4.2.2 Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam
Keterampilan Berbicara
Bahasa Inggris
merupakan salah satu bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Indonesia.
Selain itu juga bahasa Inggris dipergunakan oleh berbagai negara. Menurut
Crystal (Rina dan Sirajuddin, 2003) bahwa bahasa Inggris tersebar dan
dipergunakan hampir seperempat penduduk dunia dan terus akan berkembang menjadi
satu setengah trilyun pada awal tahun 2000 an ini. Bahasa asing sendiri
merupakan bahasa yang dipelajari di dalam sebuah lingkungan dimana bahasa
tersebut bukanlah bahasa utama yang digunakan untuk berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari dan terdapat berbagai keterbatasan untuk mempelajarinya.
“A lack of chances of practicing the new
language outside is one of the difficult aspects in learning a language, too”. (Ji
eun lee, 2008: 1)”. Kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa baru di luar
adalah salah satu aspek yang sulit dalam belajar bahasa. Bahasa baru jarang
digunakan dalam kehidupan nyata, sehingga siswa merasa tidak perlu belajar
bahasa baru. Mereka tidak menemukan alasan untuk belajar bahasa baru. Karena
kurang motivasi, siswa tidak benar-benar berusaha keras untuk mempelajari
bahasa baru. Berbeda dengan belajar bahasa kedua yaitu belajar suatu bahasa di
dalam sebuah lingkungan dimana bahasa tersebut menjadi bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi sehari-hari dan terdapat berbagai sumber untuk
mempelajarinya. Sehingga hal ini secara tidak langsung menjadi faktor umum
penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris. Mempelajari sesuatu
yang baru selalu menantang kita karena membutuhkan upaya besar dan waktu.
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing dan bahasa
kedua bagi siswa. Di SDN ... ini rata-rata memiliki bahasa ibu bahasa Sunda dan
bahasa Indonesia. Hal ini diketahui dari keterangan kepala sekolah sebagai
berikut:
Karena mungkin
mayoritas disini kan kebanyakan bahasanya bahasa Sunda dan bahasa Indonesia,
jadi bahasa Inggris nya itu susah. Siswa
kurang terbiasa menggunakan bahasa Inggris.
Siswa pun menyatakan hal serupa,
Siswa 1 :
“Bahasa ibunya bahasa Indonesia”
Siswa
13 : “Beda dengan
bahasa Indonesia”
Sedangkan menurut guru bahasa Inggris,
faktor penyebab kesulitan siswa adalah keberanian.
Anak-anak ada yang berani berbicara, ada yang
tidak berani berbicara. Saya bingung untuk anak yang pemalu. Kan ada saja dalam
satu kelas itu. Yang menjadi kendalanya anak tidak ada suatu keberanian dan
keinginan. Itu yang membuat sulit. Ada saja anak yang tidak ada keinginan untuk
bisa
(guru bahasa Inggris).
Hal ini didukung oleh hasil wawancara
dengan siswa. Sebanyak 6 orang siswa dari 15 siswa tidak pernah berbicara
bahasa Inggris di sekolah dan 6 siswa lainnya kadang-kadang berbicara bahasa
Inggris di sekolah sedangkan hanya satu siswa yang mengaku suka berbicara
bahasa Inggris di sekolah. Satu orang siswa yang mengaku suka berbicara di
sekolah itu pun faktanya bukan berbicara dalam artian berkomunikasi namun
berbicara pada waktu-waktu tertentu saja ketika belajar bahasa Inggris,
misalnya ketika disuruh berdialog di depan kelas. Siswandi (2006: 11) mengungkapkan
bahwa:
Penyebab kurangnya keaktifan dan
keterampilan berkomunikasi akibat tidak adanya keberanian siswa untuk
berbicara. Hal ini disebabkan adanya perasaan takut jika pendapat yang
diungkapkannya salah atau pendapatnya benar tetapi diungkapkan dengan cara yang
salah.
Jika tidak ada keberanian untuk mengungkapkan apa
yang harus di bicarakan maka keterampilan dalam menggunakan bahasa Inggris
tidak akan tercapai dengan baik, keberanian pada dasarnya perlu dilatih. Siswa
tidak akan tumbuh keberaniannya kalau tidak ada metode yang mampu merangsang
keberanian siswa karena keberanian tidak tumbuh begitu saja tanpa ada pelatihan
secara bertahap.
Selain itu, faktor kesulitan siswa yaitu
kurangnya kesempatan untuk berlatih bahasa Inggris di luar. Sebanyak 8 siswa
dari 15 siswa tidak pernah berbicara bahasa Inggris di rumah dan 6 siswa
lainnya kadang-kadang berbicara bahasa Inggris di rumah. Begitupun menurut
pendapat guru bahasa Inggris sebagai berikut:
Kurangnya kesempatan untuk
berlatih bahasa baru di luar adalah salah satu aspek yang sulit dalam belajar
bahasa.
Proses belajar
lebih banyak terjadi di ruang kelas dan di tempat kursus, sebanyak 7 siswa
mengikuti kursus di luar sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun para siswa
ini menyadari pentingnya belajar bahasa Inggris, mereka belum dapat menerapkan
suatu sistem belajar yang tepat untuk mengatasi berbagai masalah yang mereka
hadapi ketika sedang belajar. Siswa jarang sekali berlatih menggunakan bahasa
Inggris dengan teman-temannya. Berdasarkan hasil penelitian Rubin dan Thomson
(1983), Rubin (1975), dan Stern (1975) mengenai ciri-ciri atau sifat-sifat
pembelajar bahasa yang baik, salah satu poin menyebutkan bahwa pembelajar
bahasa yang baik adalah pembelajar yang mau berlatih. (Furqanul dan chaedar,
1996: 41). Meskipun mereka menyadari penting berlatih berbicara dengan teman,
mereka takut terhadap pandangan orang lain terhadap latihan berbicara mereka.
Mereka takut dikatakan sombong dan dipandang aneh oleh teman-temannya. Untuk
beberapa siswa mereka pernah mencoba untuk berlatih, namun mereka akhirnya
kembali berbicara pakai bahasa Sunda dan Indonesia karena merasa tidak nyaman
dengan berlatih. Menurut Fillmore (1991) dari hasil penelitiannya
ditemukan bahwa anak-anak yang berhasil dalam pemerolehan bahasa Inggris adalah
mereka yang sering berinteraksi dengan orang-orang yang menguasai bahasa
Inggris dengan baik. Sehingga tidak
hanya keinginan dan keberanian siswa saja yang dapat membangkitkan siswa untuk
praktek berbicara bahasa Inggris. Faktor lingkungan pun harus mendukung
keinginan siswa tersebut dan harus ada lawan bicara.
Guru bahasa Inggris : kelima ada lawan bicara. Mungkin saja murid bisa berbicara sendiri namun kalau tidak ada lawan bicara maka tidak akan ada bentuk komunikasi.
Berbicara di
depan kelas juga bisa menimbulkan kecemasan untuk siswa. Siswa terkadang tidak
dapat mengatasi rasa malu dan takut salah yang mereka miliki. Aspek berbicara memang
merupakan salah satu aspek yang juga dapat menimbulkan kecemasan. Hal ini
terbukti ketika siswa akan diwawancara, siswa terlihat tegang dan takut.
Padahal hubungan antara penulis dan responden atau siswa tersebut sudah cukup
dekat.
Tag :
Skripsi Bahasa Inggris
0 Komentar untuk "Contoh Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Keterampilan Berbicara dalam Skripsi Bahasa Inggris"