BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan dalam bidang industri
sampai sekarang telah menghasilkan bahan berupa logam, bahan kimia, pelarut,
plastik , karet, pestisida, gas dan sebagainya, yang digunakan secara umum
dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan memberikan kenyamanan dan kemudahan
bagi manusia, namun bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak
seperti cedera dan penyakit.
Penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang diakibatkan oleh atau dihubungkan dengan lingkungan kerja.
Lingkungan kerja tidak hanya terbatas pada tempat kerja formal seperti pabrik
atau tempat kerja lain yang terorganisir dengan baik tetapi dapat juga tempat
kerja informal seperti industri rumah tangga, industri tekstil yang dikelola
secara sederhana, pengelolaan timbal aki bekas, penggunaan pestisida oleh
petani, penggunaan solder timah pada jasa perbaikan alat elektronik dan
lain-lain.
|
Asma
akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran
nafas yang reversible atau saluran nafas yang hiper responsif terhadap berbagai
sebab atau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan tidak
terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.
Asma akibat kerja merupakan
penyakit paru akibat kerja yang sering dijumpai dimasyarakat terutama dinegara
maju. Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara dengan yang lain
tergantung pada lingkungan pekerjaannya, secara umum terjadi sekitar 5-10 %
penduduk.
Di Indonesia belum ada data pasti
tentang penyakit asma akibat kerja namun diperkirakan 2-10 % penduduk dan 2 %
dari seluruh penderita asma tersebut adalah asma akibat kerja, sedangkan Karnen
melaporkan bisinosis pada 30 % karyawan pemintalan dan 19,25 % karyawan
pertenunan. Tujuan penulisan referat ini adalah, karena kemajuan dibidang
industri menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian asma akibat kerja sehingga
diperlukan pedoman dalam mendiagnosis dan penatalaksanaannya .
Oleh sebab itulah, penulis menulis
makalah dengan judul “Diagnosis
dan Penatalaksanaan Asma Akibat Kerja” agar kita dapat lebih memiliki wawasan
yang bertambah sehingga kita lebih peka terhadap perkembangan penyakit asma
akibat kerja.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK)?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Asma Akibat Kerja?
3. Apa
yang dimaksud dengan Penatalaksanaan Asma Akibat Kerja?
4. Cara
mendiagnosa Asma Akibat Kerja
5. Cara
pencegahannya Asma Akibat Kerja
C. TujuanMakalah
1.
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini ialah
mampu mendiagnosis penyakit akibat pekerjaan ditempat kerja, termasuk penyakit
asma dan melakukan rujukan yang tepat.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Asma akibat kerja.
c. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Penatalaksanaan Asma akibat kerja.
d. Untuk
mengetahui bagaimana cara mendiagnosa Asma akibat kerja dan pencegahannya.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini ditulis dengan harapan
bisa memberika pengaruh yang positif baik secara teoretis maupun secara
praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan
ilmu dalam bidang kesehatan yaitu penyakit asma akibat kerja. Secara praktis
makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi:
1.
Penulis,
sebagai wahana keilmuan dan konsep keilmuan khususnya dalam hal penyakit asma
akibat kerja;
2.
Bagi pembaca sebagai media
informasi tentang salah satu penyakit asma yang disebabkan oleh pekerjaan.
E. Prosedur
Makalah
Pada makalah ini
penulis menggunakan sumber-sumber metode
literatur dan studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyakit Akibat Kerja
Kemajuan
dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut,
plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang digunakan secara umum dalam
kehidupan sehari-hari dan memberikan kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di
seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai
dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat
ergonomik, ortopedik, fisik, mengenai mata, telinga dan lainnya. Penyakit
penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat berupa toksik, infeksi,
kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan
saluran napas.
Biological
dan chemical terrorism yang mulai banyak dikhawatirkan ditujukan untuk
menimbulkan kematian atau penyakit pada manusia, hewan dan tanaman dengan
menggunakan bahan seperti anthrax, cacar, virus ensefalitis yang dikeringkandan
dijadikan bubuk sehingga mudah disebarkan.
B.
Asma Akibat
Kerja
Asma akibat
kerja adalah asma karena paparan zat di tempat kerja. Secara klinis asma akibat
kerja sama dengan asma yang bukan karena kerja. Beberapa penelitian menemukan
bahwa lamanya paparan setelah gejala timbul dan beratnya asma saat diagnosa
ditegakkan sangat menentukan prognosis.
Asma Akibat
Kerja (AAK) ditandai dengan obstruksi saluran napas yang variabel dan bronkus
hiperesponsif yang disebabkan oleh inflamasi bronkial akut dan kronis. Hal
tersebut bermula dari inhalasi debu, uap, gas yang diproduksi atau digunakan
karyawan atau secara tidak sengaja ditemukan dalam lingkungan kerja. Ciri dari
semua asma kronis adalah iritabilitas berlebihan terhadap berbagai
rangsangan/factor dalam lingkungan kerja Asma yang timbul dalam lingkungan
kerja dibedakan dalam dua kategori. Pertama adalah asma yang disebabkan
bahan/faktor dalam lingkungan kerja dan kedua asma yang sudah ada sebelum
bekerja dan dipicu (eksaserbasi) oleh bahan/ faktor dalam lingkungan kerja.5
Pada karyawan yang sudah menderita asma sebelum bekerja, 15% akan memburuk
akibat pajanan terhadap bahan/ faktor dalam lingkungan kerja.
Asma akibat
kerja yang menjadi permanen, menyebabkan penderita memiliki disabilitas, harus
pindah bekerja di bidang lain, bertambahnya biaya pengobatan, dan turunnya
kualitas hidup. Karenanya, perusahaan tempat ia berkerja dan mendapat asma
seharusnya memberikan kompensasi. Ironisnya banyak perusahaan malah memecat
pekerja tersebut. Untuk itu, perlu undang-undang yang mengatur kompensasi bagi
penderita penyakit alergi akibat kerja.
Secara
skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut: Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik
dan faktor lingkungan
1.
Faktor genetik
a.
Hipereaktivitas
b.
Atopi/alergi bronkus
c.
Faktor yang memodifikasi penyakit
genetik
d.
Jenis kelamin
e.
Ras/etnik
2.
Faktor lingkungan
a.
Alergen di dalam ruangan
(tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur dll)
b.
Alergen diluar ruangan (alternaria,
tepung sari)
c.
Makanan (bahan penyedap, pengawet,
pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
d.
Obat-obatan tertentu (misalnya
golongan aspirin, NSAID, β bloker dll)
e.
Bahan yang mengiritasi (misalnya
parfum, household spray, dan lain-lain)
f.
Ekpresi emosi berlebih
g.
Asap rokok dari perokok aktif dan
pasif
h.
Polusi udara di luar dan di dalam
ruangan
i.
Perubahan cuaca.
C.
Penatalaksanaan Asma Akibat Kerja
Penatalaksanaan asma akibat kerja sama
dengan asma lain secaraumum, yang penting adalah menghindari dari pajanan dari
bahan penyebab asma, makin cepat terbebas dari pajanan makin baik prognosisnya.
Melanjutkan pekerjaan ditempat pajanan bagi pekerja yang telahtersensitisasi
akan memperburuk gejala dan fungsi paru meskipun telah dilengkapi dengan alat
pelindung ataupun pindah keruang lain yang lebih sedikit pajanannya. Pada RADS,
bila resiko terjadinya pajanan ulang dengan bahan iritan dengan konsentrasi
tinggi bisa dihindarkan, maka penderita tidak perlu pindah tempat kerja. Bila
terdapat resiko terpajan lagi pada bahan iritan dengan konsentrasi tinggi,
dianjurkan untuk pindah tempat kerja.
Pemindahan kerja sulit dilakukan, karena
tidak mempunyai keahlianditempat lain. Bagi mereka yang menolak pindah kerja
harus diberitahukan bahwa apabila terjadi perburukan gejala atau memerlukan
penambahan pemakaian obat-obatan atau penurunan fungsi paru atau peningkatan derajat
hipereaktiviti bronkus maka penderita seharusnya pindah kerja. Pemantauan
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya pada penderita asma akibat kerja.
Pada penderita yang telah pindah kerja ketempat yang bebas pajanan harus
dilakukan pemeriksaan ulang setiap 6 bulan selama 2 tahun.
Menghindari paparan terhadap alergen
penyebab akan memberikankesembuhan pada 50 % kasus. Banyak penelitian
mendapatkan bahwa gejala asma serta obstruksi bronkus dan hiperreaktifitas
menetap walaupun sudah tidak terpapar oleh alergen tersebut.
Pengobatan farmakologi asma akibat kerja
sama dengan asmalainnya diantaranya dengan pemberian kortikosteroid inhalasi.
Pengobatan dan pencegahan asma akibat
kerja dengan caraDesensitisasi hanya dapat diberikan pada beberapa bahan saja
seperti debu, binatang laboratorium, sedangkan dengan bahan kimia sangat
berbahaya.
D.
Diagnosa Asma Akibat Kerja
Diagnosis asma akibat kerja ditegakkan
berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri
dari tes faalparu, tes provokasi bronkus dan test imunologi atau test pajanan
denganalergen spesifik.
1.
Anamnesa
Semua
pekerja yang menderita asma dilakukan anamnesis yang teliti mengenai apa yang
terjadi dilingkungan kerjanya. Hal yang perlu ditanyakan:
a. Kapan
mulai bekerja ditempat sekarang.
b. Apakah
tinggal dilingkungan tempat bekerja.
c. Apa
pekerjaan sebelumnya.
d. Apa
yang dikerjakan setiap hari
e. Proses
apa yang terjadi ditempat kerja.
f. Bahan
– bahan apa yang dipergunakan dalam pekerjaan sehari-hari.
g. Apa
saja keluhan yang dirasakan dan sejak kapan mulai dirasakan.
h. Apakah
keluhan yang dirasakan berkurang setelah pulang kerja.
i.
Apakah gejalanya
membaik bila berada jauh dari tempat kerja atau pada saat hari libur.
Pada
asma akibat kerja yang berat belum memberikan perbaikanyang berarti saat libur
1 atau 2 hari pada akhir minggu, tetapi diperlukan waktu yang lebih lama.
Gejala klinis bervariasi umumnya penderita asma akibat kerja mengeluh batuk
berdahak dan nyeri dada, sesak nafas serta mengi, beberapa pekerja merasakan
gejala penyerta seperti rhinitis, iritasi pada mata dan dermatitis.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada asma akibat kerja sama dengan
asma padaumumnya, biasanya dalam batas normal, jadi tidak ada pemeriksaan yang spesifik
pada pasien asma akibat kerja, namun perlu diperhatikan apakah terdapat
jejas akibat bahan iritan, luka bakar atau dermatitis karena bahan / zat
ditempat kerja.
3.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes Provokasi Bronkus
1)
Tes Provokasi bronkus non spesifik
Adanya hiperaktivitas bronkus dapat diuji dengan tes
provokasi bronkus mengunakan bahan histamin atau metakolin. Hasil tes provokasi
bronkus yang normal bukan berarti tidak terdapat asma akibat kerja, karena
derajat hiperaktivitas bronkus dapat berkurang bila penderita dibebaskan dari
pajanan setelah beberapa lama.
2)
Tes Provokasi bronkus Spesifik
Tes provokasi bronkus dengan alergen spesifik merupakangold
standar untuk diagnosis asma akibat kerja, tetapi karena banyak menimbulkan
serangan asma serta harus dilaksanakan dirumah sakitpusat dengan tenaga yang
terlatih, maka tes ini jarang dilakukan. Sebelum tes dilakukan, harus diketahui
bahan yang dicurigai sebagai alergen ditempat kerja dan kadar pajanan serta
dalam bentuk apa bahan tersebut berada
dilingkungan kerja.
Indikasi utama uji provokasi bronkus dengan bahan
spesifik adalah
a)
Bila
pekerja asma akibat kerja, tidak diketahui zat penyebabnya.
b)
Bila
pekerja terpajan lebih dari satu zat penyebab asma kerja.
Bila diperlukan
konfirmasi untuk diagnosis penyakit sebelum
pekerja berhenti atau pindah karena diduga menderita asma kerja.
4. Tes Kulit dan
Tes Serologi
Pemeriksaan ini dilakukan bila agen penyebabnya
bahan dengan berat molekul besar, karena merangsang terjadinya reaksi imunologi
Bila tes ini positif maka menyokong untuk diagnosis asma akibat kerja.
E.
Pencegahan Asma Akibat Kerja
Asma akibat kerja dapat
dicegah dan disembuhkan bila didiagnosislebih dini. Karena itu pencegahan
merupakan tindakan yang paling pentingPencegahan asma akibat kerja meliputi
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan
primer
Pencegahan primer merupakan tahap pertama terhadap
bahan/zat paparan yang ada dilingkungan kerja seperti debu atau bahan kimia agar
tidak mengenai pekerja, sehingga pekerja tetap sehat selama dan setelah
bekerja. Kegiatan yang dilakukan adalah Health Promotion(Promosi
Kesehatan ) yaitu:
a.
Penyuluhan
tentang prilaku kesehatan dilingkungan kerja.
b.
Menurunkan
pajanan, dapat berupa subsitusi bahan, memperbaiki ventilasi, automatis proses
(robot ), modifikasi proses untuk menurunkan sensitisasi, mengurangi debu rumah
dan tempat kerja.
c.
Pemeriksaan
kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat kesehatan dan
menentukan individu dengan resiko tinggi
d.
Kontrol
administrasi untuk mengurangi pekerja yang terpajan ditempat kerja dengan
rotasi pekerjaan dan cuti.
e.
Menggunakan
alat proteksi pernapasan.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah mencegah terjadinya asma
akibat kerja pada pekerja yang sudah terpajan dengan bahan dilingkungan pekerjaannya.
Usaha yang dilakukan adalah : Pengendalian jalur kesehatan seperti pemeriksaan
berkala. Pemeriksaan berkala bertujuan mendeteksi dini penyakit asmaakibat
kerja. Usaha yang dilakukan adalah pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpajan
bahan yang berisiko tinggi menyebabkan asma akibat kerja. Pemeriksaan berkala
ditekankan pada 2 tahun pertama dan bila memungkinkan sampai 5 tahun. Bila
terdeteksi seorang pekerjadengan asma akibat kerja, kondisi tempat kerja harus
harus dievaluasi apakah memungkinkan bagi pekerja untuk tetap bekerja ditempat tersebut
atau pindah ketempat lain.
3.
Pencegahan Tersier
Dilakukan pada pekerja yang sudah terpapar bahan /
zat ditempat kerja dan diagnosis kearah asma akibat kerja sudah
ditegakkan.Tindakan penting yang dilakukan adalah menghindarkan penderita dari pajanan
lebih lanjut, untuk mencegah penyakit menjadi buruk atau menetap. Bagi mereka
yang belum pindah kerja harus diberitahu bahwa, apabila terjadi perburukan gejala
atau memerlukan tambahan pemakaian obat-obatan atau penurunan fungsi paru atau
peningkatan derajat hiperaktiviti bronkus, maka penderita seharusnya pindah
kerja sesegera mungkin. Pada pekerja yang telah pindah kerja ketempat yang bebas
pajanan harus dilakukan pemeriksaan ulang setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk
menilai kemungkinan penyakit menetap atau tidak.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Penderita
asma akibat kerja meningkat seiring denganmeningkatnya bidang industri
2.
Asma
di tempat kerja dibedakan antara asma akibat kerja dan yang diperburuk oleh
lingkungan kerja.
3.
Asma
akibat kerja bisa terjadi melalui mekanisme imunologis maupun nonimunologis.
4.
Tes
provokasi dengan alergen spesifik merupakan gold standar untuk diagnosis
asma akibat kerja
5.
Terapi
obat-obatan asma akibat kerja sama dengan
asma lain
6.
Asma
akibat kerja dapat dicegah dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
7.
Asma
akibat kerja dapat disembuhkan bila diketahui secara dini dan segera
menghindari alergen penyebab.
B.
Saran
1.
Perlunya
anamnesa yang lengkap sebelum seseorang bekerjadisuatu tempat pekerjaannya.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Ekarini, Elisabeth,dkk (2002). Mengenal, Mencegah Dan Mengatasi Asma Pada Anak. Jakrta : Puspa
Swara
Sumber : http://putry-martha.blogspot.com/2012/06/makalah-asma.html
diakses pada tanggal 08/10/2012 jam 10.29 wib
Sundaru (2006). Asma
Bronkial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Usin, Jos (1975). Pernafasan
Untuk Kesehatan : Bandung
Tag :
Makalah P2SPT
0 Komentar untuk "Contoh Makalah P2K Tentang Mengenal, Mencegah Dan Mengatasi Asma Pada Anak"