BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular
yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang ke seseorang lainnya
melalui perantara ataupun tidak, salah satunya penyakit yang bisa menularkan
melalui perantara yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus ataupun plasmodium
melalui perantara nyamuk yaitu penyakit malaria dan penyakit DBD (Demam
berdarah Dengue).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Kasus DBD setiap tahun di
Indonesia terus meningkat dan bahkan makin merajalela dengan pemanasan global.
Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia
selama 2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes RI,
2009).
WHO memperkirakan
sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue
dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia /terinfeksi virus
dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas
pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal
karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal (Depkes
RI, 2008).
Penyakit demam
berdarah penyebarannya sangat luas hampir di semua daerah tropis diseluruh
dunia. Di Indonesia sampai saat ini penyakit demam berdarah ( DBD) masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup
tinggi terutama di provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2008 DKI Jakarta menempati
urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak mencapai 21
persen dari jumlah nasional. Jumlahnya mencapai 28.373 dari total 137.469 kasus
DBD di Indonesia pada 2008. Sedangkan selama periode januari - februari 2009
mengalami penurunan sebanyak 4.290 (Depkes RI, 2008).
Demam berdarah
dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus yang hidup bertahan di alam
(arthropod-borne viral) melalui kontak biologis, yang menempati posisi penting dalam
deretan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, penyakit
ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan
subtropik baik secara endemik maupun epidemik yang berkaitan dengan datangnya
musim penghujan (Djunaedi, 2006).
Penyakit ini tidak
saja ditemukan di daerah perkotaan namun juga terdapat di daerah pedesaan.
Seperti di daerah Tamansari Gg. H. Safi’i RT 01 RW 02, Kampung Babakan Jati,
Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya. Terjadi kasus DBD pada
bulan mei tahun 2013.
Cara penularan
penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam
tubuh nyamuk Aedes spp (Gandahusada, dkk, 2000). Jika nyamuk ini
menggigit orang lain maka virus dengue akan berkembang biak dalam tubuh orang
itu selama 4-7 hari sehingga dapat sebagai sumber penularan.
Dalam waktu satu
minggu setelah digigit nyamuk tersebut, orang tersebut akan dapat menderita
penyakit demam berdarah dengue. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk pencegahan
penyakit DBD, dan belum ada obat obatan khusus untuk pengobatannya. Dengan
demikian pengendalian DBD tergantung pada pengendalian nyamuk Aedes spp (Depkes
RI, 2005).
B. Tujuan Survei
Melaksanakan survei
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di daerah Tamansari
Gg. H. Safi’i RT 01 RW 02, Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan
Tamansari-Tasikmalaya dalam upaya pencegahan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue).
BAB II
METODE SURVEI
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan penelitian
survei melalui pendekatan wawancara dan observasi.
Wawancara merupakan
proses tanya jawab untuk mendapatkan data primer dan informasi yang digunakan
antara pewawancara (peserta survei) dengan responden/ informan. Data yang
ditanyakan kepada responden adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
dan pencegahan masyarakat daerah Tamansari Gg. H. Safi’i RT 01 RW 02, Kampung
Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya sesuai
dengan tujuan survei. Informan yang diwawancarai adalah masyarakat RT 01
Kampung Babakan. Dalam rangka membantu proses pelaksanaan wawancara,
pewawancara menggunakan alat (instrument) berupa “Lembar Ceklis”, yang dapat
dilihat pada lampiran 1.
Observasi merupakan
suatu proses pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh observer (pengamat)
terhadap objek penelitian/ survei/ sasaran. Objek yang disurvei dalam hal ini
adalah daerah Tamansari Gg. H. Safi’i RT 01 RW 02, Kampung Babakan Jati,
Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya.
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi yang
digunakan adalah jenis populasi infinit (tak terbatas) karena tidak dapat
ditentukan batas-batasnya. Populasi infinitnya adalah jumlah kepala keluarga
yang terdapat di Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan
Tamansari-Tasikmalaya.
Populasi target
penelitian yaitu jumlah kepala keluarga di RW 02 Kampung Babakan Jati,
Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya sebanyak 302 kepala
keluarga.
Populsi terjangkau
yaitu jumlah kepala keluarga di RT 01, RW 02 Kampung Babakan Jati, Kelurahan
Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya sebanyak 81 kepala keluarga.
2.
Sampel
Sampel penelitian
yang digunakan termasuk jenis sampel teknik random (probability sampling) yaitu
dengan menggunakan Multi- Stage Random Sampling karena dibagi dalam
elemen-elemen yang lebih kecil.
Untuk menentukan
jumlah sampel yang akan diteliti menggunakan rumus :
n =
N
1 + N (d)2
Karena kami
meneliti hanya di RT 01 Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan
Tamansari-Tasikmalaya yang banyaknya 81 kepala keluarga, maka sampel random
yang akan diteliti di RT 01 yaitu sebanyak 45 kepala keluarga.
C. Instrumen Survei
Instrumen/ peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi
data/informasi yaitu menggunakan instrumen observasi (lembar ceklis).
D. Definisi Operasional
1.
Pengertian
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki;
yang lantas melekat di benak seseorang. Pengetahuan memiliki kemampuan
prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007), pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan
agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan.
Pencegahan identik dengan perilaku.
Demam Berdarah (DB) atau Dengue Hemorrhagik Fever (DHF)
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes
(Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Menurut Departemen Kesehatan RI
(2004), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan nyamuk aedes aegypti,
yang ditandai dengan demam mendadak 2─7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah
atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik
pendarahan (petichiae), dan lebam atau ruam. Kadang-kadang disertai
mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadran menurun atau shock.
Demam berdarah
dengue/DBD (dengue henorrhagic fever, DHF), adalah suatu penyakit
trombositopenia infeksius akut yang parah, sering bersifat fatal, penyakit
febril yang disebabkan virus dengue. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang
ditandai hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan tubuh,
abnormalitas hemostasis, dan pada kasus yang parah, terjadi suatu sindrom
renjatan kehilangan protein masif (dengue shock syndrome), yang
dipikirkan sebagai suatu proses imunopatologik (Halstead, 2007).
2.
Cara Mengukur
Dalam penelitian
ini, cara pengukuran yang dilakukan pada setiap responden yaitu dengan mengukur
tingkat pengetahuan masyarakat RT 01 Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari,
Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya tentang penyakit Demam Berdarah dan cara
pencegahan yang dilakukan.
3.
Alat Ukur
Alat ukur yang
digunakan adalah dengan menggunakan Tabel Ceklis karena hanya mengukur tingkat
pengetahuan dan cara pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat RT 01 dalam
masalah penyakit DBD.
4.
Kategori
Karena yang diukur
adalah tingkat pengetahuan masyarakat, maka kategori yang digunakan adalah
kategori yang tingkat pengetahuan masyarakat rendah, sedang dan tinggi.
5.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
a.
Nominal
Merupakan skala pengukuran yang diberi nama. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam skala nominal yaitu jenis kelamin
responden.
b.
Ordinal
Merupakan skala
pengukuran yang bisa diurutkan. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam skala ordinal yaitu tingkat
pendidikan responden.
c.
Rasio
Perbandingan
(rasio) nilai-nilai pengukuran miliki arti kuanttatif. Miliki nilai
nol absolut sebagai titik referensi dalam perbandingan pengukuran. Dalam
penelitian ini, yang termasuk dalam skala rasio yaitu umur responden.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengolahan Data
Bentuk pengolahan data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan pengolahan data secara manual. Data yang sudah diolah disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel.
1.
Skoring
Skoring yaitu memberi skor atau nilai pada option jawaban yang tersedia. Tabel di bawah ini merupakan hasil skor/ nilai tentang
pengetahuan dan upaya pencegahan responden RT 01 Kampung Babakan Jati,
Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya tentang penyakit Demam
Berdarah.
No.
|
Nama
|
L/ P
|
Umur
|
Pendidikan
|
skor
|
1
|
Yeyen H
|
P
|
35
|
SMA
|
5
|
2
|
Yeyet H
|
P
|
37
|
SD
|
7
|
3
|
Imas
|
P
|
25
|
SMP
|
8
|
4
|
Herman
|
L
|
33
|
SMP
|
7
|
5
|
Nurhayati
|
P
|
31
|
SD
|
4
|
6
|
Engkoy
|
P
|
43
|
SD
|
7
|
7
|
Agus
|
L
|
23
|
SMP
|
5
|
8
|
Utis
|
L
|
37
|
SMP
|
6
|
9
|
Tati S
|
P
|
40
|
SMA
|
6
|
10
|
Roni
|
L
|
23
|
SMA
|
6
|
11
|
Midah
|
P
|
28
|
SD
|
5
|
12
|
Rosita
|
P
|
42
|
ALIYAH
|
6
|
13
|
Nunur
|
P
|
22
|
SMP
|
8
|
14
|
Hj. Mamay
|
P
|
39
|
SMP
|
5
|
15
|
Novi
|
P
|
29
|
SMU
|
9
|
16
|
Aoh
|
P
|
60
|
SD
|
4
|
17
|
Neng Trisna
|
P
|
21
|
SMA
|
5
|
18
|
Nia
|
P
|
24
|
SMP
|
7
|
19
|
Anah
|
P
|
56
|
SD
|
4
|
20
|
Hj. Heni
|
P
|
43
|
SMP
|
4
|
21
|
Euti
|
P
|
31
|
SD
|
4
|
22
|
Kikip
|
P
|
20
|
SMP
|
5
|
23
|
Sarifah
|
P
|
38
|
SD
|
4
|
24
|
Narwan
|
L
|
48
|
SD
|
5
|
25
|
Utik
|
P
|
29
|
SD
|
3
|
26
|
Aah
|
P
|
70
|
SD
|
6
|
27
|
Ida
|
P
|
32
|
SD
|
6
|
28
|
Entin
|
P
|
40
|
SD
|
5
|
29
|
Ijah
|
P
|
64
|
SD
|
5
|
30
|
Amang Hidayat
|
L
|
58
|
SD
|
7
|
31
|
Amay
|
L
|
27
|
SD
|
5
|
32
|
Anis
|
P
|
15
|
SMP
|
5
|
33
|
Ika
|
P
|
20
|
SMP
|
7
|
34
|
Eti
|
P
|
44
|
SMP
|
8
|
35
|
Yanti
|
P
|
38
|
SMP
|
5
|
36
|
Neni
|
P
|
32
|
SMA
|
8
|
37
|
Icih
|
P
|
50
|
SD
|
6
|
38
|
Titin
|
P
|
35
|
SD
|
7
|
39
|
Rojak
|
L
|
51
|
SD
|
4
|
40
|
Iyan
|
L
|
45
|
SMP
|
5
|
41
|
Sobir
|
L
|
45
|
SD
|
5
|
42
|
Iis
|
P
|
36
|
SD
|
5
|
43
|
Ida
|
P
|
43
|
SMP
|
6
|
44
|
Fani
|
P
|
21
|
SMA
|
5
|
45
|
Yoyoh
|
P
|
39
|
SD
|
3
|
2.
Koding
Koding yaitu membuat kode (tanda/inisial) supaya data yang dihasilkan memberi
arti yang dapat dimengerti oleh pembaca. Dalam hal ini, ditujukan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan responden tentang penyakit
DBD. Tingkat pengetahuannya termasuk rendah, sedang atau tinggi.
v
Pengkodingan
ü
Skor 1 – 3 è tingkat pengetahuan
dan upaya pencegahan responden tentang penyakit DBD rendah
ü
Skor 4 – 6 è tingkat
pengetahuan dan upaya pencegahan responden tentang penyakit DBD sedang
ü
Skor 7 – 10 è tingkat
pengetahuan dan upaya pencegahan responden tentang penyakit DBD tinggi
v
Jumlah responden
ü
Responden tingkat pengetahuan rendah sebanyak 2
orang
ü
Responden tingkat pengetahuan sedang sebanyak 31
orang
ü
Responden tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 12
orang.
3.
Menghitung Frekuensi
Menghitung
frekuensi digunakan untuk menggambarkan keadaan dari
sekelompok orang yang di survei (dalam bentuk persentase).
Tingkat Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Tinggi
|
12
|
27 %
|
Sedang
|
31
|
69 %
|
Rendah
|
2
|
4 %
|
Total
|
45
|
100 %
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pengetahuan dan
upaya pencegahan responden tentang penyakit DBD paling tinggi yaitu pada
tingkat pengetahuan sedang sebanyak 31 orang atau 69 %. Hal ini dikarenakan
rendahnya sumber daya manusia responden di daerah RT 01 Kampung Babakan. Selain
itu, kurangnya kesadaran dari para responden tentang kebersihan lingkungan
sekitarnya.
B. Deskripsi Data
1.
Bentuk tampilan data
- Tabulasi
Pemakaian lotion/ obat nyamuk oleh responden
Pemakaian lotion/
obat nyamuk
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Ya
|
27
|
60 %
|
Tidak
|
18
|
40 %
|
Total
|
45
|
100 %
|
Dilihat dari tabel
diatas, masyarakat (responden) di RT 01 Kampung Babakan Jati, Kelurahan
Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya
bahwa frekuensi pemakaian lotion/obat nyamuk lebih banyak dari pada yang
tidak memakai, meskipun pemakaiaannya pada malam hari.
- Grafik garis
Waktu pemakaian lotion/ obat nyamuk
Untuk waktu pemakaian
lotion/obat nyamuk pada waktu pagi hari terdapat 1 orang, pada sore hari 1
orang, sedangkan paling banyak pemakaian terdapat pada waktu malam hari
sebanyak 20 orang. Seharusnya dalam upaya pencegahan penyakit
DBD, penggunaan
lotion/obat nyamuk digunakan pada waktu pagi dan juga
sore hari, karena nyamuk Aedes Aeygepty penyebab Demam Berdarah aktif di pagi
dan sore hari.
- Grafik pie
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Dari data diatas
jumlah responden di RT 01 Kampung
Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya pelaksanaan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) paling banyak dengan melakukan 3M sebanayk 17 orang, dan yang mengguanakan fogging sebanyak 8 orang dari 45
jumlah sampel yang diteliti.
- Grafik Donat
Tingkat pendidikan
responden
Dari data di atas, responden
di RT 01 Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan
Tamansari-Tasikmalaya memiliki tingkat pendidikan
rata-rata paling banyak lulusan SD, yaitu sebanyak 22 orang. Bisa dikatakan
respoden tersebut memiliki sumber daya manusia yang rendah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian BAB I – BAB III maka, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.
2.
Tingkat pengetahuan
dan upaya pencegahan responden RT 01 Kampung
Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya tentang
penyakit DBD termasuk dalam kategori
sedang/ mengerti tentang penyakit DBD.
3.
Pemakaian
lotion/obat nyamuk lebih banyak dari pada yang tidak memakai lotion, meskipun pemakaiaannya pada malam hari.
4.
Paling banyak
pemakaian lotion/ obat nyamuk terdapat pada
waktu malam hari sebanyak 20 orang. Seharusnya dalam upaya pencegahan penyakit
DBD, penggunaan lotion/obat nyamuk digunakan pada waktu
pagi dan juga sore hari, karena nyamuk Aedes Aeygepty penyebab Demam Berdarah
aktif di pagi dan sore hari.
5.
Pelaksanaan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) paling banyak dengan melakukan 3M sebanyak 17 orang.
6.
Tingkat pendidikan rata-rata paling
banyak lulusan SD, yaitu sebanyak 22 orang. Bisa dikatakan respoden tersebut
memiliki sumber daya manusia yang rendah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa
saran yang dapat diajukan adalah:
1. Dalam upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah ini,
seharusnya masyarakat/ responden RT 01 Kampung Babakan Jati, Kelurahan Mulyasari,
Kecamatan Tamansari-Tasikmalaya memiliki kesedaran dari diri
sendiri untuk menjaga lingkungan sekitarnya jika mereka ingin hidup sehat/ jauh
dari penyakit.
Tag :
PTK
0 Komentar untuk "Contoh Laporan Penelitian Tingkat Pengetahuan dan Pencegahan Penyakit DBD Pada Masyarakat"