katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Contoh Penulisan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis dalam Tesis


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1.      Kajian Pustaka
2.1.1.      Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai peranan yang dominan dalam kehidupan setiap organisasi. Pimpinan organisasi harus mampu menggerakan seluruh komponen organisasi, cakap dalam hal teknis dan cerdas dalam mengambil keputusan. Pengalaman sebagai pimpinan organisasi akan memberikan contoh tindakan-tindakan bagi setiap kelompok atau perorangan antara lain; pengalaman melakukan penilaian kinerja pegawai, pengalaman memanfaatkan setiap unsur organisasi serta pengalaman dalam mengelompokan kepentingan dan pekerjaan organisasi.
Seorang pemimpin menyangkut perilaku seseorang dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin organisasi. Proses mempengaruhi dan dipengaruhi timbul dari terjadinya aksi dan reaksi, interaksi antara orang yang berposisi sebagai pemimpin dengan orang lain yang berposisi sebagai pengikut secara timbal balik, aktivitas mempengaruhi berlangsung dalam situasi tertentu dan ada tujuan yang ingin dicapai. Bagi pemimpin dalam organisasi sudah tentu akan membuang jauh perilaku yang mengarah pada sifat individualistis, tetapi pemimpin akan lebih mengutamakan pembinaan perilaku bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Terdapat beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli, diantaranya menurut Stoner, Freeman dan Gilbert dalam Ernie Tisnawati Sule (2006: 255): Leadership is the process of directing and influencing the task-related activities of group members” yang artinya .......................
Menurut Samuel C. Certo and Trevis Certo (2006: 352): “Leadership is the process of directing the behavior of others toward the accomplishment of some objectives”, yang artinya .................................
Menurut Siagian (2004 : 81) mengemukakan berikut :
“Kepemimpinan adalah kemampuan dan kemahiran seseorang untuk mempengaruhi perilaku bawahannya sedemikian rupa, sehingga perilaku yang tadinya bersifat individualistis atau bahkan egoistis dirubah menjadi perilaku organisasional dalam rangka pencapaian tujuan berbagai sasaran yang telah ditetapkan melalui kerjasama yang intim dan harmonis.”

Menurut Terry dalam Sutarto (2003: 12) “Leadership is the relationship in wich one person or the leader influences other to work together willingly on related tasks to attain that wich the leader desires” yang artinya
Menurut  Kartono (2001: 67) yang menyatakan sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal), lewat proses komunikasi, untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan. Kepemimpinan ini mencakup pengaruh dan bahwa semua hubungan antara perseorangan dapat menyangkut kepemimpinan”

Dari definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan bagaimana pimpinan mampu berusaha meyakinkan kepada orang-orang agar mau bekerja sama secara semangat. Oleh karena itu kegiatan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin organisasi akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam mencapai sasarannya.
Dari beberapa penyataan di atas, Yulk (2005: 8) memberikan katagori kepemipinan menjadi 3 (tiga) elemen dasar, yaitu :
a.       Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation concept), artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka tidak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin.
b.      Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabanan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsive.
c.       Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukunan, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dijelaskan pula bahwa tujuan organisasi mempunyai peranan penting bagi keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuan, yang berarti adanya perilaku para bawahan maupun pemimpin dalam organisasi yang di dasarkan atas kepentingan pribadi dan organisasi untuk mencapai sasarannya. Jadi begitu pentingnya kepemimpinan dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan organisasi itu sendiri. Pelaksanaan kepemimpinan yang terarah akan membawa para anggota organisasi kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.1.1 Gaya Kepemimpinan
Reddin dalam Thoha (2003: 57) melihat gaya kepemimpinan selalu dipulangkan pada dua hal mendasar yakni hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja atau disebut gaya yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya.
Empat gaya kepemimpinan yang efektif menurut Reddin dalam Thoha (2003: 57):
1.          Eksekutif. Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini disebut sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja yang tinggi, berkehendak mengenal perbedaan diantara individu dan berkeinginan mempergunakan kerja tim dalam manajemen.
2.          Pencipta pengembangan (developer). Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap hubungan kerja dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan. Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini mempunyai kepercayaan yang implisit terhadap orang-orang yang bekerja dalam organisasinya, dan sangat memperhatikan terhadap pengembangan mereka sebagai seorang individu.
3.          Otokratis yang baik (Benevolent Autocrat). Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja. Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan di pihak lain.
4.          Birokrat. Gaya ini memberikan perhatian yang minimum terhadap baik tugas maupun hubungan kerja. Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini sangat tertarik pada peraturan-peraturan dan menginginkan memeliharanya, serta melakukan kontrol situasi secara teliti.

Selanjutnya Thoha (2003: 58) mengemukakan empat gaya yang tidak efektif sebagai berikut :
1.      Compromiser (Pencinta Kompromi). Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi. Manajer yang bergaya seperi ini merupakan pembuat keputusan yang jelek, banyak tekanan yang mempengaruhinya.
2.       Missionari. Gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. Manajer semacam ini hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri.
3.      Otokrat. Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak sesuai. Manajer seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang segera selesai.
4.      Deserter (Lari dari tugas). Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan kerja. Dalam situasi tertentu gaya ini tidak begitu terpuji karena manajer seperti ini menunjukkan pasif tidak mau ikut campur secara aktif dan positif.
2.1.1.2 Kepemimpinan yang Efektif
Dalam setiap organisasi, seorang pemimpin harus mampu menjalankan kepemimpinannya dengan efektif, sehingga tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya dapat terselesaikan dengan baik. Salah satu teori kepemimpinan yang dikemukakan Stoner (2001 : 117) yaitu bahwa : “efektivitas kepemimpinan hanya dapat dicapai apabila seorang pemimpin memiliki sifat-sifat tertentu yang merupakan bawaan sejak lahir, seperti : kepribadian, fisik, intelaktualnya, kepercayaan diri dan lain-lain”. Selain itu Ghiselli mengemukakan seperti yang dikutif oleh Handoko (2006: 267), bahwa sifat-sifat kepemimpinan yang efektif adalah sebagai  berikut :
1.          Kepemimpinan dalam kedudukannya sebagai pengawas atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain atau bawahannya.
2.          Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencapaian tanggung jawab dan keinginan sukses.
3.          Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4.          Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5.          Kepercayaan diri atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah.
6.          Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.

Dengan memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang efektif, pemimpin akan mampu mengarahkan dan mempengaruhi dalam segala tugas yang diberikan kepada bawahannya, sehingga akan terjalin suatu kerja sama yang baik antara seorang pemimpin dengan bawahan. Disamping itu seorang pemimpin harus dapat mengetahui apa keinginan dan kebutuhan yang diinginkan dari bawahannya.

Untuk melanjutkan silahkan --- KLIK DISINI --- 
Tag : Tesis
0 Komentar untuk "Contoh Penulisan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis dalam Tesis"

Back To Top