BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai peranan yang
dominan dalam kehidupan setiap organisasi. Pimpinan organisasi harus mampu menggerakan seluruh komponen organisasi,
cakap dalam hal teknis dan
cerdas dalam mengambil
keputusan. Pengalaman sebagai pimpinan organisasi akan memberikan contoh
tindakan-tindakan bagi setiap kelompok atau perorangan antara lain; pengalaman
melakukan penilaian kinerja pegawai, pengalaman memanfaatkan setiap unsur
organisasi serta pengalaman dalam mengelompokan kepentingan dan pekerjaan
organisasi.
Seorang pemimpin menyangkut perilaku
seseorang dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin organisasi. Proses mempengaruhi dan dipengaruhi
timbul dari terjadinya aksi dan reaksi, interaksi antara orang yang berposisi
sebagai pemimpin dengan orang lain yang berposisi sebagai pengikut secara
timbal balik, aktivitas mempengaruhi berlangsung dalam situasi tertentu dan ada
tujuan yang ingin dicapai. Bagi
pemimpin dalam organisasi sudah tentu akan membuang jauh perilaku yang mengarah
pada sifat individualistis, tetapi pemimpin akan lebih mengutamakan pembinaan
perilaku bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Terdapat beberapa pengertian kepemimpinan
menurut para ahli, diantaranya
menurut Stoner, Freeman dan Gilbert
dalam Ernie Tisnawati Sule (2006: 255): “Leadership
is the process of directing
and influencing the task-related activities of group members” yang artinya .......................
Menurut Samuel C. Certo and Trevis Certo
(2006: 352): “Leadership is the process of directing
the behavior of others toward the accomplishment of some objectives”, yang artinya .................................
Menurut Siagian (2004 : 81) mengemukakan berikut :
“Kepemimpinan adalah kemampuan dan kemahiran
seseorang untuk mempengaruhi perilaku bawahannya sedemikian rupa, sehingga
perilaku yang tadinya bersifat individualistis atau bahkan egoistis dirubah
menjadi perilaku organisasional dalam rangka pencapaian tujuan berbagai sasaran
yang telah ditetapkan melalui kerjasama yang intim dan harmonis.”
Menurut Terry dalam Sutarto (2003: 12) “Leadership is the relationship in wich one
person or the leader influences other to work together willingly on related
tasks to attain that wich the leader desires” yang artinya
Menurut
Kartono (2001: 67) yang menyatakan sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah suatu usaha
mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal), lewat proses komunikasi,
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan. Kepemimpinan ini mencakup pengaruh
dan bahwa semua hubungan antara perseorangan dapat menyangkut kepemimpinan”
Dari definisi-definisi tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan bagaimana pimpinan mampu berusaha
meyakinkan kepada orang-orang agar mau bekerja sama secara semangat. Oleh
karena itu kegiatan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin organisasi
akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan mengarahkan dan mengendalikan
organisasi dalam mencapai sasarannya.
Dari beberapa penyataan di atas, Yulk
(2005: 8) memberikan katagori kepemipinan menjadi 3 (tiga) elemen dasar, yaitu
:
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi
(relation concept), artinya
kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka tidak ada pengikut
atau bawahan, tak ada pemimpin.
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses,
artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau
posisi jabanan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat
seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu.
Untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat mengembangkan motivasi pengikut
secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsive.
c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi
orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus
berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan
otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan
sasaran, memberi imbalan dan hukunan, restrukturisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat
dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan
kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dijelaskan
pula bahwa tujuan organisasi mempunyai peranan penting bagi keberhasilan
organisasi dalam pencapaian tujuan, yang berarti adanya perilaku para bawahan
maupun pemimpin dalam organisasi yang di dasarkan atas kepentingan pribadi dan
organisasi untuk mencapai sasarannya. Jadi begitu pentingnya kepemimpinan dalam
suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan organisasi itu sendiri.
Pelaksanaan kepemimpinan yang terarah akan membawa para anggota organisasi
kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.1.1 Gaya Kepemimpinan
Reddin dalam Thoha (2003: 57) “melihat gaya
kepemimpinan selalu dipulangkan pada dua hal mendasar yakni hubungan pemimpin
dengan tugas dan hubungan kerja atau disebut gaya yang mempunyai pengaruh
terhadap lingkungannya.”
Empat gaya kepemimpinan yang efektif menurut Reddin dalam Thoha (2003: 57):
1.
Eksekutif. Gaya ini banyak memberikan perhatian pada
tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Seorang manajer yang mempergunakan
gaya ini disebut sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja yang
tinggi, berkehendak mengenal perbedaan diantara individu dan berkeinginan
mempergunakan kerja tim dalam manajemen.
2.
Pencipta pengembangan (developer). Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap
hubungan kerja dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan.
Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini mempunyai kepercayaan yang implisit
terhadap orang-orang yang bekerja dalam organisasinya, dan sangat memperhatikan
terhadap pengembangan mereka sebagai seorang individu.
3.
Otokratis yang baik (Benevolent Autocrat). Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum
terhadap tugas, dan perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja. Seorang
manajer yang mempergunakan gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia
inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan
ketidakseganan di pihak lain.
4.
Birokrat. Gaya ini memberikan perhatian yang minimum
terhadap baik tugas maupun hubungan kerja. Seorang manajer yang mempergunakan
gaya ini sangat tertarik pada peraturan-peraturan dan menginginkan
memeliharanya, serta melakukan kontrol situasi secara teliti.
Selanjutnya Thoha (2003: 58) mengemukakan empat gaya yang tidak efektif
sebagai berikut :
1.
Compromiser (Pencinta
Kompromi). Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan hubungan kerja
dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi. Manajer yang bergaya seperi
ini merupakan pembuat keputusan yang jelek, banyak tekanan yang
mempengaruhinya.
2.
Missionari. Gaya ini memberikan
penekanan yang maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan
perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai.
Manajer semacam ini hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam
dirinya sendiri.
3.
Otokrat. Gaya ini memberikan
perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja
dengan suatu perilaku yang tidak sesuai. Manajer seperti ini tidak mempunyai
kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada jenis
pekerjaan yang segera selesai.
4.
Deserter (Lari dari tugas).
Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan
kerja. Dalam situasi tertentu gaya ini tidak begitu terpuji karena manajer
seperti ini menunjukkan pasif tidak mau ikut campur secara aktif dan positif.
2.1.1.2 Kepemimpinan
yang Efektif
Dalam setiap organisasi, seorang pemimpin harus mampu menjalankan
kepemimpinannya dengan efektif, sehingga tugas-tugas yang diberikan kepada
bawahannya dapat terselesaikan dengan baik. Salah satu teori kepemimpinan yang
dikemukakan Stoner (2001 : 117) yaitu bahwa : “efektivitas kepemimpinan hanya
dapat dicapai apabila seorang pemimpin memiliki sifat-sifat tertentu yang
merupakan bawaan sejak lahir, seperti : kepribadian, fisik, intelaktualnya,
kepercayaan diri dan lain-lain”. Selain itu Ghiselli mengemukakan seperti yang
dikutif oleh Handoko (2006: 267), bahwa sifat-sifat kepemimpinan yang efektif
adalah sebagai berikut :
1.
Kepemimpinan
dalam kedudukannya sebagai pengawas atau pelaksana fungsi-fungsi dasar
manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain atau
bawahannya.
2.
Kebutuhan
akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencapaian tanggung jawab dan keinginan
sukses.
3.
Kecerdasan,
mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4.
Ketegasan
atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah
dengan cakap dan tepat.
5.
Kepercayaan
diri atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi
masalah.
6.
Inisiatif
atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan
dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
Dengan memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang efektif, pemimpin akan mampu mengarahkan dan mempengaruhi dalam segala
tugas yang diberikan kepada bawahannya, sehingga akan terjalin suatu kerja sama
yang baik antara seorang pemimpin dengan bawahan. Disamping itu seorang
pemimpin harus dapat mengetahui apa keinginan dan kebutuhan yang diinginkan
dari bawahannya.
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI ---
Tag :
Tesis
0 Komentar untuk "Contoh Penulisan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis dalam Tesis"