasi,
rotasi, terminasi dan penyesuaian kompensasi.
·
Secara
spesifik penilaian kinerja bertujuan untuk:
- Mengenali
SDM yang perlu dilakukan pembinan
- Menentukan
kriteria tingkat pemberian kompensasi
- Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
- Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
- Memperoleh
umpan balik atas hasil prestasi pegawai
·
Tujuan
utama sistem penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan
valid sehubungan dengan perilaku dan kinerja pegawai. Semakin akurat dan valid
informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi
nilainya bagi organisasi.
·
Tujuan
penilaian kinerja secara khusus, walaupun semua organisasi masing-masing
mempunyai tujuan yang mendasar mengenai sistem penilaian kinerja, informasi
yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat digunakan secara khusus bagi
organisasi. Tujuan khusus tersebut dapat digolongkan menjadi dua bagian besar
yaitu: evaluasi dan pengembangan.
3. Aspek Evaluasi Penilaian Kinerja
Untuk
melakukan evaluasi maka manajer akan menilai kinerja massa lalu seorang
pegawai. Evaluator menggunakan informasi untuk menilai kinerja dan kemudian
menggunakan data tersebut dalam keputusan-keputusan promosi, demosi, terminasi
dan kompentensi. Teknik evaluatif membandingkan semua pegawai satu dengan yang
lain atau terhadap beberapa standar sehingga keputusan-keputusan dapat dibuat
berdasarkan catatan-catatan kinerja mereka. Keputusan-keputusan yang paling
sering dilaksanakan berdasarkan tujuan evaluatif adalah keputusan-keputusan
kompensasi yang mencakup peningkatan balas jasa, bonus pegawai, dan
kenaikan-kenaikan lainya dalam gaji. Tujuan evalutif kedua dari penilaian
kinerja adalah membuat keputusan-keputusan penyusunan pegawai (staffing). Penilaian kinerja masa lalu
merupakan faktor kunci dalam menentukan pegawai yang diinginkan lainya.
Penilaian kinerja dapat dipakai untuk mengevaluasi sistem perekrutan, seleksi
dan penempatan.
4. Aspek
Pengembangan Penilaian Kinerja
Informasi yang
dihasilkan dari sistem penilaian kinerja dapat juga dipakai untuk lebih
memudahkan pengembangan pribadi/karir pegawai. Dalam pendekatan pengembangan,
manajer mencoba meningkatkan kinerja seseorang pegawai di massa yang akan
datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong pertumbuhan pegawai
dalam hal keahlian, pengalaman atau pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini secara lebih baik. Keahlian-keahlian atau
pengetahuan yang harus dicapai seseorang untuk melaksanakan pekerjaan di massa
mendatang, dan tipe-tipe tanggung jawab yang harus diberikan seseorang guna
mempersiapkannya terhadap penugasan-penugasan di masa mendatang.
5. Konsep Dasar Penilaian Kinerja
a.
Memenuhi manfaat penilaian dan pengembangan
b. Mengukur/menilai berdasarkan perilaku yang
berkaitan dengan pekerjaan
c.
Merupakan dokumen legal
d.
Merupakan proses formal dan nonformal
6. Cara-cara Melakukan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara yaitu:
a. Penilaian teknik essai
b. Penilaian komparasi
c. Penilaian daftar periksa
d. Penilaian langsung ke lapangan
e. Penilaian berdasarkan perilaku
f. Penilaian berdasarkan insiden kritikal
g. Penilaian berdasarkan keefektifan
h. Penilaian berdasarkan peringkat
7.
Karakteristik Sifat khas dari suatu pengukuran
kinerja adalah:
a.
Pengukuran
kinerja nonfinansial harus dimasukan dalam suatu sistem karena banyak tujuan
organisasi yang tidak mendasarkan pada biaya. Yang termasuk disini adalah:
waktu, ketersedian alat, ketepatan jadwal, dan presentase produk yang tidak
salah.
b.
Pengukuran
kinerja harus saling menunjang bukan menimbulkan beragam masalah.
c.
Pengukuran
kinerja harus dapat memotivasi pegawai untuk membantu organisasi mencapai
tujuan jangka panjangnya seperti juga jangka pendek. Pengukuran kinerja harus
dapat dipakai di semua bagian. Interval waktu antar persiapan dan keluarnya
produk merupakan suatu pengukuran yang meliputi beberapa daerah. Bila informasi
mengindikasikan bahwa pegawai sudah bekerja secara efektif, proses-proses umpan
balik itu sendiri dapat menguntungkan pegawai karena dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan kompetensinya. Bila informasi menemukan adanya kelemahan, maka
umpan balik dapat menstimulasi proses pengembangan untuk mengatasi proses
kelemahan yang ada.
Untuk manajemen sumber daya manusia,
proses penilaian kinerja dapat menunjukan adanya kebutuhan akan adanya
pengembangan tambahan sebagai suatu alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan
adanya hasil penilaian kinerja yang mengindikasikan bahwa seorang pegawai
mempunyai potensi untuk bekerja dengan baik di suatu posisi yang dipromosikan,
maka pegawai tersebut mempunyai kesempatan untuk menduduki suatu posisi yang
lebih tinggi.
Penilaian kinerja yang bertujuan
pengembangan juga mencakup pemberian pedoman kinerja pegawai di kemudian hari.
Umpan balik akan menyadarkan pegawai tentang kelemahan dan kekuatan kinerja
massa lalu dan menentukan arah yang harus dipilih pegawai untuk memperbaikinya.
Pegawai ingin mengetahui secara khusus, bagaimana mereka dapat meningkatkan
keterampilan mereka di massa mendatang. Karena penilaian kinerja dirancang
untuk menanggulangi masalah-masalah kinerja yang buruk, penilaian harus
dirancang untuk mengembangkan pegawai dengan lebih baik.
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Tag :
Tesis
0 Komentar untuk "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja dan Pengertian Evaluasi serta Tujuan Penilaian/Penilaian Kinerja"