BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik kelas I, II, dan III merupakan subjek yang perlu
mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada rentangan usia
enam sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia ini hampir seluruh
aspek perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ sedang bertumbuh
dan berkembang. Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh (holistik) dan hanya mampu memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Begitu pula dalam proses
pembelajaran, umumnya mereka masih bergantung pada objek-objek yang
bersifat konkret dan pengalaman yang dialaminya secara langsung (secara
empiris).
Dari gambaran pelaksanaan kegiatan di atas, akan muncul suatu permasalahan pada diri siswa apabila tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep tidak terjadi secara utuh. Materi pelajaran yang disampaikan guru kurang tepat sasaran sehingga tema-tema dalam pembelajaran menjadi terpecah-pecah. Anak belum mampu memilah secara tegas pengetahuan matematika, bahasa, sosial, dan lain-lain. Semua pengetahuan tersebut masih dipahami secara utuh atau global. Ketika mata pelajaran itu disajikan secara terpisah-pisah, anak mengalami kesulitan.
Kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran akan kian bertambah jika tema yang diberikan kurang dipahami dengan baik. Secara perlahan mereka akan frustrasi hingga akhirnya ia akan tinggal kelas. Ini disebabkan peserta didik kurang mampu mengikuti proses pembelajaran. Data awal mengansumsikan bahwa angka mengulang dan putus sekolah pada siswa kelas I lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain (II, III, IV, V, dan VI).
Berdasarkan permasalahan tersebut menggambarkan bahwa kesiapan sekolah untuk mengantarkan peserta didik kelas awal (I s.d. III) sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua Sekolah Dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Dalam rangka mengimplementasikan standar Isi yang termaktub di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia, maka pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa kelas I s.d. III Sekolah Dasar lebih cocok jika dikelola dalam model pembelajaran terpadu. Pelaksanaan model pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan melalui pendekatan pembelajaran tematik.
pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (yaitu: siswa kelas I, II dan III) di Sekolah Dasar. Konsep pembelajaran tematik telah tercantum di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan). Di dalam KTSP tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Oleh karena itu, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga dapat memperoleh pemahaman baik secara konseptual maupun praktikal (Sukayati, 2004:8).
Menurut Siskandar (2003:45) bagi guru SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas I, II, dan III menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak
2. Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan pelaksanaan penyusunan panduan pengembangan silabus tematik pada kelas awal Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
b) Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematikyang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
c) Memberi keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
d) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran kelas I-III Sekolah Dasar, yaitu Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Ilmu Pendidikan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
BAB II
POKOK BAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminto, 1983)
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminto, 1983)
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran ini didasari pada landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
a) Landasan Filosofis
Menurut Sukayati (2004:4), landasan filosofis dari implementasi pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didikyang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didikdari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Siswa, selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
b) Landasan Psikologi
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didikdan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didikagar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didikdan bagaimana pula peserta didikharus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didikmenuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial.
c) Landasan Yuridis
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didikdan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didikagar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didikdan bagaimana pula peserta didikharus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didikmenuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran disekolah-sekolah dasar pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa hal ini sesuai dengan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel), dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa dan sekolah berada.
f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
4. Prinsip Pembelajaran Tematik
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan ,tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status ssosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan local, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antara substansi.
c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan, pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan ( Stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan kesinambungan, substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsure-unsur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Rambu-rambu Pembelajaran
a) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
b) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c) Kompetensi dasar yang tidak digabungkan, jangan dipaksakan untuk digabungkan. Kompetensi yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan, baik melalui tema maupun disajikan secara sendiri.
e) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitungserta penanaman nilai-nilai moral.
f) Tema-tema yang dipilih di sesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan daerah setempat.
6. Implikasi Pembelajaran Tematik
Dalam implementasi pembelajaran sekolah dasar mempunyai beberapa implikasi antara lain:
a) Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD/MI. Oleh karena itu, guru perlu mempelajarinya lebih dahulu sehingga memperoleh pemahaman baik secara kontepsual maupun praktikal.
Bembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensidari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
b) Implikasi bagi siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual maupun kelompok.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
c) Implikasi terhadap sarana dan prasarana
Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok untuk aktif mencari dan menemukan konsep-konsep secara holistis dan autentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang bersifat didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia dilingkungan yang dapat dimanfaatkan.
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Dengan menggunakan berbagai media akan membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak.
7. Implikasi Terhadap Pengaturan Ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengatur ruangan
Ruangan perlu diatur disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. Apabila saat itu temanya adalah alat transportasi maka suasana dalamruangan kelas perlu dilengkapi dengan berbagai sarana yang berhubungan dengan kendaraan, misalnya gambar, mainan berbentuk berbagai kendaraan dan sebagainya.
b) Pengorganisasian ruangan
Pengaturan ruangan perlu dikelola agar suasana belajar menyenangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah.
Peserta didik tidak selalu duduk dikursi, tetapi dapat duduk di tikar/karpet.
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan, daik didalam maupun diluar kelas.
Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik.
8. Implikasi Terhadap Pemilihan Metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya, percobaan, bermain peran, tanya jawab, demontrasi dan bercakap-cakap.
9. Tahap Persiapan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilaksanakan beberapa hal meliputi tahap perencanaan yang mencakup pemetaan kegiatan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, dan penyusunan pelaksanaan pembelajaran.
10. Memetapkan Jaringan Tema
buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kopetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran.
11. Kelebihan Pembelajaran Tematik
Ada beberapa kelebihan pembelajaran tematik (Sutirjo, 2005:23) :
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi matapelajaran dalam tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya dalam rangka mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari matapelajaran lain.
e. Merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan diskusi dan kerja sama antar guru lintas bidang studi bahkan siswa serta orang tua.
f. Melatih kepekaan siswa dan guru terhadap fenomena yang terjadi di sekitar anak.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri dari berbagai pengetahuan yang dipelajari. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari dan menghubungkan dengan konsep lainyang telah difahami. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut: Guru yang akan mengajarkan pembelajaran tematik pada peserta didik kelas awal sebaiknya disertai dengan penekanan pemberian tugas dan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Kepala sekolah, diharapkan memberikan fasilitas pendukung dalam memberikan pembelajaran tematik seperti melangkapi pembelajaran dengan alat peraga (media pembelajaran) serta memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah. Kepada pihak Dinas Pendidikan hendaknya memberikan fasilitas pendukung dalam melaksanakan pembelajaran tematik yaitu dengan melengkapi sumber pustaka atau buku-buku penunjang dalam melaksanakan pembelajaran tematik pada kelas awal
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri dari berbagai pengetahuan yang dipelajari. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari dan menghubungkan dengan konsep lainyang telah difahami. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut: Guru yang akan mengajarkan pembelajaran tematik pada peserta didik kelas awal sebaiknya disertai dengan penekanan pemberian tugas dan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Kepala sekolah, diharapkan memberikan fasilitas pendukung dalam memberikan pembelajaran tematik seperti melangkapi pembelajaran dengan alat peraga (media pembelajaran) serta memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah. Kepada pihak Dinas Pendidikan hendaknya memberikan fasilitas pendukung dalam melaksanakan pembelajaran tematik yaitu dengan melengkapi sumber pustaka atau buku-buku penunjang dalam melaksanakan pembelajaran tematik pada kelas awal
Tag :
Makalah SBM
0 Komentar untuk "Contoh Makalah SBM"