katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Prinsip Pembelajaran pada Pendekatan Reggio Emilia


Pendidikan didasarkan pada komunikasi dalam hubungan guru-guru, anak-anak, guru-anak, orangtua-anak, orangtua-guru dan orangtua-orangtua. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang sangat kaya bagi semua pihak yang terlibat. Dalam pendekatan Reggio Emilia, guru adalah seorang peneliti dan sekolah dipandang sebagai tempat-tempat penelitian yang partisipasi dan berbagi konstruksi nilai dan makna. 
 
Pendekatan  Reggio Emilia banyak diadopsi sebagai program pra-sekolah. 
  • Prinsip-prinsip Reggio Emilia yang berpusat pada anak antara lain:
  1. Anak-anak harus memiliki kontrol atas arah belajar mereka;
  2. Anak-anak harus dapat belajar melalui pengalaman menyentuh, bergerak, mendengarkan,  melihat, dan mendengar;
  3. Anak-anak memiliki hubungan yang dekat dengan anak-anak lain;
  4. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri.
  • Pendekatan Reggio Emilia memperhatikan perkembangan anak-anak dan hubungannya dengan lingkungan mereka yang dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Peran lingkungan fisik
Tujuan utama dalam perencanaan ruang baru dan renovasi yang lama mencakup integrasi dari masing-masing kelas dengan seluruh sekolah, dan sekolah dengan masyarakat sekitar. Pentingnya lingkungan hidup terletak pada keyakinan bahwa anak-anak dapat menciptakan makna terbaik dan memahami dunia mereka melalui lingkungan yang mendukungkompleks, bervariasi, berkelanjutan, dan mengubah hubungan antara orang-orang, dunia pengalaman, ide-ide dan banyak cara untuk mengungkapkan ide.
Ruang/tempat yang digunakan dan segala sesuatu  harus bisa menarik dan mengundang minat anak namun tetap mengandung unsur pendidikan. Anak dan orang tua juga bekerja sama untuk mengumpulkan dan mengelola bahan-bahan main di sekitar lingkungan yang akan digunakan.
b.      Peran lingkungan sebagai guru
Dalam REA, para pendidik sangat memperhatikan lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah ini juga berperan “mendidik” para siswa. Penampilan dan nuansa kelas pun akhirnya menjadi prioritas tersendiri pula. Bahkan, lingkungan sekolah sering disebut sebagai “guru ketiga”. Keindahan lingkungan di dalam sekolah dianggap sebagai bagian penting dari rasa hormat kepada siswa dan lingkungan belajar mereka.
Nuansa di dalam kelas dibuat ceria dan penuh dengan kegembiraan. Guru mengatur agar lingkungan belajar memancing dan menantang siswa dalam eksplorasi dan pemecahan masalah, biasanya dalam kelompok-kelompok kecil di mana kerjasama dan perbedaan pendapat berbaur namun tetap menyenangkan. Hasil karya siswa, atau tanaman yang mereka tanaman, atau koleksi barang yang dikumpulkan siswa dari alam ditampilkan di kelas dan lingkungan sekolah agar bisa dilihat oleh siswa, guru dan orang tua. 
Terdapat area bersama / serba guna di sekolah yang dapat digunakan oleh para siswa untuk berbagai kegiatan seperti pementasan drama atau hanya berkumpul dengan siswa dari kelas lain untuk belajar bersama.
c.       Orang tua merupakan komponen vital dalam pendekatan ini.
Orang tua dipandang sebagai mitra, kolaborator dan advokasi untuk anak-anak mereka. Guru menghormati setiap orang tua sebagai guru pertama dan melibatkan orang tua dalam setiap aspek kurikulum. Hal ini dapat terlihat melalui partisipasi orang tua di dalam kelas. Program Reggio Emilia menggabungkanprinsip-prinsip dalam mengasuh anak dan kehidupan rumah.
  • Peranan Guru dalam Pendekatan Reggio Emilia :
  1. Membangun pengetahuan dan pemahaman anak.
  2. Mendorong agar anak mengeluarkan ide-ide, cara pemecahan masalah dan konflik.
  3.  Guru didorong untuk memfasilitasi anak belajar dengan kegiatan perencanaan dan pelajaran berdasarkan kepentingan anak, mengajukan pertanyaan untuk lebih memahami, dan secara aktif terlibat dalam kegiatan bersama anak, bukannya duduk diam dan mengamati anak belajar.
  4. Mengatur kelas dan benda-benda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang menyenangkan.
  5. Mengatur jenis barang-barang di kelas agar dapat membantu anak membuat keputusan mengenai benda-benda yang akan digunakan.
  6. Mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, videotape, tape recorder, dan portfolio.
  7. Ketika bekerja pada proyek-proyek dengan anak, guru juga dapat memperluas anak belajar dengan mengumpulkan data seperti foto, catatan, video, dan percakapan yang dapat diputar ulang di lain waktu.
  8. Membantu anak melihat hubungan yang ada antara pembelajaran dan pengalaman yang didapatnya.
  9. Guru perlu untuk mempertahankan aktif, saling partisipasi dalam kegiatan untuk membantu memastikan bahwa anak memahami dengan jelas apa yang sedang "diajarkan".
  10. Membantu anak mengekspresikan pengetahuan yang mereka dapatkan atau miliki melalui bentuk-bentuk presentasi.
  11. Membentuk hubungan yang baik dengan guru-guru lainnya dan para orang tua.
  • Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Reggio Emilia :
  1. Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumber-seumber yang seringkali terabaikan. 
  2. Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif. 
  3. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya. 
  4. Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak. 
  5. Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam issue pendidikan dan budaya anak usia dini
  • Struktur Program 
  1. Tidak semua anak diharapkan melakukan hal yang sama dan keaslian merekalah yang dinilai. Mereka bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, sendiri, di dalam atau di luar, atau di tengah ruangan atau di serambi. 
  2. Di lingkungan prasekolah, anak-anak dibagi dalam kelas-kelas. Satu kelas terdiri dari 25 anak dengan 2 guru pendamping. Kelompok ini terdiri dari anak-anak, guru-guru, dan keluarganya yang terlibat bersama untuk 3 tahun masa sekolah. Kenaikan tingkat kelas setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhan anak yang semakin bertambah dan berdasar pada ketertarikan anak. 
  3. Ketika pengerjaan proyek berkembang, guru-guru berhati-hati dalam membuat kelompok-kelompok kecil, biasanya tidak lebih dari 5 orang anak usia dini. Mereka percaya bahwa bekerja dalam kelompok kecil mengijinkan anak-anak untuk mengerti ritme dan gaya berkomunikasi. Konflik yang terjadi tanpa kawan sebaya melalui perlawanan, negoisasi, rekonstruksi ide-ide dan hipotesis-hipotesis akan terlihat tidak hanya sebagai kegiatan belajar sosialisasi tapi sebagai sebuah bagian mendasar dari proses kognitif.
  • Penataan kelas.
  1. Banyak perhatian dicurahkan untuk tampilan dan nuansa kelas dalam pendekatan Reggio Emilia. Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, di mana anak-anak, keluarga dan guru merasa dimengerti dan santai. 
  2. Lingkungan dipandang sebagai unsur penting dari pendidikan dan merupakan cerminan dari budaya sekolah dari waktu ke waktu. Fokus pada lingkungan mewakili/merupakan cerminan nilai-nilai estetika, organisasi, perhatian, provokasi, komunikasi dan interaksi.
  • Atelier
  1. Salah satu inovasi utama dari pendekatan Reggio Emilia adalah Atelier, sebuah studio dan laboratorium sekolah. Atelier adalah tempat untuk bereksperimen dengan bahasa visual tertentu atau pun gabungan, dengan atau tanpa kombinasi dengan bahasa verbal. Ada mini-ateliers di sebelah setiap kelas, yang digunakan untuk proyek-proyek ekstensi. 
  2. Ateliers ini dilengkapi dengan tanah liat, kawat, cat, pena, kertas, manik-manik, kerang dan berbagai bahan daur ulang alami yang digunakan oleh anak-anak dalam jangka pendek maupun proyek-proyek jangka panjang dengan tujuan untuk mengekspresikan "seratus bahasa" anak-anak.
0 Komentar untuk "Prinsip Pembelajaran pada Pendekatan Reggio Emilia"

Back To Top