Untuk
meningatkan hasil kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan alat ilmu
pengetahuan alam IPA, pihak Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Biadang Pendidikan Dasar Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional
telah mengadakan penataran penggunaan alat IPA bagi guru, kepala sekolah, dan
penilik sekolah dari aspek metodologi pengajaran dan pendalaman materi. Studi
ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penggunaan alat IPA SD dalam KBM dan
kendalanya. Hasil studi menunjukkan bahwa pada umumnya guru kelas 4, 5 dan 6
belum pernah melakukan semua percobaan sesuai dengan pedoman. Hal tersebut
antara Iain disebabkan oleh karena jumlah alat IPA terbatas, beberapa alat yang
diperlukan tidak berfungsi, beberapapercobaan sulit dirakit memerlukan
persiapan yang cukup lama, serta guru kurang memiliki kesadaran dan pemahaman
KBM IPA secara utuh, sehingga kurang terdorong untuk melaksanakan KBM dengan
menggunakan alat tersebut secara efisien. Namun demikian, keberadaan alat itu
dirasakan sangat membantu guru dan murid dalam proses pembelajaran IPA.
Usaha untuk mengintegrasikan efhnoscience ke dalam kurikulum
pendidikan IPA di sekolah sebenarnya telah disarankan sejak tahun 1970 oleh
Boulding seperti dikutip oleh Shumba (1999). la menegaskan perlunya pihak
sekalah untuk mensimbiosiskan antara Sains Tradisional (ethnoscience)
dengan Sains Barat, bukan seperti selama ini yang senantiasa dilakukan oleh
kebanyakan sekolah yaitu memaksakan dominasi Sains Barat terhadap Sains
Tradisional yang lebih dulu berkembang dan hidup di masyarakat. Isu dan saran
serupa juga diangkat kembali oleh Ogunniyi (1988) ketika menyoroti kelemahan
pendidikan Sains pada sekolah-sekolah di Afrika. Secara lebih eksplisit,
Yakubu (1994) dan Cobern (1994) meminta agar sistem instruksi pembelajaran IPA
di sekolah diubah, dengan memperhatikan sensitifitas budaya (Sains
Tradisional) yang berkembang di masyarakat. Mereka merekomendasi pembuatan
kurikulum IPA yang mengakomodasi Sains Tradisional ke dalam pembelajaran formal
di sekolah. Lebih khusus lagi, Nagel (1992) juga telah menyarankan perlunya
universitas pencetak tenaga guru mempunyai mata kuliah yang khusus membahas
pengintegrasian Sains Tradisional ke dalam pembelajaran IPA di sekolah-sekolah
dasar dan menengah.
Kiranya apa yang telah diuraikan di sini dan sebelumnya
pada kajian literatur dapat memberikan landasan teoritis serta panduan bagi
pemerintah daerah untuk menciptakan silabus maupun bahan ajar IPA yang bertumpu
pada sains Tradisional. Selanjutnya, pemerintah daerah perlu menentukan
langkah-langkah strategis dan mengupayakan usaha nyata untuk melakukan
reformasi kurikulum, terutama untuk mata pelajaran IPA, yang bertumpu pada
kekayaan Sains Tradisional di daerahnya tanpa keluar dari konteks keuniversalan
konsep-konsep IPA sebagaimana diisyaratkan pada kurikulum (IPA) nasional. Oleh
karena itu, pada bagian berikut ini disampaikan saran-saran tindakan untuk
melaksanakan reformasi kurikulum IPA di daerah.
Tag :
ARTIKEL
0 Komentar untuk "Contoh Artikel Tentang Permasalahan Pembelajaran Di Sd Serta Solusinya Bagian V"