katazikurasana30. Diberdayakan oleh Blogger.

Upaya Guru Menghadapi Gaya Belajar Siswa


C.    Upaya Guru Menghadapi Gaya Belajar Siswa
Tidak dipungkiri bahwa dewasa ini perilaku menyontek saat ulangan masih saja terjadi. Hal ini selaras dengan ungkapan guru kelas IV yang mengatakan:
Guru kelas : “Ketika ulangan saya masih menemukan siswa yang nyontek, apakah itu langsung meminta jawaban kepada temannya, ataupun secara diam-diam. Namun tidak sedikit pula siswa yang terlihat teguh percaya diri dengan jawabannya sendiri dengan tidak menyontek kepada temannya yang lain”.
Memang benar, di tengah siswa yang terpaksa menyontek saat ulangan masih banyak siswa lain yang berusaha menutup rapat kertas ulangannya sendiri agar tidak dilihat oleh temannya.
Siswa yang terlihat lambat dalam belajar, siswa yang sering membuat masalah di kelas, siswa yang tidak pernah memperhatikan guru ketika mengajar, adalah siswa yang lebih sering terlihat menyontek.
Guru kelas :    “Siswa yang ketahuan menyontek itu biasanya siswa yang malas mencatat ketika guru menerangkan. Tidak patuh dengan perintah guru. Biasanya saya mengurangi nilainya langsung. Karena hasil yang didapatnya itu bukan murni hasilnya sendiri, karena mungkin saja dia menyontek karena tidak mengerti dengan materi yang diujikan”.
Barwood (2011) mengatakan bahwa salah satu masalah besar dalam belajar, bahkan sebelum kita mengkhawatirkan apakah kita bisa mengingat yang sudah kita pelajari atau tidak adalah kenyataan bahwa banyak di antara kita yang tidak mencatat informasi. Hal ini disebabkan karena kita tidak:
a.       Mendengar informasi, karena kebisingan latar belakang di kepala kita.
Maksudnya adalah banyak diantara kita bahkan tidak benar-benar mendengar apa yang dikatakan kepada kita. Hal ini terjadi karena jika kita yakin bahwa kita tidak bisa melakukan hal ini atau ini membosankan sehingga pernyataan-pernyataan ini akan diputar dalam pikiran kita. Hal ini mirip dengan mencoba mendengarkan perkataan seseorang sementara ada suara radio keras di latar belakang.
b.      Menyerap informasi, karena informasi tersebut tidak diberikan dengan cara yang sesuai untuk kita cerna.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara termudah bagi seseorang dalam menyerap sebuah informasi. Bila tidak sesuai, maka tidak mudah bagi seseorang untuk menyerap informasi dengan cepat.
Menurut Shaun Kerry (dalam Sprenger, 2011) “bertahannya peristiwa ataupun informasi tertentu dalam ingatan tergantung dari minat individu terhadap materi dan pengaruh dramatis emosional, pendengaran, dan visualnya”.
Langer (2008) pun mengungkapkan ketika orang tidak senang melakukan sesuatu, maka penting untuk kita mengetahui alasannya.
Maka dalam hal ini guru pun memegang peranan yang sangat penting bagaimana agar semua siswa bisa menyerap pelajaran dengan mudah sesuai gayanya sendiri, dan memberikan perhatian lebih pada siswa dengan mencari tahu apabila terdeteksi ada permasalahan pada diri siswa.
Mike Hughes (dalam Barwood, 2011) mengungkapkan,
Semua pembelajaran tanpa mempelajari kembali seperti halnya mencoba memenuhi bak kamar mandi yang sumbatnya terlepas. Hal ini berarti setiap informasi yang masuk secara otomatis akan keluar lagi dengan sendiri karena tak ada penyumbat lubang yang menahannya keluar lagi dengan cepat. Penyumbat lubang itu diibaratkan sebagai memori.
Setiap hari guru memberikan nasehatnya untuk selalu mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari di kelas setiap harinya.
Guru kelas :    “Memang tidak mudahnya menjadi guru adalah harus memperhatikan karakteristik setiap siswa. Kita pun harus mengajar menyesuaikan dengan siswanya sendiri. Namun, pada kenyataannya mengajar selalu saja tetap dengan rutinitas yang itu-itu saja.”
Selaras dengan perkataan guru kelas IV ini, Narwanti (2011) dalam bukunya Creative Learning memberikan gambaran mengenai ciri-ciri guru kreatif dengan singkatan FOR CHILDREN, adalah sebagai berikut:
1.      Fleksibel
Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi segala perbedaan ini agar mampu menumbuhkan segala potensi siswa.
2.      Optimis
Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki potnsi dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang menyenangkan dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa berubah menjadi lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan karakter siswa yang positif.
3.      Respect
Kita tidak bisa meminta siswa berlaku hormat, tetapi guru tidak memperlakukan siswa dengan hormat pula. Guru hendaknya senantiasa menumbuhkan rasa hormat di depan siswa sehingga mampu memacu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran sekaligus hal-hal lain yang dipelajarinya.
4.      Cekatan
Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa muncul saling pemahaman yang kuat dan akan berdampak positif bagi proses dan hasil pembelajaran.
5.      Humoris
Humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela pembelajaran tentunya akan menyegarkan suasana pembelajaran yang membosankan. Dengan humor-humor yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
6.      Inspiratif
Fasilitasilah setiap siswa agar mampu menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa menjadi pribadi yang bermakna dengan menemukan sesuatu yang positif untuk perkembangan kepribadiannya.
7.      Lembut
Kelembutan akan membuahkan cinta, dan cinta akan semakin merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa mersakan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru maka hal ini akan membat pembelajaran menjadi lebih efektif.
8.      Disiplin
Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka ingatlah tujuan awal yang diharapkan terhadap perubahan sikap siswa ke arah yang lebih positif. Disiplin tidak harus selalu identik dengan hukuman.
9.      Responsif
Guru hendaknya cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun teknologi.
10.  Empatik
Guru yang empatik pastilah bisa memahami bahwa siswa yang beragam memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan empatinya guru harus mampu membantu siswa yang mungkin kurang cepat dalam menerima pelajaran.
11.  Ngefriend dengan siswa
Kedekatan menguatkan ikatan. Jangan hanya jadikan siswa sebagai teman dinas, tapi jadikanlah siswa sebagai teman sejati kita. Hubungan yang nyaman antar guru dan siswa tentunya akan membuat anak lebih mudah menerima pembelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.

Menjadi guru itu bukanlah pekerjaan yang mudah, guru dituntut untuk kreatif dalam mengajar, tidak mengajar dengan satu metode saja hingga siswa merasa bosan. Bahkan siswa yang cara belajarnya sudah sesuai dengan gaya belajarnya pun akan merasa frustasi di kelas karena cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan dirinya. Akibatnya siswa memutuskan tidak menyerap pelajaran di kelas. Di luar pun ketika siswa belajar dengan caranya, akan tidak optimal bila di kelas dia tidak mendapatkan apa-apa.
Ketika guru mengajar sesuai dengan karakteristik gaya belajar yang dimiliki siswa, dan ketika siswa mendapatkan sesuatu dengan cara yang sesuai dengan karakternya, terdapat beberapa implikasi yang bisa didapatkan oleh masing-masing pengajar dan pembelajar ini, diantaranya:
1.      Bagi Guru
a.       Guru tidak lagi men”judge” siswa dengan penilaian malas, bodoh, nakal. Karena perilaku yang terlihat itu bisa saja merupakan bagian dari karakter siswa tersebut dalam belajar.
b.      Guru akan mudah mengarahkan siswa untuk belajar dengan cara yang mudah diterima sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa.
c.       Guru memberikan penilaian yang sesuai bagi siswa karena siswa mengerjakan setiap pekerjaannya murni sesuai dengan pemahaman yang telah diterimanya tanpa menyontek.
2.      Bagi siswa
a.       Siswa tidak lagi stress ketika belajar dan senantiasa bersemangat mengikuti pelajaran di kelas.
b.      Siswa mudah menyerap, memahami, dan mengingat pelajaran.
c.       Siswa tidak akan menyontek ketika pelajaran telah dikuasinya.
d.      Siswa tidak akan ada yang merasa dirugikan karena nilai temannya yang menyontek lebih besar dari dirinya yang tidak menyontek. Sebab siswa tidak lagi menyontek, dan setiap pekerjaan murni hasil berpikirnya sendiri.

0 Komentar untuk "Upaya Guru Menghadapi Gaya Belajar Siswa "

Back To Top