Pembelajaran tematik merupakan
salah satu karakteristik dari kurikulum 2013. Dalam melaksanakan pembelajaran
tematik, diperlukan kreativitas dan wawasan yang tinggi dari seorang guru.
Prastowo (2013, hlm. 223) mengemukakan bahwa “pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai
mata pelajaran ke dalam berbagai tema”.
Dengan demikian, melalui pembelajaran tematik ini siswa didorong untuk
melihat keterhubungan antar berbagai kompetensi yang diintegrasikan dalam suatu
tema tertentu. Masalah yang ditemukan di lapangan antara lain: instansi
pendidikan belum optimal dalam memfasilitasi praktisi pendidikan untuk
pelaksanaan pembeljaran tematik. Belum optimalnya pengalaman guru dalam merancang
ataupun melaksanakan suatu pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik yang
berlangsung lebih terpusat kepada guru. Siswa kurang dilibatkan dalam
pembelajaran. Hal ini menyebabkan minimnya pengalaman yang diperoleh siswa.
Padahal, pengalaman yang nyata dan bermakna sangat dibutuhkan siswa untuk
mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran tematik khususnya pada pembelajaran
Subtema Pemanfaatan Energi. Untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, materi-materi yang terdapat pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan
Energi menekankan adanya praktik secara langsung seperti halnya pada materi
tentang energi panas, laporan hasil pengamatan dan Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK). Penyajian materi-materi
tersebut tidak cukup disampaikan secara ceramah saja karena hal tersebut dapat
mengakibatkan siswa hanya paham secara teori adapun pengetahuan secara
praktiknya kurang. Selain itu, pembelajaran tematik yang berlangsung masih terpsah-pisah
atau dengan kata lain materi yang disampaikan dalam suatu tema atupun subtema
tertentu masih berdiri sendiri, kurang menunjukkan adanya penginterasian antara
materi yang satu dengan materi yang lainnya.
Permasalahan lain yang muncul di
lapangan yaitu lingkungan belajar kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan
aktifitas pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan, sehingga hal tersebut
mengakibatkan mereka kurang tertarik dan termotivasi dalam belajar. Hal
tersebut membuat siswa merasa bosan dan jenuh untuk mengikuti pembelajaran.
Faktor lain yang memicu rendahnya hasil belajar siswa yaitu belum optimalnya
guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum, karakteristik dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu
upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut karena hal ini dapat
mempengaruhi kualitas pembelajaran tematik yang dilaksanakan.
Pelaksanaan pembelajaran tematik
akan lebih bermakna dan efektif jika direalisasikan pada suatu model
pembelajaran yang tepat dan relevan. Model pembelajaran mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang
diasumsikan tepat dan relevan dengan pembelajaran tematik pada kurikulum 2013
yaitu model Quantum Teaching.
Model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep sendiri melalui pengalaman yang
bermakna. Model ini memiliki asas yaitu bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka. Unsur-unsur
model Quantum Teaching terbagi
menjadi dua kategori yaitu konteks dan isi. Kategori konteks berkaitan dengan
persiapan yang harus diperhatikan untuk melaksanaka suatu pembelajaran.
Kategori ini mencakup suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menyenangkan, dan perancangan yang dinamis. Sedangkan kategori
isi mencakup penyajian dan fasilitas untuk memudahkan siswa dalam belajar (Wena,
2012). Model Quantum Teaching memiliki
beberapa prinsip sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter, dkk. (2010)
prinsip model Quantum Teaching antara
lain: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian
nama, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Adapun rancangan model Quantum
Teaching terdiri dari Tahap Tumbuhkan, Tahap Alami, Tahap Namai, Tahap
Demonstrasikan, Tahap Ulangi dan Tahap Rayakan. Tahapan dalam model Quantum Teaching mendorong siswa untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna.
Menurut Sudjana (2006) Hasil
belajar merupakan kemampuan yang telah diperoleh setelah mengikuti serangkaian
proses pembelajaran. Kemampuan tersebut baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor. Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah pada
domain kognitif atau pada aspek pengetahuan. Berkenaan dengan hal ini Anderson
& Krathwohl (2010) mengemukakan bahwa domain kognitif terdiri dari
mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5) dan mencipta (C6). Adapun dalam penelitian ini menggunakan domain kognitif
mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis.
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang
mengintegrasikan beberapa kompetensi dalam suatu tema tertentu. Pembelajaran
tematik mencakup seluruh aspek kemampuan siswa yang meliputi (kognitif)
pengetahuan, afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Pelaksanaan
pembelajaran tematik bertujuan untuk mempermudah siswa memusatkan perhatiannya
pada tema tertentu. Adapun kegiatan dalam pembelajaran tematik terdiri dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Selanjutnya
Departemen Agama (dalam Prastowo, 2013) tujuan dari pembelajaran tematik antara
lain memudahkan siswa untuk memusatkan
perhatiannya pada suatu topik tertentu. Penilaian pembelajaran tematik didasari
oleh prinsip integral dan komprehensif, berkesinambungan dan objektif.
Sehubungan dengan digunakannya model Quantum
Teaching pada pembelajaran tematik, maka rancangan yang dibuat adalah
memasukkan atau mengintegrasikan tahapan model Quantum Teaching pada pembelajaran tematik. Kegiatan pendahuluan
dilakukan dengan Tahap Tumbuhkan, kegiatan inti dilakukan dengan Tahap Alami,
Namai, Demonstrasikan, dan Ulangi. Sedangkan pada kegiatan penutup dilakukan
dengan Tahap Perayaan. Rancangan ini dibuat karena mempertimbangkan kesesuaian
antara setiap tahapan model Quantum
Teaching dengan kegiatan pembelajaran tematik.
Subtema yang diajarkan pada
penelitian ini adalah Pemanfaatan Enegi dengan memadukan tiga mata pelajaran
yaitu IPA, bahasa Indonesia dan matematika. Setiap mata pelajaran yang
ditematikkan memiliki karakteristik tertentu. Pembelajaran IPA lebih menekankan
pada proses, produk dan sikap ilmiah (Mulyana, 2012). Pembelajaran bahasa
Indonesia menekankan pada pengembangan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adapun menurut Depdiknas
(2007) pembelajaran matematika menekankan pada pengembangan kemampuan untuk
berpikir logis, sitematis dan analisis dalam memecahkan suatu permasalahan. Adapun
materi yang dipadukan antara lain: energi panas, laporan hasil pengamatan dan
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Berdasarkan uraian di atas,
pelaksanaan pembelajaran tematik dapat berlangsung efektif jika menggunakan
model Quantum Teaching. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diasumsikan bahwa model Quantum Teching dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya
pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
terdapat pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di
kelas IV SDN Buniasih Kecamatan Kadipaten.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
quasi experimental dengan desain
penelitian berupa nonequivalent control
group design. Menurut Sugiyono (2010) pada desain ini pemilihan kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara random. Sampel
penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Buniasih Kecamatan Kadipaten yang
berjumlah 62 orang. Penelitian ini menetapkan siswa kelas IVA SDN Buniasih
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 orang dan kelas IVB SDN Buniasih
sebagai kelas kontrol dengan jumlah 30 orang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh model Quantum
Teaching terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik yang
dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa dan keefektifan model pembelajaran
yang digunakan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Pengumpulan data dilakukan dengan
tes dan observasi. Dengan demikian, instrumen yang digunakan yaitu tes, lembar
observasi dan disertai dengan intrumen pengembangan bahan ajar yakni RPP untuk
keperluan peneliti dalam mengelola pembelajaran. Data yang telah diperoleh
dianalisis dengan teknik statistik yang terdiri dari statistik deskriptif dan
statistik inferensial.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan
Pembelajaran Tematik dengan Model Quantum
Teaching
Pembelajaran tematik dengan
menggunakan model Quantum Teaching dilaksanakan
di kelas eksperimen. Pembelajaran ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
dengan alokasi waktu untuk masing-masing pertemuan yaitu 6 35 menit. Penelitian ini mengambil Subtema Pemanfaatan
Energi dengan memadukan tiga mata pelajaran yaitu mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), bahasa Indonesia dan Matematika. materi yang diajarkan
kepada siswa yaitu tentang energi panas, laporan hasil pengamatan dan Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK).
Pembelajaran tematik yang
dilaksanakan di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip dan
rancangan model Quantum Teaching. Prinsip-prinsip
model Quantum Teaching terdiri dari
segalanya beribacara, segalanya bertujuan, akui setiap usaha, jika layak
dipelajari maka layak pula dirayakan. Model Quantum
Teaching terdiri dari 6 tahap yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan atau lebih dikenal dengan TANDUR.
Pengintegrasian materi dari setiap mata pelajaran yang dipadukan dilaksanakan
pada tahapan model Quantum Teaching. Untuk
melihat kesesuaian antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan
pembelajaran, maka peneliti menggunakan lembar obervasi. Dalam penelitian ini
guru kelas IVA SDN Buniasih ditetapkan sebagai observer.
Secara umum keterlaksanaan
pembelajaran tematik dengan menggunakan model Quantum Teaching selama tiga kali pertemuan berjalan dengan lancar
dan efektif serta sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Kegiatan dalam pembelajaran tematik dilaksanakan melalui tahapan model Quantum Teaching. Kegiatan pendahuluan
dilaksanakan dengan Tahap Tumbuhkan. Kegiatan inti dilaksanakan dengan Tahap
Alami, Namai, Demonstrasikan, dan Ulangi dan kegiatan penutup dilaksanakan
dengan tahap rayakan. Semua aspek yang terdapat dalam tahapan model Quantum Teaching terlaksana. Suasana
pembelajaran menggembirakan dan membuat siswa senang dan aktif dalam mengikuti
setiap kegiatan. Dengan demikian proses pembelajaran tematik dengan menggunakan
model Quantum Teaching sedikit
banyaknya memberikan pengaruh yang positif terhadap kemajuan belajar siswa.
Hasil
Belajar Kelas Kontrol
Pembelajaran tematik di kelas
kontrol dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Untuk mengetahui hasil belajar
siswa maka dilakukan pretest dan posttest. Soal pretest dan soal posttest
berjumlah 30 soal dengan skor maksimal 30 dan nlai maksimalnya adalah 100.
Hasil pretest Kelas Kontrol
Penentuan skor untuk pretest yaitu untuk jawaban yang benar adalah 1, untuk jawaban yang salah adalah
0, sehingga skor maksimalnya 30 dan nilai minimalnya 100. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh informasi tentang hasil pretest di kelas kontrol menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa
terkait materi pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi berada pada kategori
sedang dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 47,56. Dengan didasarkan
pada interval kategori nilai hasil belajar, hasil perhitungan, siswa yang
berada pada kategori rendah berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 16,67%,
siswa yang berada pada kategori sedang berjumlah 22 orang dengan persentase
sebesar 73,33 %dan siswa yang berada pada kategori tinggi berjumlah 3 orang
dengan persentase sebesar 10 %. Tabulasi
perhitungan nlai pretest kelas
kontrol menggunakan microsoft excel 2007.
Hasil Posttest Kelas Kontrol
Soal posttest diberikan kepada siswa setiap akhir pembelajaran yang
disesuaikan dengan indikator yang telah ditetapkan untuk setiap pertemuan. Tabulasi
dan perhitungan data posttest dilakukan
dengan menggunakan microsoft excell 2007.
Seperti halnya dengan pretest, skor untuk
jawaban yang benar adalah 1, untuk jawaban yang salah adalah 0, skor
maksimumnya adalah 30 dan nilai maksimumnya adalah 100. Dari posttest maka diperoleh nilai siswa siswa
kelas kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara
umum siswa kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar. kategori hasil posttest kelas kontrol didasarkan pada
interval kategori nilai hasil belajar, dari interval tersebut dapat diketahui
bahwa secara umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan nilai
rata-rata sebesar 71,33. Nilai rata-rata yang diperoleh berada pada kategori
tinggi. Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi berjumlah 9 orang dengan
persentase sebesar 30 %, siswa yang berada pada kategori tinggi berjumlah 20
orang dengan persentase sebesar 66,67 % sedangkan siswa yang berada pada
kategori sedang berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 3,33 %.
Perubahan
Hasil Belajar Kelas Kontrol
Setelah diperoleh hasil pretest dan posttets maka
selanjutnya dihitung peningkatan hasil belajar dengan menggunakan rumus normal
gain Meltzer (Nurramdani, 2012, hlm. 74) yaitu sebagai berikut:
Normal Gain =
Dari
hasil perhitungan skor dan nilai pretest serta
posttest yang telah dilakukan maka dapat
diketahui mengenai kualitas peningkatan hasil belajar siswa. Secara umum siswa
kelas kontrol mengalami perubahan atau peningkatan hasil belajar. Adapun kualitas
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol berbeda-beda, terdapat siswa
yang berada pada kategori tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif dan
efektif. Namun, jika dirata-rata kan peningkatan hasil belajar siswa berada
pada kategori kurang efektif karena normal gain yang diperoleh sebesar 0,46.
Kemampuan atau pengetahuan siswa dapat diketahui dari banyaknya siswa dalam menjawab
setiap butir soal baik itu nilai pretest maupun
posttest. Skor ideal jumlah siswa
untuk kelas kontrol adalah 30. Adapun hasil perhitungan interval kategori
jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal pada kelas kontrol disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 1
Interval
Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar Kelas Kontrol
No.
|
Interval
Jumlah Siswa
|
Kategori
|
1.
|
X
≥ 23
|
Sangat Tinggi
|
2.
|
18 ≤ X < 23
|
Tinggi
|
3.
|
13 ≤ X < 18
|
Sedang
|
4.
|
8 ≤ X < 13
|
Rendah
|
5.
|
X < 8
|
Sangat Rendah
|
Dari hasil
perhitungan diperoleh temuan mengenai kemampuan umum siswa pada kelas kontrol
dalam memahami butir soal berdasarkan indikator pada pertemuan 1 yaitu berada
pada kategori sedang dengan jumlah rata-rata siswa yang menjawab benar sebanyak
15,6 atau jika dibulatkan menjadi 16. Adapun setelah melaksanakan pembelajaran,
jumlah rata-rata kemampuan umum siswa kelas kontrol dalam memahami butir soal mengalami
perubahan dan berada pada kategori tinggi dengan ditandai jumlah siswa yang
menjawab benar sebanyak 18. Begitupun dengan kemampuan umum siswa berdasarkan
indikator pada pertemuan 2, sebelum melaksanakan pembelajaran Subtema
Pemanfaatan Energi dengan model pembelajaran konvensional kemampuan umum siswa kelas
kontrol berada pada kategori rendah dengan jumlah rata-rata siswa yang menjawab
benar sebanyak 12,25 atau sebanyak 12. Setelah dilaksanakannya pembelajaran,
kemampuan umum siswa kelas kontrol dalam memahami butir soal berdasarkan
indikator pada pertemuan 2 mengalami perubahan. Banyaknya siswa yang menjawab
benar butir soal menunjukkan kemampuan umum siswa berada pada kategori tinggi
dengan jumlah rata-rata siswa yang menjawab benar sebanyak 21,75 atau jika
dibulatkan menjadi 22. Selanjutnya kemampuan umum siswa berdasarkan indikator
pada pertemuan 3 mengalami perubahan yakni dari kategori sedang (14,9 atau 15)
menjadi kategori sangat tinggi (25,2 atau 25).
Uji statistik
Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol
Dari hasil uji
statistik yang telah dilakukan pada kelas kontrol dengan menggunakan program SPSS 16.0 membuktikan bahwa data kelas kontrol
berdistribusi normal karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari ( 0,05). Asymp
Sig. (2-tailed) untuk pretest diperoleh
sebesar 0,416 > 0,05 dan posttest sebesar
0,701 > 0,05. Selain itu varians data pada kelas kontrol juga homogen. Hal
ini ditunjukan dengan nilai signifikansi pada Based on Mean lebih besar
dari nilai signifikansi α yaitu sebesar 0,197 (0,197 > 0,05). Dari hasil
perhitungan Paired Samples Test dengan
uji Two Tailed, nilai signifikansi
yang diperoleh sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai pretest dengan posttest pada kelas kontrol.
Hasil Belajar
Kelas Eksperimen
Pembelajaran
tematik yang dilaksanakan di kelas eksperimen yaitu menggunakan model Quantum Teaching. Pembelajaran ini dilaksanakan
selama tiga kali pertemuan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa maka dilakukan
pretest dan posttest. Soal pretest dan
soal posttest berjumlah 30 soal
dengan skor maksimal 30 dan nilai maksimalnya adalah 100.
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Sebelum
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model Quantum Teaching, terlebih dahulu siswa kelas eksperimen mengerjakan
soal pretest yang berjumlah 30 soal. Hasil
perhitungan mengenai pengetahuan awal siswa terkait materi pada pembelajaran
Subtema Pemanfaatan Energi berada pada kategori sedang karena nilai
rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 47,81. Berdasarkan interval kategori
nilai hasil belajar siswa yang berada pada kategori rendah berjumlah 8 orang
dengan persentase sebesar 25% siswa yang berada pada kategori sedang berjumlah
19 orang dengan persentase sebesar 59,37 % dan siswa yang berada pada kategori
tinggi berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 15,63 %. Perhitungan nilai pretest kelas eksperimen menggunakan microsoft excel 2007.
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Posttest
dilakukan
setiap akhir pembelajaran. Skor yang ditetapkan untuk jawaban yang benar adalah
1, sedangkan skor yang ditetapkan untuk jawaban yang salah adalah 0, skor
maksimumnya adalah 30 dan nilai maksimumnya adalah 100. Untuk kategori hasil posttest kelas eksperimen didasarkan
pada interval kategori nilai hasil belajar. Berdasarkan interval tersebut diperoleh
informasi bahwa secara umum hasil belajar kelas eksperien mengalami peningkatan
yang signifikan dengan nilai rata-rata sebesar 80,42. Nilai rata-rata yang
diperoleh berada pada kategori sangat tinggi. Adapun siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi berjumlah 25 orang dengan persentase sebesar 78,13 %,
siswa yang berada pada kategori tinggi berjumlah 7 orang dengan persentase
sebesar 21,87 %.
Perubahan
Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Berdasarkan
hasil perhitungan, hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih
besar daripada kelas kontrol. Adapun kualitas peningkatan hasil belajar siswa
kelas ksperimen dapat diketahui dari hasil perhitungan normal gain antara nilai
pretest dan posttest. Sebelum dilaksanakannya pembelajaran di kelas eksperimen
dengan menggunakan model Quantum Teaching
nilai rata-rata siswa sebesar 47,81 dengan kategori sedang. Setelah
dilaksanakannya pembelajaran tematik Subtema Pemanfaatan Energi dengan model Quantum Teaching hasil belajar siswa
mengalami perubahan yang dibuktikan dengan nilai rata-rata posttest yang diperoleh sebesar 80,42 dengan kategori sangat
tinggi. Hasil perhitungan normal gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,63 dan
ini menunjukkan bahwa kualitas peningkatan hasil belajar kelas eksperimen
berada pada kategori cukup efektif.
Pengetahuan siswa terkait materi
pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dapat diukur dari jumlah siswa yang menjawab dengan benar setiap butir soal baik itu
nilai pretest maupun posttest. Skor ideal jumlah siswa untuk
kelas eksperimen adalah 32. Adapun hasil perhitungan interval kategori jumlah
siswa yang menjawab benar suatu soal pada kelas eksperimen disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2
Interval
Kategori Jumlah Siswa Kelas Eksperimen yang Menjawab Benar
No.
|
Interval
Jumlah Siswa
|
Kategori
|
1.
|
X
≥ 24
|
Sangat Tinggi
|
2.
|
19 ≤ X < 24
|
Tinggi
|
3.
|
13 ≤ X < 19
|
Sedang
|
4.
|
8 ≤ X < 13
|
Rendah
|
5.
|
X < 8
|
Sangat Rendah
|
Perhitungan
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan umum siswa kelas eksperimen dalam
memahami soal berdasarkan indikator pada pertemuan 1 sebelum dilaksanakannya
pembelajaran berada pada kategori sedang dengan jumlah rata-rata siswa sebanyak
16. Kemudian mengalami perubahan dan meningkat menjadi 23, 58 atau dibulatkan
menjadi 24 dengan kategori tinggi.
Selanjutnya berdasarkan indikator pada pertemuan 2, kemampuan umum siswa
sebelum dilaksanakannnya pembelajaran adalah 14,25 atau 14 berada pada kategori
sedang dan mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya pembelajaran menjadi
27,25 atau 27 berada pada kategori sangat tinggi. Adapun kemampuan umum siswa dalam
memahami soal berdasarkan indikator pada pertemuan 3 sebelum dilaksanakannya
pembelajaran adalah sebesar 16,3 atau 16 dengan kategori sedang dan mengalami
peningkatan jumlah rata-rata siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran menjadi
27,1 atau 27 dengan kategori sangat tinggi.
Uji statistik
Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Uji statistik
dilakukan dengan menggunakan program SPSS
16.0. Berdasarkan hasil uji normalitas pada kelas eksperimen menunjukkan
bahwa data kelas eksperimen berdistribusi normal karena nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari ( 0,05). Nilai signifikansi atau Asymp Sig. (2-tailed) untuk pretest diperoleh sebesar 0,284 >
0,05 dan posttest sebesar 0,897 >
0,05. Selain itu varians data pada kelas eksperimen dinyatakan homogen. Hal ini
ditunjukan dengan nilai signifikansi pada Based
on Mean lebih besar dari nilai
signifikansi α yaitu sebesar 0,272 (0,272 > 0,05). Dari hasil perhitungan Paired Samples Test dengan uji Two Tailed atau uji perbedaan rerata (mean) pretest dengan posttest,
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dengan posttest pada kelas eksperimen.
Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol
dengan Kelas Eksperimen
Hasil
perhitungan uji normalitas data normal gain antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen menunjukkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang
beristribusi normal. Nilai signifikansi atau Asymp.
Sig. (2-tailed) pada normal gain kelas
kontrol sebesar 0,631 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,958. Karena kedua nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima
atau H1 ditolak artinya normal
gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas pretest,
posttest dan normal gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang
diperoleh yaitu 0,177 untuk pretest,
0,312 untuk posttest dan 0,169 untuk
normal gain. Dengan demikian maka
H0 diterima atau H1 ditolak artinya tidak terdapat
perbedaan varians data antara nilai pretest,
posttest, dan normal gain kelas kontrol dengan kelas
eksperimen. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pretest,
posttest dan normal gain antara
kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah homogen.
Uji
statistik yang dilakukan selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Uji
perbedaan rerata (mean) pretest
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan teknik Independent Samples T-Test diperoleh
informasi bahwa nilai signifikansi Sig.
(2-tailed) pada equal variances
assumed sebesar 0,902. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 maka H0
diterima atau H1 ditolak artinya tidak ada perbedaan rerata
nilai pretest antara kelas kontrol
dengan rerata nilai pretest kelas eksperimen. Selanjutnya untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar antara kedua kelas maka dilakukan uji
perbedaan rerata (mean) posttest antara kelas konstrol dengan
kelas eksperimen dengan teknik Independent
Samples T-Test. Hasil dari pengujian ini yaitu nilai Sig. (2-tailed) pada aqual
variances assumed yaitu sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi tersebut
< 0,05 maka H0 ditolak atau
H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
rerata (mean) posttest kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Adapun nilai signifikansi
yang diperoleh dari hasil uji perbedaan rerata (mean) normal gain antara
kelas kontrol dengan kelas eksperimen lebih kecil dari 0,05 (0,000
< 0,05) maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada
perbedaan antara rerata (mean) normal
gain pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Hasil
perhitungan yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar kelas kontrol denga hasil belajar kelas eksperimen.
Untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal maka diperlukan adanya suatu pengalaman
bermakna yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Pengalaman belajar dapat
dikatakan sebagai salah satu langkah untuk mencapai keberhasilan belajar yang
diharapkan. Pengalaman yang bermakna dapat diperoleh
salah satunya melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan model Quantum Teaching. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh DePorter
dkk. (2010, hlm. 32) yang mengungkapkan bahwa Quantum merupakan “interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya
atau dapat dikatakan sebagai interaksi yang dapat mengubah potensi menjadi
prestasi. Pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching dapat menciptakan interaksi-interaksi yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Selain itu, interaksi-interaksi tersebut dapat tercipta melalui
lingkungan belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, baik secara teori maupun
dalam pelaksanaannya menunjukkan bahwa penggunaan model Quantum Teaching dapat mencapai hasil belajar yang optimal dalam
pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV SD.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dijelaskan, maka diperoleh simpulan bahwa pengetahuan awal siswa kelas kontrol
sebelum mengikuti pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi berada pada kategori
sedang. Adapun setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional hasil belajar siswa kelas kontrol berada pada
kategori tinggi. Kualitas peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol berada
pada kategori kurang efektif. Dengan demikian,hasil belajar siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada hasil belajar siswa kelas kontrol. Adapun
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen sebelum dilaksanakannya pembelajaran
Subtema Pemanfaatan Energi berada pada kategori sedang. Setelah mengikuti
pembelajaran dengan model Quantum
Teaching hasil belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi. Kualitas
peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen berada pada kategori cukup
efektif. Dari hasil uji perbedaan rerata (mean) posttest antara
kelas kontrol dengan kelas eksperimen menunjukkan terdapat perbedaan hasil
belajar yang signifikan antara kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran
Subtema Pemanfaatan Energi dengan model pembelajaran konvensional dengan kelas
eksperimen yang mengikuti pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dengan model Quantum Teaching. Selain itu, terdapat
perbedaan rerata (mean) normal gain
antara kedua kelas. Hal ini menunjukkan perbedaan kualitas peningkatan hasil
belajar yang diperoleh dan adanya pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam pembelajaran Subtema
Pemanfaatan Energi di kelas IV SDN Buniasih.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter,
B., Reardon, M., & Singer-Nourie, S. (2010). Quantum teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas.
Bandung: Kaifa.
Prastowo,
A. (2013). Pengembangan bahan ajar
tematik. Yogyakarta: DIVA Press.
Wena,
M. (2012). Strategi pembelajaran inovatif
kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana,
N. (2006). Penilaian hasil proses belajar
mengajar. Bandung: Rosda Karya.
W.
Anderson., L., R. Krathwohl. D. (2010). Kerangka
landasan pembelajaran, pengajaran dan asesmen (revisi taksonomi pendidikan
Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendri
Mulyana, E. (2012). Pendidikan ilmu
pengetahuan alam di sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. (2007). Standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas IV SD. Jakarta: BSNP.
Sugiyono.
(2010). Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R n D. Bandung: Alfabeta.
0 Komentar untuk "Contoh Artikel Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar"