BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penelitian
Dalam
keseluruhan proses pendidikan, pembelajaran merupakan salah satu aktivitas yang
sangat penting sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dalam mengelola
lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Oemar Hamalik (Asep dkk, 2007, hlm.3) bahwa ‘pembelajaran
adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan
kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan secara aktif dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.’ Menurut Slavin (Putra, 2012, hlm.15) ‘pembelajaran didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.’ Sedangkan menurut
Mohammad Surya (Dadang & Nana, 2006, hlm.6) ‘pembelajaran adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dengan
demikian, pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa dengan
lingkungan pembelajaran untuk mengubah tingkah laku siswa secara menyeluruh
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jadi, tugas seorang guru dalam
pembelajaran adalah fasilitator yang memberikan berbagai kemudahan kepada siswa
untuk berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran. Sedangkan siswa dipandang
sebagai subjek belajar yang memiliki potensi untuk aktif berpartisipasi dalam
aktivitas pembelajaran.
Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus memiliki pedoman yaitu
kurikulum. Kurikulum berfungsi untuk mengarahkan proses pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan minat siswa. Kurikulum selalu mengalami pergantian
yang disesuaikan dengan kebutuhan masa depan. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan maka pemerintah melakukan terobosan baru dengan mengganti Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013.
Kurikulum
2013 merupakan jembatan emas menuju perubahan pendidikan yang lebih baik dan
disusun secara luas dan lebih fleksibel. Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan
siswa yang unggul dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan tuntutan zaman. Karakteristik dari kurikulum 2013 diantarnya pembelajaran
berpusat pada siswa yaitu dengan membangun pengetahuannya sendiri, pembelajaran
dilakukan secara tematik dengan memadukan beberapa mata pelajaran, menggunakan
pendekatan saintifik dan melakukan penilaian autentik dalam proses
pembelajarannya.
Dalam kurikulum
2013, pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran
tematik. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamaik (Mulyoto,2013,hlm.118) ‘Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang mengintrgrasikan materi dari beberapa mata
pelajaran dalam satu tema pembahasan.’ Pada jenjang Sekolah Dasar, pembelajaran
tematik dilaksanakan dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik
merupakan proses pembelajaran yang dikemas dalam satu tema pembahasan dengan
mengaitkan materi dari beberapa mata pelajaran dengan alokasi waktu satu hari
penuh.
Pembelajaran tematik di setiap kelas terdiri dari
beberapa tema pembahasan. Setiap tema pembahasan dikembangkan menjadi beberapa
subtema dan setiap subtema terdiri dari beberapa pertemuan pembelajaran yang
memberikan berbagai pengalaman belajar sehingga siswa mudah mempelajari materi
yang disampaikan oleh guru dan mendapat hasil belajar yang lebih
bermakna.Melalui pembelajaran tematik ini, kebutuhan siswa akan terpenuhi
secara tuntas karena mengintegrasikan tiga ranah yaitu kognitif, apektif dan
psikomotor yang sesuai dengan minat dan bakat setisp siswa.
Selain
pembelajaran tematik, dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
yaitu berupa pendekatan ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Dalam proses
pembelajarannya harus dilakukan dengan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan berusaha mengembangankan keterampilan sains
yang akan mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
dan menemukan sendiri konsep pengetahuan. Dengan demikian, proses pembelajaran
dalam kurikulum 2013 yaitu menggunakan pembelajaran tematik yang memadukan
beberapa mata pelajaran yang dikemas dalam sebuah tema pembahasan dengan
mengembangkan pendekatan saintifik agar siswa mendapatkan pengalaman yang
bermakna.
Mengingat
betapa pentingnya suatu proses pembelajaran maka dibutuhkan suatu perencanaan
pembelajaran yang matang. Nana Sudjana dalam Dadang Sukirman & Nana Jumhana
(2006, hlm. 32) menyatakan bahwa,
Perencanaan pembelajaran adalah
memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran
yaitu mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan
(tujuan),isi kegiatan(materi), cara penyampaian kegiatan (metode,teknik, alat
dan sumber) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan
sistematis.
Oleh
karena itu, agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan bermakna bagi
siswa seorang guru harus mengupayakan melalui perecanaan yang baik dan benar.
Salah satunya, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
maka dapat merancang proses pembelajaran dengan memilih dan mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Model
pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran antara lain
sebagai penyegaran pembelajaran, membangkitkan motivasi belajra siswa,
menjadikan pembelajaran lebih variatif dan mempermudah mencapai tujuan
pembelajaran. Joyce (Trianto, 2012,
hlm.52) mengemukakan bahwa ‘setiap model pembelajaran mengarahkan guru untuk
merancang pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.’
Dalam proses pembelajaran, seorang guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena setiap model yang
dikembangkan akan menuntut perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik model itu sendiri sehingga membantu guru menciptakan pembelajaran
yang bermakna dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Dilapangan proses pembelajaran di SD belum optimal
diantaranya karena sebagian guru belum merancang proses pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung terutama pada materi yang memerlukan praktik
atau percobaan seperti konsep gaya gesek sehingga proses pembelajaran hanya
memberikan pengalaman yang verbalistik menyebabkan siswa mudah lupa terhadap
konsep yang telah diajarkan. Hal ini dipertegas oleh Oemar Hamalik (Ayi Ahmad, 2012,
hlm.6) bahwa ‘Siswa cenderung pasif menghabiskan semua waktu hanya untuk
mendengar, melihat, mencatat, dan membaca atau DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal).’
Selain itu, belum optimalnya merancang proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan fase-fase
sehingga pembelajaran berlangsung monoton dan kurang menantang bagi siswa.
Kemudian guru merasa kesulitan dalam menuangkan RPP berdasarkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan
tersebut, solusi yang dapat dipilih adalah dengan menggunakan dan mengembangkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing yang inovatif. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing didasarkan pada sejumlah pertanyaan yang sudah
di siapkan guru untuk membimbing siswa menuju penemuan. Menurut Putra (2012,hlm.96) “ Inkuiri
terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa
melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan dengan suatu diskusi.”
Jadi,
model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan sebagai bimbingan untuk memperoleh sendiri
konsep pembelajaran yang dapat dilakukan melalui eksperimen atau observasi
dalam rangka memecahkan suatu masalah.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dalam bentuk tugas-tugas yang
harus dilakukan siswa atau dapat dikemas dalam LKS.
Dalam
model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru
hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan
belajar siswa. Selain itu, model pembelajaran ini mendukung karakteristik siswa
Sekolah Dasar yang selalu ingin tahu, selalu ingin berbuat sesuatu, suka dengan
permainan dan berada pada tahap operasional konkrit. Hal ini sejalan dengan
tuntutan kurikulum 2013 yang menitikberatkan proses pembelajaran bepusat pada
siswa dengan menggunakan pembelajaran tematik berdasarkan pendekatan saintifik
yang akan memberikan pengalaman belajar secara terpadu kepada siswa dan
mengembangkan berbagai keterampilan ilmiah.
Penelitian
ini dilakukan di kelas IV dengan menggambil tema Selalu Berhemat Energi subtema
Gaya dan Gerak yang dapat membantu guru untuk merancang proses pembelajaran
bersadarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat memberikan
pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam lingkungannya.
Berdasarkan
permasalahan tersebut diatas,
penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian
dan Pengembangan (R & D) yaitu “Pengembangan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing pada Tema Selalu Berhemat Energi .”
Tag :
Skripsi IPA
0 Komentar untuk "Contoh Latar Belakang Penelitian dalam Skripsi IPA"